35. Pentas Seni

1.1K 190 85
                                    

Hari terus berganti. Hari ini tiba saatnya classmeeting di adakan. Semua murid sedang menyiapkan keperluan mereka masing-masing.

"Aku gugup . . ." Ujar Chimon tak yakin. Sungguh, ini baru pertama kalinya Chimon akan tampil di depan publik.

Loverrukk menggenggam erat jemari Chimon. "Jangan takut, gue yakin lo bisa kok." Chimon mengangguk kecil.

Tak lama Janhae datang menghampiri mereka. "Chimon, pensi nanti dimulai jam sembilan. Gue udah dapet undiannya, dan kita tampil nomer 3." Ujar Janhae sambil memberikan gulungan kertas itu.

"Nomer 3? Aduhh bisa gak sih di tuker sama yang nomer belakangan aja? Aku gak yakin Jan." Ucap Chimon memelas.

"Gak bisa dong, udah gapapa gue yakin lo bisa kok. Gue mau koordinasi temen-temen yang lain dulu. Eh btw Frank belum kesini?"

"Belum."

"Oh yaudah deh, gue tadi liat tu anak lagi sama Fiat. Palingan bentar lagi ke sini, yaudah gue pergi dulu yaa." Pamit Janhae. Gadis itu memang di pilih untuk mengkoordinasi lomba-lomba untuk kelasnya.

"Jangan tegang, Mon. Gue jadi ikutan deg-deg an nihhh." Ujar Loverrukk membuat Chimon menghembuskan nafasnya.

.
.

Semua murid berkumpul mengerubungi panggung pentas seni yang ada di lapangan. Suara sorak sorai sedari tadi terdengar.

"Lo siap? Bentar lagi giliran kita." Chimon menoleh ke arah Frank yang berdiri di sebelahnya.

"Siap gak siap harus siapkan?" Jawab Chimon. Frank terkekeh pelan, tangannya ia angkat untuk mengusak rambut Chimon. "Gue yakin kita bisa."

Dari jauh terlihat pemuda yang menahan rasa kesal melihat interaksi antara Frank dan juga Chimon. Dia Nanon.

"Lo kenapa?" Tanya Siwat sambil menyenggol lengan Nanon membuat sang empu menoleh. Nanon tak menjawab, ia kembali mengamati interaksi kembarannya dan Chimon dari jauh.

Tak lama terdengar suara dari MC yang memanggil peserta nomer 3 untuk naik ke atas panggung.

Saat Frank dan Chimon naik ke atas, tampak suara bisikan-bisikan yang terdengar bergitu jelas di telinga mereka berdua. Mereka tampak tak suka ada Chimon di sana.

"Ngapain sih dia sama Frank?"

"Ngapain sih itu anak beban? Caper banget."

"Eh gue denger si Chimon mau nyanyi."

"Emang dia bisa nyanyi?"

"Mana mungkin bisa! Siap-siap tutup telinga woyy, awas telinga kalian pecah!"

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat seperti itu. "Lo siap?" Ujar Frank. Chimon mengangguk yakin. Dirinya tidak peduli lagi sekarang, yang penting dia sudah mewakili kelasnya.

Frank mulai memetik gitarnya. Tak lama suara Chimon mulai terdengar. Kini suara-suara yang sedari tadi berbicara langsung terdiam kompak ketika mendengar nada lagu yang terdengar. Tak terkecuali Nanon dan teman-temannya.

Can I call you baby?
Can you be my friend?
Can you be my lover up until the very end?
Let me show you love, oh, I don't pretend
Stick by my side even when the world is givin' in, yeah

Oh, oh, oh, don't
Don't you worry
I'll be there, whenever you want me

Chimon berhenti bernyanyi. Semua murid pun masih terdiam tidak ada suara sedikitpun. Frank menoleh ke arah lelaki mungil itu, "Mon?" Panggilnya.

"Frank aku-"

"LANJUT!! LANJUT!!"

"LANJUTIN WOYY!! SUARANYA MENEBUS ULU HATI GUE. MERDUUUUU."

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang