25. Mulai Berani

977 157 33
                                    

Nanon berjalan lunglai memasuki kelasnya. Kondisi kelas sudah ramai. Tanpa banyak bicara, lelaki itu langsung berjalan ke arah tempat duduknya.

"Tangan lo kenapa?" Tanya Ssing heran melihat tangan kanan sahabatnya yang di bungkus perban. Lelaki itu melirik sebentar, tanpa menjawab ia malah menelangkupkan kepalanya di atas meja dengan tangan kirinya yang menjadi tumpuan.

Para sahabatnya saling pandang satu sama lain, merasa bingung dengan tingkah Nanon.  "Nanon kenapa?" Tanya Puim yang baru masuk ke dalam kelas. Seketika mereka menggeleng kompak. Saat gadis itu ingin melangkah ke arah Nanon, bel masuk berbunyi dan langsung ia urungkan kemudian kembali ke tempat duduknya.

"Pasti dia bikin ulah lagi," Ujarnya lirih kemudian kembali diam saat guru di kelasnya masuk.

.
.

"Kuyy kantin, laper gue." Ajak Ssing sambil mengelus perutnya.

"Kayak orang hamil lu." Jawab Neo. Dan seketika mendapat pukulan dari sang empu. "Lambemu, aku lanang lohh."

"Sehari  tanpa keributan emang kalian ga bisa ya?" Jengah Ohm melihat tingkah kedua sahabatnya. "Nanti lo kangen sama keributan kita, ye gak?" Jawab Ssing lalu merangkul bahu Neo.

Siwat dan Ohm hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban tersebut. Kemudian atensi mereka tertuju ke arah Nanon yang sama sekali tak berkutik.

"Non, kantin kuyy." Suara Neo terdengar. Nanon mengangkat kepalanya. "Duluan, gue ga laper." Jawabnya.

Baru saja Ssing akan mengeluarkan suara, langsung di hentikan oleh Siwat. "Yaudah, nanti kita beliin roti lo aja." Ujar Siwat sebelum menarik para sahabatnya agar pergi dari kelas.

Lelaki itu tau, Nanon perlu waktu untuk sendiri.

Setelah mereka semua keluar, hanya ada Nanon dan Puim di kelas. Gadis itu berjalan mendekat ke arahnya dan langsung duduk di kursi depannya.

"Ada masalah?" Tanyanya pelan. Nanon menggeleng. Lelaki itu tak berani menatap ke arah gadis di depannya.

"Mana sini liat tangannya." Puim mengambil tangan kanan Nanon pelan. Nanon hanya menurut. Terdengar helaan nafas dari gadis itu.

"Jangan sakiti diri lo sendiri terus-menerus. Bang Pluem pasti akan marah liat lo kaya gini."

"Dia udah mati."

"Maka dari itu, dia bisa liat apa aja yang lo lakuin."

"....."

Nanon terdiam. Puimek kembali menghembuskan nafasnya perlahan. "Gue bilang kaya gitu karena gue sayang sama lo, Non."

"Gue tau."

"Kalo lo tau lo jangan sakiti diri lo sendiri! Kan gue udah pernah bilang gue ga suka lo kaya gitu." Tanpa sadar Puim menaikkan nada bicaranya.

"Gue mau sendiri dulu, lo bisa pergi."

***
Chimon membawa satu tumpuk buku teman sekelasnya. Ia baru saja dari kantor untuk mengambil buku untuk teman-temannya.

Dugh

"Aduhhh," Ringisnya saat terjatuh akibat di sandung oleh murid yang ada di sana.

"Jalan tuh yang bener dong, sakit nih kaki gue lu injek!" Marah orang itu.

"Biasalah dia jalan ga pake mata." Timpal teman orang itu.

"Gue heran, kok sekolah kita masih mau nerima murid modelan dia ya?"

"Lahh dia kan pinter."

"Gue curiga dia pinter tuh hasil contekan semua."

"Bisa jadi sih, apalagi gue denger-denger keluarga dia tuh ga jelas. Marga aja gak punya."

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang