Di sinilah sekarang Chimon berada. Duduk di kursi pojok kafe menunggu seseorang yang akan datang. Lelaki mungil itu mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja.
"Aduhh, Sorry, Mon. Gue telat, abisnya macet." Ujar seseorang yang baru datang. Chimon menolehkan kepalanya, "Engga papa kok Pu . . . imm . . . Dokter Arm?" Chimon tampak terkejut, namun dengan segera ia menyembunyikan ekspresi terkejutnya.
Arm tersenyum ke arah Chimon. "Duduk dulu,"
Meja mereka tampak hening. Puim sesekali menoleh ke arah Chimon dan ayahnya secara bergantian.
"Ekhem." Deheman Arm membuat mereka berdua menoleh. "Maaf sebelumnya Chimon, saya yang menyuruh anak saya agar bertemu dengan kamu." Arm menjeda kalimatnya, "Karena kalau saya yang menghubungi kamu sendiri, maka sudah saya pastikan kamu tidak akan mengangkat panggilan saya." Lanjutnya.
Chimon bingung sekarang, namun ia paham. Pasti Arm akan membahas masalah penyakit yang ia derita. Rasanya, Chimon ingin kabur dari sini. Sudah mati-matian ia berusaha agar tidak mengingat bahwa dirinya mempunyai penyakit mematikan ini, namun malah di ingatkan.
***
"Lo dari mana aja sih?! Papa khawatir banget sama lo." Frank langsung bertanya kepadanya ketika ia baru sampai rumah.Nanon melirik sekilas ke arah kembarannya itu, "Bukan urusan lo." Ujarnya sebelum melangkah pergi.
"Memang bukan urusan gue. Tapi gara-gara lo, papa sakit karena mikirin lo." Langkah Nanon terhenti seperkian detik, namun tak lama ia kembali melanjutkan jalannya ke arah kamar.
Brakk
Lelaki itu menutup pintu lumayan keras. Ia berjalan ke arah tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhnya.
Seketika pikirannya tertuju kepada lelaki mungil nan manis itu. Siapa lagi kalau bukan Chimon. "Dasar bodoh. Kalau pengen cepet mati gak gitu caranya." Maki nya.
Malam ketika Nanon menginap di rumah Chimon.
Mata Nanon terbuka ketika merasa haus. Lelaki itu mendudukkan tubuhnya lalu menoleh ke arah samping dan mendapati Chimon yang sudah terlelap di sampingnya.
Lelaki itu berjalan ke arah meja belajar Chimon. Ia mengambil gelas air yang ada di sana. Saat Nanon ingin meminumnya, fokusnya teralihkan dengan botol obat yang sepertinya ia tau itu.
Nanon meletakkan gelas tadi lalu mengambil botol obat tersebut. "Obat tidur?" Monolognya. Kemudian Nanon menoleh ke arah Chimon yang masih tertidur dengan nyenyak.
Entah kenapa ia cukup penasaran dengan isi laci di meja itu. Dengan sangat hati-hati ia pun membuka nya. Matanya membola ketika melihat sebuah cutter. Ia pun mengambil benda itu. "Apa dia- gak mungkin! Mana mungkin orang kaya dia ngelakuin itu."
Nanon terdiam. Mengingat-ingat hal yang Chimon lakukan di sekolah.
Nanon masih terdiam. Jika di perhatikan dengan teliti, setiap Chimon bertemu dengannya, lelaki mungil itu seperti selalu menutupi lengan sebelah kiri miliknya.
Nanon menggeleng. Karena merasa penasaran dan merasa janggal, Dengan langkah yang pelan ia pun berjalan ke arah Chimon yang masih tertidur.
Nanon menarik tangan kiri Chimon dengan pelan agar sang empu tidak terbangun. "Shit! Dasar bodoh." Ucapnya sebelum kembali ke meja belajar dan mengembalikan cutter dan juga obat yang sempat ia ambil ke tempat semula sebelum dirinya pergi dari rumah itu.
.
.Brughhh
"Awhh," Ringis Chimon ketika tidak sengaja menabrak seseorang. Untungnya lelaki itu mampu menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You Nanon Korapat
FanfictionIni tentang Chimon, laki-laki manis yang selalu menampilkan senyumannya walau sering di belas dengan sinis. Ini tentang Chimon, sosok laki-laki yang sedang mengajar cinta seorang Nanon Korapat. Ini tentang Chimon, laki-laki yang selalu mendapati cac...