Wira dan Kirana pulang ke rumah. Perhatian Wira tidak henti-hentinya sampai-sampai membuat Kirana merasa lucu."Mas, Kiran hamil lho bukan lumpuh, Mas lucu ihh," ucap Kirana terkekeh pada Wira, saat ia terus dirangkul suaminya itu dengan erat hingga masuk ke rumah.
"Biarin, Mas mau kasih perhatian ekstra, berkali-kali lipat," ucap Wira gemas dan mengecup lagi kepala istrinya.
"Udah pulang Mas, Mbak," sapa si Bibi. "Gimana kandungan Mbak Kiran?" tanyanya menyambut.
"Alhamdulillah, Bi. Semuanya sehat," jawab Kirana.
"Alhamdulillah, Bibi ikut senang mendengarnya. Mau Bibi buatin sesuatu?" tawar si Bibi.
Kirana menggeleng. "Nggak Bi, makasih," jawabnya.
"Iya Bi, buatin air hangat, Kirana harus minum vitamin," jawab Wira.
"Eh iya, lupa Mas," ucap Kirana menatap suaminya.
"Mulai sekarang Bibi juga harus ingatin Mama Zain ini untuk minum vitamin. Harus dibiasakan," ucap Wira.
"Siap Mas," sahut si Bibi.
"Sekarang, Sayang harus istirahat lagi," ucap Wira. Ia langsung mengangkat Kirana ke kamar.
"Mas!" Kirana memukul bahu Wira yang menggendongnya karena ia terkejut saat tubuhnya itu langsung diangkat oleh kedua tangan kekar Wira.
Tidak berapa lama, Bi Ika pun datang mengetuk pintu kamar dengan membawa air minum hangat seperti yang Wira suruhkan.
"Masuk Bi," ucap Wira.
"Ini Mbak," ucapnya.
Wira yang menerima gelas itu. "Makasih ya Bi," ucapnya. Setelahnya Bi Ika pun keluar.
"Sekarang, Mama Kiran harus minum vitaminnya," ucap Wira.
"Siap Ayah!" sahut Kirana tersenyum.
"Kamu mau sesuatu? Mengidam?" tanya Wira.
Kirana mengerutkan keningnya. Ia menggeleng. "Kiran nggak pengen apa-apa," ucapnya.
"Tapi?" tanya Wira.
"Pengan dipeluk," bisiknya.
Wira tertawa. "Itu maunya dede atau Mama nih?" tanya Wira.
"Dua-duanya," jawab Kirana.
Wira tertawa. "Yaudah minum dulu, nanti Mas peluk sampai engap," ucapnya. Mereka berdua pun terkekeh.
***
Sementara itu Abi disadarkan oleh asistennya.
"Dokter, kenapa melamun?"
"Eh Haya, nggak pa-pa," sahut Abi.
"Dokter kurang sehat?" tanya asistennya itu lagi.
"Nggak, aku baik-baik saja," ucapnya.
Haya, asisten dokter ahli kanker tersebut memperhatikan dokternya dan terlihat berbeda sejak berapa hari belakangan.
"Dokter ada masalah?" tanyanya.
Abi menatap wajah asistennya itu, lalu ia menggeleng.
"Apa ada yang mengganggu pikiran dokter?" tanyanya lagi.
"Haya, I'm okay," jawab Abi.
Haya menelan ludahnya. "Saya ambilkan minum, dok?" tawarnya.
Abi mengangguk.
Setelah Haya pergi, Abi kembali menekan keningnya.
Tidak lama, Haya pun sudah kembali.
"Ini Dok, diminum dulu, siapa tahu agak enakan," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...