Kirana langsung menjauhkan mata dari lawan bicaranya itu. Ia tidak bisa menjawab. Bukan ia tidak paham makna 'mengenal lebih jauh' yang diucapkan laki-laki yang sudah dewasa itu. Justru karena ia tahu, itu sebabnya ia tidak berani untuk menjawabnya.
Wira pun terdiam setelah mengucapkan kalimatnya itu. Meski tidak dijawab oleh Kirana ia sama sekali tidak menyesal sudah mengucapkannya. Hanya saja ia berkecil hati dan sadar diri siapa dirinya dan apa yang sudah ia ucapkan pada tentor anaknya itu.
"Maaf Bu Kirana kalau ucapan saya mengundang pikiran dan ketidaknyamanan Bu Kirana, kalau begitu saya dan Zain permisi dulu. Cepat pulih Bu, Assalamualaikum," ucap Wira. Ia langsung menggendong Zain dengan enteng dan berjalan meninggalkan ruangan Kirana.
"Waalaikumsalam," jawab Kirana pelan dengan rasa bersalah. Ia melihat punggung yang menjauh itu dari kamarnya. Menggendong seorang anak yang sudah akrab dengannya. Kirana pun menghela napas. Ia memejamkan matanya.
'Ya Allah. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membuat Zain menjadi dekat dan berharap padaku. Aku tidak pernah terpikirkan kalau ternyata sikapku selama ini memang suddah salah karena sudah membuka kesempatan untuk orang-orang itu masuk dalam kehidupanku. Aku senang ya Allah tapi ujung-ujungnya aku takut,' batin Kirana.
Di dalam mobilnya, Wira mendudukkan Zain dengan hati-hati di jok depan. Ia juga memakaikan belt pengaman pada anaknya itu. Ia mengusap kepala Zain lalu menghela napas. Tentu saja ia kepikiran dengan apa yang sudah ia ucapkan pada Kirana tadi. Kalau bukan karena Zain, ia pum tidak mungkin menjadi ingin mengenal Kirana seperti itu.
Wira berjalan setengah lingkaran dan kembali masuk ke mobil untuk segera memajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Ia menutup mulutnya dengan punggung tangannya sembari memikirkan apa yang sudah terjadi.
'Aku nggak bermaksud membuat Bu Kirana kepikiran. Pasti sekarang dia risih karena ucapanku. Sayangnya Zain terlalu polos untuk diberi pengertian kalau apa yang dia inginkan itu tidak semudah itu. Tapi bagaimana lagi, aku juga merasa nyaman melihat Zain dekat dengannya. Perhatian Miss Kirana selalu menjadi topik perbincangan Zain setiap pulang bimbel. Apa salah kalau aku juga menjadi berharap?'
'Saya tahu Miss, duda seperti saya memang terlalu lancang dan terlalu berani mengucapkan kalimat itu. Saya kelihatan menjadi sosok yang merepotkan dan menyedihkan. Sudah meminta menjaga dan menemani Zain, sekarang bertambah pula keinginan saya,' keluh Wira di dalam hatinya pada dirinya sendiri.
Sementara itu Kirana sudah meneteskan air mata di ruangannya. Sembari menatap langit-langit kamar yang menjadi salah satu saksi bisu atas ucapan ayah dari muridnya tersebut. Seketika ia begitu merasa bersalah juga begitu takut.
'Aku senang berkenalan dengan orang baru. Tapi aku tidak pernah mengizinkan mereka untuk masuk dalam kehidupanku, tahu siapa diriku dan tahu tentang masa laluku. Tapi sampai kapan aku harus menutup diri? Aku tidak munafik ya Allah, aku butuh sosok yang melindungi dan menjadi teman hidup, tapi kenapa rasa takut ini selalu menjeratku?' Bibir Kirana bahkan bergetar dalam mengeluhkan dirinya sendiri yang tidak dia mengerti.
***
Seperti biasa, Wira akan pulang siang ini dari kantornya untuk menjemput sang anak di sekolah. Ia pun berjalan keluar dari kantornya dan masuk ke dalam mobilnya. Karyawan dan seluruh pegawai yang bekerja di kantornya itu sudah paham bagaimana sibuknya seorang Wira. Selain menjadi ayah juga menjadi ibu.
"Pak Wira itu ganteng, mapan, anaknya juga lucu, siapa sih yang nggak mau sama Pak Wira? Walau duda aku juga mau," ucap salah satu karyawan wanita yang melihat bos mereka itu melewati mereka saat ingin keluar dari kantor.
"Hus! Kamu ini. Betul siapa yang nggak mau, pasti banyak yang mau, masalahnya Pak Wiranya yang nggak mau," balas yang satu.
"Kalian tahu sendiri gimana harmonisnya hubungan Pak Wira, istri dan anaknya. Pak Wira bukannya nggak bisa mendapatkan ibu baru untuk anaknya, hanya saja ia nggakk bisa menggantikan istrinya. Nggak semudah itu juga percaya pada semua wanita walaupun sebenarnya pasti Pak Wira mudah mendapatkannya," jelas yang satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...