6. Terkejut

922 148 13
                                        

Chimon sampai di sekolah 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Bukan karena bangun telat, namun omelan kedua orangtuanya lah yang membuatnya tertahan. Apalagi kakaknya yang seakan-akan mengompori kedua orangtuanya.

Chimon berjalan sambil sesekali tersenyum ke arah murid lain. Bukan senyuman yang ia dapatkan, melainkan tatapan jijik dan nyalang dari teman-temannya.

Teman? Chimon memang menganggap semuanya temannya. Walaupun mereka tak menganggap kehadiran Chimon tentunya.

Karena parkiran yang biasa sudah penuh, Chimon memarkirkan sepedanya di parkiran belakang sekolah.

Chimon menentang totebag di tangan kanannya. Karena jalannya ini melewati kelas Nanon, ia sengaja akan mengembalikan baju Siwat yang waktu itu di pinjamkan kepadanya.

Chimon berdiri 5 langkah dari keributan di depan kelas Nanon. Karena tubuhnya yang  kecil, ia dengan mudahnya bisa menerobos kerumunan itu. Chimon berdiri di paling depan.

"Gabisa gitu dong, Non! Aku udah ngejar kamu dari kelas 10! Seharusnya aku, Non. Aku!" Suara Jane seperti hendak menangis.

"Gue ga pernah nyuruh lo ngejar gue." Jawab Nanon. Jane hendak meraih tangan lelaki itu namun dengan segera Nanon menyingkirkan tangannya.

"Non pliss terima gue. Gue suka sama lo." Sungguh Jane seperti tidak tau malu. Sudah sering dirinya menyatakan perasaannya ke Nanon di depan umum dan berujung penolakan. Namun gadis itu tetap gigih.

Para murid sering berkata ke gadis itu. Jane itu hanya obsesi ingin memiliki Nanon. Dia terlalu obsesi dengan hal itu sehingga membuatnya bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan Nanon.

"Gue udah suka sama orang lain." Jawaban Nanon membuat Jane membelalakkan matanya kaget. Ah bukan, bukan hanya Jane. Mereka semua yang sedang berada di sana pun terkejut. Apalagi Chimon. 'Nanon udah suka sama orang lain?' Ujar Chimon dalam hati.

"Bohong Non. Kalaupun bener itu pasti aku. Iya kan? Jawab Non. Iyakan?" Jane terus mendesaknya.

Nanon mendorong tubuh gadis itu Agar sedikit menjauh. "Lo itu cewe. Harusnya tuh di kejar bukan malah di mengejar. Cihh malu-maluin."

"Non! Mulutnya kalo ngomong itu." Tegur gadis yang ada di sebelahnya. Semua pasang mata tertuju ke gadis itu. Tadi mereka tak menyadari jika ada seorang gadis lain di sebelah Nanon. Murid baru sepertinya.

Nanon menoleh ke arah gadis di sebelahnya lalu tersenyum singkat. Ia kembali menatap ke arah Jane, "Lo mau tau siapa yang gue suka?" Nanon milirik sekilas ke arah Chimon. Ia memang sadar jika ada Chimon di sana.

Nanon menarik pinggang gadis di sebelahnya itu hingga mengikis jarak di antara keduanya. "Dia. Dia yang gue suka. Puas lo?!" Ujar Nanon sedikit keras.

"Non? Apa sih? Malu ini." Gadis itu tampak ingin melepaskan tangan yang ada di pinggangnya namun langsung di tahan.

Dakk

Seketika totebag yang di bawa Chimon tadi terjatuh. "M-maaf." Dengan segera lelaki mungil itu mengambil totebag nya dan berlari menjauhi kerumunan. Hal itu tak luput dari pandangan Nanon. Lelaki itu tersenyum puas melihatnya. Dan sangat kebetulan sekali bel masuk berbunyi sehingga membuat semuanya bubar.

Sedangkan Chimon. Dadanya begitu nyeri entah kenapa. Serasa ia sedang di tusuk pisau.

Rooftop. Tujuan itulah yang ia pikirkan, tak ada niatan sama sekali untuk kembali ke dalam kelas.

***
"Anjirr Chimon!! Gue nyariin lu kemana aja woyy! Mana kaga bilang." Loverrukk mendengus kesal. Saat jam istirahat, Chimon baru masuk ke dalam kelasnya. Chimon tersenyum simpul.

"Lo kemana, Mon? Love tadi brisik banget sampe telinga gue mau pecah." Timpal Fiat. "Ya kan khawatir, mana hp nya gak aktif." Jawab Love. Chimon hanya terkekeh menanggapi.

"Ayo makan lah, laper gue gak sarapan tadi." Ajak Fiat. Love melirik ke arah sahabatnya itu. "Gue juga. Ayo Mon, ke kantin."

"Engga deh, kalian aja. Aku masih kenyang." Bohongnya. Sebenarnya lelaki manis itu lapar, tadi pagi ia belum menyentuh sarapannya sudah mendapat omelan dari sang ayah. Tapi apa boleh buat, ia sedang tidak ada mood untuk makan.

Chimon menenggelamkan kepalanya di meja saat Love dan Fiat sudah pergi dari kelas. Baru saja ingin memejamkan matanya, rambutnya di tarik kuat sehingga membuatnya mendongak. "Awhh." Ringisnya.

"J-janhae." Ujar Chimon. Janhae merupakan teman sekelasnya yang sering mengerjai dirinya. Gadis itu melemparkan bukunya ke muka Chimon.

"Gue mau besok udah kelar." Ujar gadis itu tanpa bantahan. Chimon mengambil buku gadis itu. 3 tugas yang kosong. "Semuanya?"

"Iyalah! Yakali engga. Pokoknya gue mau lo kerjain ini semua, besok harus udah kelar." Tekannya lagi.

"Tapi ini banyak banget jawabannya Jan, punya aku aja belum selesai jawab."

"Ya bodo amat. Pokoknya besok punya gue harus udah kelar, kalo belum lo bakal tau sendiri akibatnya." Ujar gadis itu lalu beranjak dari bangku Chimon keluar kelas. Sedangkan Chimon menghembuskan nafasnya pelan.

"Cih, dasar lemah." Ujar seseorang yang tadi melihat pembicaraan antara Chimon dan Janhae.

.
.

Chimon berlarian ke parkiran motor. Ia sedang mencari Siwat. Sekalian bertemu Nanon Jika beruntung. Haha.

"Siwat!" Teriak lelaki manis itu membuat Siwat dan teman-temannya menghentikan jalan mereka.

"Wihh si Chimon udah ganti target nih." Ujar Ssing melirik ke arah Nanon yang berdiri di sebelah kirinya, dan seorang gadis yang ikut berdiri di sebelah kiri Nanon.

"Kenapa?" Tanya Siwat saat Chimon sudah berdiri di depannya. Chimon melirik ke arah Nanon yang sedang menatapnya, namun tangan lelaki itu menggenggam tangan gadis di sebelahnya. Perempuan tadi pagi yang di depan kelas Nanon.

Chimon mengalihkan pandangannya dari Nanon. "Ini aku balikin, makasih ya udah di pinjemin." Chimon menyodorkan totebag ke arah Siwat. Siwat hanya menatapnya tanpa ada niatan mengambil. "Buat lo aja."

"Bentar-bentar, bakal ada drama terima engga nih bentar lagi ahayy." Ujar Neo .

"Engga deh, ini kan punya kamu. Pokoknya ambil aja." Chimon menarik tangan Siwat dan memberikan totebag itu.

"Eh? Lo Chimon bukan si? Yang kemarin gue tabrak?" Ujar gadis itu. Chimon menoleh sambil tersenyum manis. Walau sangat sakit rasanya "Iya, itu aku."

"Wihh ga nyangka gue bisa ketemu lo lagi, mana satu sekolah. Lo masih inget nama gue kan?"

"Puimek kan ya?"

"Haha iya bener. Astaga muka lo imut banget sih pengen gue cubit." Puimek hendak melangkah ke arah Chimon namun tangannya di cekal Nanon.

"Mau kemana?"

"Apasih, lepasin ini." Puimek berusaha melepaskan cekalan lelaki itu. "Diem di sini. Gausah deket-deket sama orang yang ga punya malu."

"Hah? Maksudnya?" Tiba-tiba Puimek bingung. Apa yang Nanon maksud? Chimon yang paham apa yang di maksud lelaki itu hanya tersenyum simpul.

"Aku duluan ya? Sekali lagi makasih ya Siwat bajunya. Nanon, Chi duluan ya." Lelaki manis itu membalikkan badannya dan berjalan menjauh.

Puimek menatap punggung Chimon yang menjauh. "Nanon maksud kamu apa?" Tanya Puimek menatap lelaki itu bingung.

"Bukan apa-apa. Ayo pulang."

Puimek menatap para sahabat Nanon. Mereka hanya diam tak ada satu pun yang ingin menjawab.

.
.
.

To be continue


Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang