5. Basecamp

821 153 8
                                    

∆ HAPPY READING ∆

Chimon terdiam di gudang belakang sekolah. Ingin sekali ia menangis, namun tak bisa. Seakan-akan air matanya sudah habis tak tersisa.

Chimon meringkuk sendirian di sana. Hal biasa yang membuat Chimon tersiksa. Ia mencium bajunya yang berbau sangat busuk.

Bagaimana tidak. Satu ember air bekas pel, lalu satu tong sampah di guyurkan ke tubuhnya.

"Jane tolong jangan aku mohon, jangan lagi." Pinta Chimon yang terus memberontak di dorong oleh Jane dan Ciize.

"Brisik!" Seru gadis itu.

Brakk

Suara pintu gudang di tutup terdengar begitu keras. Memang jalan menuju gudang ini jarang sekali orang yang melewatinya. Sehingga Jane bisa melancarkan aksinya di sana.

Jane mendorong keras tubuh Chimon ke lantai. Sebenarnya Chimon bisa melawan, namun ia tak bisa. Ia tau Jane itu sangat licik. Ia tak mau kejadian tempo lalu terulang kembali.

"Awhh,"

"Gitu aja lemah. Ciiz, ambilin air di ember itu dong." Dengan segera Ciize mengambilkan ember suruhan Jane.

Byurrr

Air itu ia guyurkan dari kepala Chimon. Lelaki itu hanya menunduk terima. "Gue tau lo belum mandi kan tadi? Makanya gue mandiin." Jane tertawa puas melihat keadaan Chimon.

Gadis itu melangkahkan kakinya mengambil satu tong sampah yang sudah penuh. Gadis itu menuangkan semua sampahnya tepat di kepala Chimon. "Ini parfum nya sekalian. Kurang baik apa coba gue." Ujarnya. "Nahh ini baru keren." Lanjut Jane ketika berhasil memasukkan tong sampah itu ke kepala Chimon. Ciize yang sedari tadi menonton pun tertawa terbahak.

Dukk

Dukk

Jane memukul-mukul tong itu keras membuat kepala Chimon ikutan bergerak. "Arggghh Jane cukup, ampun Jane sakit." Chimon berusaha menghindar dan membuka tong sampah itu namun susah karena Jane terus-terusan memukulnya.

Dukkkk

Pukulan terkahir yang paling keras. "Kan gue udah bilang, gausah deketin Nanon terus! Gausah ganjen! Dasar homo gak tau diri! Gak punya malu!" Jane menendang kaki Chimon kemudian gadis itu berjalan keluar gudang bersama Ciize meninggalkan Chimon sendiri.

Pasti diantara kalian berpikir untuk langsung melaporkan ke BK bukan? Atau gakenapa Chimon tak melawan?

Dulu waktu mereka masih kelas 10, Chimon pernah melawan dan melaporkannya ke BK. Namun apa yang ia dapat? Semua tuduhan kembali kepadanya hingga membuat Chimon yang mendapat sanksi.

Jane sungguh sangat pintar berdrama. Dan mulai saat itu, Chimon tak pernah berani melawan ataupun melaporkannya ke BK. Hanya satu kata ia ia dapat. Percuma.

.
.

Sejak pulang sekolah, Chimon mengurang dirinya sendiri di kamar. Ia pun meminta ijin untuk tidak berangkat bekerja di kafe. Chimon terdiam menatap kosong ke arah foto tiga anak kecil yang sedang bermain pasir di pantai.

Chimon mengambil bingkai foto itu, ia mengelusnya pelan. "Aku kangen Kak Win yang dulu, aku kangen sama Chimmy juga."

Tess

Dengan tidak sopan nya bulir kristal jatuh di bingkai foto itu. Chimon memeluk erat foto itu sebelum ada notifikasi masuk di hp nya.

Ia membuka aplikasi hijau itu, senyumnya mengembang ketika membawa chat dari orang yang ia sukai.

Nanon

Dateng ke basecamp gue sekarang

5 menit harus sampe ga mau tau

.

Chimon membulatkan matanya. 5 menit? Bagaimana bisa! Apalagi ia memakai sepeda. Chimon menghembus nafasnya. Ia segera mengganti pakaiannya dan bergegas menemui Nanon.

Sangat jarang sekali Nanon menyuruhnya ke basecamp. Biasanya saat Chimon ke sana, lelaki itu akan langsung di usir oleh Nanon dengan kasar.

***
"Ga gitu goblok, Ssing!" Apon memukul kepala Ssin kuat.

"Hehh cebol! Nanti otak gue rusak lu mau ganti rugi hah?!" Seru Ssing tidak terima.

"Lah bukannya otak lo udah eror dari lahir?" Timpal Neo. Seketika Ssing melemparkannya dengan kulit kacang. "Ssing anjing! Basah kulitnya bekas air liur lu goblok!" Neo melempar kasar kulit kacang itu.

"Cocotmu."

Nanon yang duduk di pojok hanya terkekeh melihat tingkah teman satu tongkrongannya. Memang sudah biasa mereka seperti ini. Mereka yang ada di sini tak hanya sekelas dengan Nanon, ada yang kelas sebelah, bahkan adek dan kakak kelas pun ada.

Seketika mereka semua terdiam menatap lelaki mungil yang baru turun dari angkot. Dia Chimon. Chimon yang di tatap seperti itu merasa canggung.

"N-nanon maaf lama."

"Lo telat 10 menit."

"Maaf tad-"

"Gausah alesan!"

Bukan hanya Chimon yang terdiam. Semua orang di sana ikutan diam menatap ke arah dua sejoli itu. "Sebagai hukumannya, lo sapu bersih tempat ini jangan ada sampah sedikitpun dan lo juga harus cuci semua motor yang ada di sini."

"Hah?"

"Lo budeg?"

"Non anjirr kasian anak orang itu." Seru Apon yang melihat Chimon hanya tertunduk. Bukannya apa, motor yang sekarang ada di sini bukan hanya ada 3 atau pun 4. Ada 15 motor yang terparkir.

"Non tapi-" Perkataan Chimon langsung di potong Nanon dengan cepat. "Lo mau bantah gue?" Chimon menggelengkan kepalanya. "Bagus, kerjain sekarang."

Chimon menurut. Ia mulai mengambil sapu. Dan saat itu juga Siwat dan Ohm berdiri. "Gue balik dulu."

"Gue juga."

Mereka berdua berjalan ke arah motornya yang terparkir. Nanon hanya menatap ke arah mereka tanpa minat. "Caper."

.
.

Chimon menendang krikil yang ada di trotoar. Hari sudah mulai gelap, ia berjalan sendirian di sana.

Chimon memandang ke arah langit yang tampak akan mengeluarkan air matanya. Hembusan nafas mulai terdengar. "Pengen banget gak balik ke rumah lagi." Chimon berjongkok membenarkan tali sepatunya.

"Iya bentar, ini masih di jalan."

"Eh . . ." Kaget lelaki manis itu ketika tak sengaja di tabrak seseorang.

"Eh? Ya ampun maaf aku ga sengaja." Seorang gadis seumurannya ikutan jongkok untuk membantunya. "Kamu gapapa?" Tanya gadis itu. Chimon membalasnya dengan anggukan.

"Hallo? Masih nyambung ga sih?" Suara terdengar dari telepon gadis itu.

"Masih, bentar aku masih ada urusan. Nanti aku telpon lagi." Dengan segera ia mematikan teleponnya dan kembali membantu Chimon berdiri.

"Aduh maaf ya, aku ga hati-hati kalo jalan."

"Gapapa kok, aku juga yang salah ga minggir dulu tadi."

Gadis itu tersenyum lalu mengangguk. Gadis itu menyodorkan tangan kanannya ke arah Chimon. "Oh iya kenalin, aku Puimek."

.
.

To be continue

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang