19. Phuwin

854 157 42
                                        

∆ HAPPY READING ∆

Chimon berjalan di trotoar sambil menendang kerikil jalan. Ia menghembuskan nafasnya lelah. Kenapa masalah selalu datang kepadanya? Tidak bisakah ia hidup dengan tenang?

Lelaki mungil itu memandang ke arah langit yang tampak murung. Hari ini kafe tempat ia bekerja tutup. Entah karena apa, intinya ada pemberitahuan bahwa selama 5 hari kedepan kafe akan di tutup.

Tess

Chimon merasakan setetes air mengenai lengannya. Lama-kelamaan menjadi banyak. Hujan. Yah, langit tampak menangis. Dengan segera lelaki mungil itu meneduh ke ruko yang di tutup.

Ia berdiri di depan ruko sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya agar terasa hangat. Lelaki mungil itu memang tak tahan dingin. Ia menatap sekitar, ternyata bukan hanya dirinya yang berada di sana.

"Kakk Darrenn!" Atensi Chimon teralihkan ke bocah kecil yang kini menarik lengannya.

"Eh?" Tubuhnya tak seimbang, akibat tarikan bocah itu hampir saja Chimon terjatuh.

"Kak Darren! Kak!! Aku kangen banget sama kakak!!" Tiba-tiba tubuh Chimon di peluk lelaki kecil yang berusia sekitar 5 tahunan. Chimon kebingungan, apalagi kini ia menjadi pusat perhatian orang yang sedang meneduh di sana.

"Kak Darren kenapa diem aja? Dika kangen sama kakak hiks." Bocah itu menangis di pelukannya.

"Eh? Kenapa nangis? Heyy jangan nangis dong." Chimon berusaha menenangkan bocah itu. Chimon berjongkok mensejajarkan tubuh mereka berdua.

"DIKA! ASTAGA MAMA NYARIIN KAMU DARI TADI!" Tiba-tiba wanita paruh baya datang ke arahnya dengan raut wajah panik. Wanita tersebut tampak berusaha mengambil alih bocah kecil itu. Namun tak bisa, anak kecil yang di ketahui bernama Dika itu malah semakin mengeratkan pelukannya kepada Chimon.

"Maaf tante, biarin aja gini dulu gapapa kok." Ujar Chimon ramah.

"Eh? Maaf ya dek, anak saya jadi ngerepotin kamu." Ujar wanita itu tak anak. Chimon tersenyum tulus. " Gapapa." Jawabnya. Walau Chimon tak mengetahui siapa orang di depannya ini, tapi ia merasakan pelukan anak kecil ini sangat nyaman.

"Mama, Dika udah nemuin Kak Darren hiks. Dika kangen sama kakak." Chimon mengusap lembut rambut Dika. Wanita paruh baya itu menatap ke arah putranya sendu.

Chimon masih setia memeluk Dika. "Maaf ya dek, anak saya memang seperti itu sejak kakaknya meninggal dunia." Ujar wanita paruh baya tersebut. Entah kenapa ia berani bercerita tentang keluarganya kepada Chimon yang notabenya belum ia kenal.

"Gapapa tante. Maaf, apa nama kakaknya Dika itu Darren?"

"Iya. Nama yang dari tadi dia sebut. Sewaktu kakaknya belum meninggal, mereka berdua sangat dekat. Bahkan setiap Darren pulang sekolah, hal pertama yang ia cari itu adeknya."

Chimon menganggukan kepalanya mengerti. Keluarga Dika tampak begitu bahagia dan saling menyayangi. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya. Ah, seharusnya Chimon tidak boleh iri kan?

"Memangnya Darren meninggal karena apa, tan?" Tanya Chimon. Entah kenapa lelaki mungil itu tampak tertarik dengan kisah keluarga Dika.

Wanita di depannya tersenyum. Chimon tau, di balik senyum nya ada rasa rindu, sedih yang tercetak. "Kanker darah. Sejak kecil Darren memang anak penyakitan. Tapi dia selalu terlihat kuat, dia gak mau liat orang lain sedih karena penyakitnya. Hingga waktu dia SMP kelas 3. Tuhan berkehendak lain."

Deg

Nafas Chimon tercekat. 'Kanker darah?' Batinnya. Apa Chimon akan bernasib sama dengan kakak Dika? Jika memang takdirnya seperti itu, Chimon harap hari itu datang pada saat dirinya sudah mendapat maaf dari keluarganya dan Chimon hanya mengharapkan satu pelukan hangat dari mereka.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang