"Ya Allah!" teriak ibu-ibu yang juga keluar dari mesjid itu. Ia pun berlari menghampiri Kirana.Abi pun selesai memasang sepatunya. Ia berlari mendekat ke arah di mana ia melihat wanita itu jatuh dan pingsan.
"Bantu Nak!" ucap si Ibu yang prihatin dan langsung memangku kepala Kirana.
"Kiran- Kirana?" panggil Abi terkejut.
"Kamu kenal dia?" tanya si Ibu.
Abi mengangguk panik. "Iy- iya Bu, dia teman saya," ucapnya. Ia pun membantu Kirana. Mengangkatnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Ia ditemani dan dibantu oleh si Ibu untuk dibawa ke rumah sakit.
Abi mendapat keterangan dari dokter bahwa Kirana perlu diperiksa lebih lanjut. Didapatkan rambutnya yang sangat rontok saat jilbabnya tidak sengaja tersingkap oleh suster yang memasangkan infus di tangannya.
Kekhawatiran dan ketakutan menyelimuti hati Abi. Tidak mungkin, batinnya menepis apa yang muncul di pikiran negatifnya.
Saat Kirana sadar, ia langsung memegang kepalanya.
"Kiran?" sapa Abi.
"A- Abi?" tanya Kiran. Ia pun melihat seorang Ibu yang tidak ia kenal di ruangan rumah sakit itu.
"Kiran, kamu dari mana? Kenapa kamu bisa pingsan?" tanya Abi.
"Ibu ini siapa?" tanya Kirana, mengalihkan pertanyaan.
"Ibu ini yang melihat kamu jatuh di pelataran mesjid. Aku juga kebetulan sholat di sana," jelas Abi.
"Makasih Bu," ucap Kirana lemah.
Si Ibu pun tersenyum dan mengangguk. Karena sudah melihat Kirana sadar, dan ia yakin kalau Abi adalah teman dari wanita itu, ia lega untuk meninggalkannya hingga ia pun pamit.
"Makasih sekali lagi Bu," ucap Kirana.
Si Ibu itu mengangguk dan tersenyum ramah.
"Makasih Bu," ucap Abi lagi.
Setelah ibu itu pergi dan diantar Abi hingga ke depan rumah sakit, Abi kembali bertanya pada Kirana.
"Kirana, tadi suster mendapatkan rambutmu rontok sangat banyak, apa memang biasa sebanyak itu?" tanya Abi.
Kirana menelan ludahnya. Ia mengangguk.
"Mungkin karena aku belakangan sering sakit kepala," ucap Kirana.
"Sakit kepala seperti apa?" tanya Abi panik.
"Sakit, berat," lirih Kirana tidak bisa mendefenisikan dengan baik.
Abi menunduk dalam. Semoga apa yang dia takutkan tidak benar. Tapi, ia tetap meminta Kirana untuk diperiksa lebih lanjut. Abi sendiri yang memeriksanya.
***
Abi menangis mendapatkan hasil pemeriksaan dari Kirana. Ia menangis tersedu. Tangannya mengepal ke atas mejanya. Ia masih merenung di ruangannya.
"Dok kenapa?" tanya asistennya, Haya.
Abi menghela napas panjang. Ia memandangi hasil CT Scan kepala Kirana di hadapannya. Hasil PET Scan juga hasil biopsi.
CT Scan yang untuk melihat kondisi bagian dalam otak Kirana menampilkan adanya tumor di kepalanya. PET Scan menunjukkan hasil tumor di kepalanya sudah menyebar ke bagian yang lain. Lalu hasil biopsi atau pengambilan sampel jaringan otak, menunjukkan kanker yang dialami Kirana sudah di stadium 3.
"Dok?" sapa asistennya lagi.
Abi menggusap wajahnya yang menangis. Ia terlihat rapuh mendapatkan semua hasil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...