3. Di Pecat?

912 155 19
                                    

Ramai. Satu kata itulah yang cocok untuk mendeskripsikan kondisi kantin saat ini. Ah bukan, memang setiap hari kantin akan selalu ramai bukan?

Kini Chimon sedang membawa sebuah penampan berisi 3 mangkok bakso. Di sebelah Chimon ada Fiat yang membawa nampan es.

Brukk

Kaki Chimon di jagal seseorang hingga ia tersungkur ke lantai. Bukan hanya itu, tangannya kini berdarah karena terkena pecahan beling. Untungnya baju seragamnya tidak kotor.

Seketika tawa mulai terdengar ramai. Chimon hanya bisa menunduk malu. Fiat yang emosi pun langsung meletakkan nampannya di meja dengan keras dan jongkok untuk menolong Chimon. "Aku gapapa kok." Jawab Chimon mengalihkan pandangannya ke arah Fiat sambil tersenyum manis.

"INI SIAPA YANG BARUSAN NGERJAIN CHIMON HAH?!" Entah dari mana datangnya, kini Love berdiri di samping Chimon dan langsung berteriak. Seketika semuanya berhenti tertawa. Siapa sih yang berani dengan Loverrukk? Anak dari penyumbang yayasan di sekolah ini.

"Brengsek!! Gak ada yang mau ngaku kalian hah?!"

"Gue kenapa? Masalah buat lu?" Tiba-tiba ada seorang gadis yang berjalan ke arah Loverrukk. Loverrukk memandang gadis itu tak suka. "Lo!" Loverrukk menunjuk di hadapan gadis itu, "Sekali lagi lo bikin masalah sama sahabat gue, urusan lo sama gue!" Peringat Loverrukk menggebu-gebu. Mereka kini menjadi tontonan semua murid.

Jujur Chimon malu, tapi hal ini memang sudah biasa terjadi. Chimon mengalihkan tangan Fiat dan berlari menjauhi kerumunan. Tujuan Chimon adalah kamar mandi.

Laki-laki mungil itu berdiri di depan wastafel, menatap pantulan dirinya di cermin. Untung kamar mandi sekarang sepi karena memang Chimon sengaja ke kamar mandi yang berada di gedung pojok.

"Kamu kenapa lemah banget sih, Chi? Ga cape apa di hina mulu?" Monolognya sambil bercermin. Chimon melihat tangannya yang keluar darah akibat beling tadi. Chimon menekannya agar darah itu semakin cepat keluar.

.
.

"Nanon!" Teriak Chimon ketika berpapasan dengan Nanon di koridor. Senyumannya terus mengembangkan menatap ke arah Nanon yang memasang wajah tak suka.

"Mau lo apalagi sih? Ga cukup yang kemarin?"

"Mau Chi tuh sama Nanon terus." Jawabnya dengan senyuman yang tak pernah luntur. "Jijik gue sama lo."

"Chi udah mandi kok, Non."

"Gue risih sama lo."

"Iya tau kok, Chi juga sayang sama Nanon."

"Lo budeg apa gimana?"

"Telinga Chi sehat kok, yya cuma kalo deket sama Nanon tuh kadang ga fokus, hehe."

Nanon menghela nafasnya kasar. "Nih denger baik-baik. Pertama gue gak belok. Kedua, gue ga suka sama lo. Dan ketiga, gue jijik sama lo. Paham?"

Chimon mengangguk lucu, "Chimon tau kok, tapi kan ga ada yang tau kedepannya bakal gimana." Jawab Chimon masih percaya diri. "Serah lo." Nanon melenggang pergi meninggalkannya.

Chimon menatap punggung Nanon yang semakin menjauh. Ia merasa senang Nanon kali ini tidak membentak dan mencaci maki dirinya. "Pasti Nanon udah mulai suka sama aku." Monolognya.

"Gue ga tau jalan pikir tuh bocah, udah di tolak berkali-kali masih aja kekeh."

"Biasanya si caper."

"Najis banget homo."

Chimon mengabaikan suara-suara yang ia dengar. Ia tetap berjalan santai ke arah kelasnya dengan senyumannya. Seketika ia melupakan kejadian di kantin tadi saat melihat wajah Nanon.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang