24. Nanon Nangis?

1K 156 161
                                    

Di sinilah Chimon. Berdiri dan hormat di depan tiang bendera. Masih pagi, matahari tidak terlalu panas. Namun masalahnya, perut lelaki itu kosong. Chimon mengusap peluh keringat yang menetes di dahinya.

Sedang fokus menjalankan hukuman tiba-tiba sebuah bola menghantam keras kepalanya. Chimon yang tidak siap menahan dirinya pun tersungkur ke tenah. "Awhh," Ringisnya memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Eh sorry, gue gak sengaja." Siwat membantu Chimon untuk berdiri. Kelasnya jam olahraga, dan mereka sedang bermain bola basket. "Gapapa kok." Jawab Chimon tersenyum.

"WOYY SIWAT KE SINI CEPETAN!! JANGAN DEKET-DEKET ORANG ITU!!" Teriak teman sekelasnya. Siwat menoleh ke arah temannya sekilas lalu kembali menghadap Chimon. "Beneran gak papa?" Tanyanya kembali memastikan.

Chimon mengangguk, "Gak papa."

"Yaudah kalo gitu gue tinggal ke sana ya?" Ujar Siwat lalu berlari ke arah lapangan basket kembali tak lupa mengambil bolanya terlebih dahulu.

Chimon memandang anak IPS yang sedang bermain basket. Tak sengaja matanya saling bertubrukan dengan Nanon. Dan dengan cepat lelaki mungil itu memalingkan wajahnya dan kembali ke kegiatan semula. Hormat bendera.

3 jam pelajaran Kimia. Barulah Chimon bisa kembali ke dalam kelas. Namun, ia tak langsung ke arah kelasnya. Lelaki itu berjalan ke arah toilet.

Chimon menatap pantulan dirinya di cermin wastafel.

Pucat. Satu kata yang menggambarkan dirinya.

Tess

Cairan merah kental keluar dari lubang hidung kanannya. Dengan segera lelaki mungil itu membasuhnya dengan air mengalir.

"Berapa lama lagi ya kira-kira aku bisa bertahan?" Monolognya.

Perkataan Arm yang menyuruhnya untuk menjalani kemoterapi terbayang di otaknya. Ia menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Engga! Aku gamau kemo." Ujarnya lirih lalu kembali membasuh wajahnya dan segera pergi dari sana.

Tanpa di sadari, ternyata ada seseorang yang tak sengaja mendengar perkataan Chimon barusan. "Kemo?"

***
"Mon," Panggil Win ketika melihat sang adik sedang sibuk mengepel lantai rumahnya. Mendengar namanya di panggil, ia pun menoleh.

"Iya kak?"

"I-itu, gue mau bilang makasih."

"Makasih? Buat apa kak?" Tanyanya bingung.

"Kolam renang itu." Jawab Win dengan cepat. Chimon mengernyit bingung, namun setelahnya itu tersenyum bahagia mendengar ucapan terima kasih dari kakaknya.

"Lo jangan seneng dulu! Gue bilang makasih ya karna lo udah nyelametin gue. Bukan berarti gue udah ga benci sama lo! Gak usah kepedean!" Ujar Win ketika melihat Chimon tersenyum tadi.

Bukannya luntur, senyuman di bibir lelaki mungil itu semakin terpampang. "Gak masalah, aku udah bahagia Kak Win mau ngajak aku ngomong dulu." Sungguh, dirinya sangat bahagia.

"Ck. Lupain, anggap gue ga pernah ngomong." Win pun meninggalkan Chimon di sana. Chimon masih tersenyum bahagia.

"Aku gapapa tenggelam setiap hari asal Kak Iwin kaya gitu terus sama aku." Lelaki mungil itu masih tersenyum sambil memandang tubuh kakaknya yang semakin menjauh.

.
.
.

"Nanon, kita mau ke makam kakak kamu. Kamu ikut kan?" Ujar Newwiee ketika melihat anak bungsunya sibuk dengan hp di sofa.

Nanon menghentikan kegiatannya. Lelaki itu menoleh ke arah papa nya dan memasang wajah yang sungguh tak enak di lihat. "Aku sibuk." Ujarnya sebelum beranjak dari sana.

Chasing You Nanon KorapatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang