22. Chimmy

857 146 24
                                    

Hari-hari Chimon lalui dengan tegar. Tak ada yang berubah. Lelaki mungil itu masih di benci semua orang. Tak terasa sudah satu minggu sejak kejadian di kolam renang itu. Ah, Chimon tak ingin membahasnya lagi.

Chimon bergegas berlarian dari tempat parkir menuju ke kelasnya. Hari ini ia telat bangun, dan tentunya anggota keluarganya tak ada yang peduli mau dirinya telat atau pun tidak.

Chimon bernafas terengah-engah ketika sampai di depan pintu ruang kelasnya. Perlahan ia masuk dan langsung duduk di bangkunya. Sebelum itu, ia sempat melirik dan tersenyum ke arah Love dan juga Fiat dan selalu mendapat balasan tatapan sinis oleh keduanya.

Lelaki mungil itu menoleh ke meja samping, Janhae sudah berangkat ke sekolah. Itu tandanya masa skorsing nya sudah selesai. Tampak ia lihat, gadis itu sempat melirik dengan ekspresi sinis. Chimon maklum, mana mungkin seseorang yang di tuduh tidak akan marah?

Chimon mengembuskan nafasnya pelan, tak lama pun guru masuk ke dalam kelasnya.

.
.

"Nahh karena jam istirahat sebentar lagi, ibu mau memberikan tugas kelompok kepada kalian. Kalian coba analisis dan buat proposal tentang masalah yang banyak terjadi di sekitar sini." Ujar guru tersebut.

"Individu atau kelompok bu?"

"Kelompok saja. Satu kelompok terdiri dari 3 anak. Anggota kelompoknya pilih sendiri."

Mendengar hal itu Chimon lemas. Ia sangat yakin tak ada yang ingin berkelompok dengan dirinya.

Kring kring

"Karena waktu sudah habis, saya permisi. Jangan lupa tugas minggu depan."

Setelah mengatakan itu, guru tersebut keluar dari ruangan. Chimon mengusap wajahnya pelan. Ia dapat mendengar suara teman-temannya yang sedang sibuk memilih kelompok.

"Yang satu siapa?" Tanya Love kepada Fiat.

"Bentar." Fiat tampak menyimpan bukunya ke laci. "Eh kurang satu nih, siapa yang belum dapet kelompok?" Seru Fiat.

"Yahh telat lu, gue udah sama si Phuwin."

"Lahh tumben ga kelompokan sama anak gak di anggep itu?" Tanya Phuwin dengan nada mengejek sambil memandang Chimon yang sedang membereskan buku di mejanya.

"Lo gimana sih, kan mereka udah sadar. Jadinya ya . . . Gitu lah haha." Timpal teman sekelasnya.

"Gak di anggap atau bermuka dua nihh??"

"Dua-duanya lebih bagus gak si, HAHA?"

"Ssuutt guys orang yang kita ghibahin ada di sini lohhh."

"Biarin aja sih. Udah ah gue laper byee."

***
Nanon membuka pintu rumahnya. Baru saja satu langkah, ia di sambut dengan senyuman orangtuanya.

"Anak papa udah pulang?" Ujar Newwiee sambil tersenyum manis melangkah ke arah Nanon. Nanon menoleh sebentar ke arahnya. Memang sejak kedua orangtuanya kembali ke sini, Nanon selalu di sambut dengan ramah oleh papanya setiap pulang sekolah.

"Gimana tadi sekolahnya, Non?" Ucap Newwiee basa-basi. Ia ingin mencoba dekat dengan anak bungsunya kembali. Ia merindukan Nanon nya. Nanon yang selalu manja kepadanya. Namun itu dulu.

"Hm." Nanon hanya menjawabnya dengan deheman. Ia langsung beranjak dari sana menuju ke kamarnya. Newwiee mengembuskan nafasnya perlahan. Ia tidak akan menyerah begitu saja.

***
Hari Minggu. Saat libur sekolah, lelaki mungil itu memilih kerja dari pagi.

"Silahkah di nikmati." Ujar Chimon tersenyum manis ke arah pelanggan sambil memberikan satu kelas kopi pesannya.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang