Mengakui Kesalahan

861 119 2
                                    




Seketika perasaan Kirana tidak nyaman. Ia bahkan tidak pernah menyebut nama Lingga di hadapan Wira bahkan saat ia jujur tantang kesalahannya di masa lalu. Dan sekarang, bagaimana bisa suaminya itu bertemu Lingga bahkan berpesan seperti itu. Apa yang sudah terjadi?

[Mas, kok bisa ketemu dia?] Kirana membalas pesan Wira.

[Nanti Mas cerita di rumah ya.] Begitu Wira membalas.

Kirana menelan ludahnya. Perasaannya sangat tidak enak. Namun, ia berharap kalau tidak ada terjadi apa-apa dan ia harap semua baik-baik saja.

Sebenarnya Wira tidak peduli siapapun Lingga. Masalahnya dan Kirana adalah masa lalu, dan Kirana adalah istrinya. Apapun hal yang menyangkal itu pasti akan Wira abaikan, karena semua orang punya masa lalu termasuk istrinya. Hanya saja ucapan Lingga yang menginginkan Kirana kembali kepadanya berhasil mengusik ketentraman hati Wira.

Di dalam mobil yang disupiri oleh asistennya, Wira menghela napas. Ia harap laki-laki bernama Lingga itu tetap bisa menjalankan kerja sama secera profesional.

***

Kirana menjemput Zain pulang sekolah. Ia tersenyum mengulurkan tangan pada anaknya yang sudah kelas dua sekolah dasar itu.

"Gimana sekolahnya hari ini?" tanya Kirana mengusap kepalanya.

"Amazing!" jawab Zain semangat.

"Yaudah, kita pulang yuk," ucap Kirana, menggandeng Zain.

"Mah, tapi kita beli ice cream dulu ya, kita jalan-jalan," pinta Zain.

Kirana menggeleng. "Not to day ya Sayang, tadi Ayah bilang, kita harus langsung pulang ke rumah. Nggak boleh ke mana-mana," ucap Kirana.

"Loh kok gitu Ma? Zain mau beli ice cream," rengek Zain.

"Oke, kita beli ice cream tapi nggak usah jalan-jalan ya? Nanti kita minta taksinya berhenti sebentar," bujuk Kirana.

"Kok gitu Mah?" tanya Zain lagi, meminta penjelasan.

"Karena Ayah yang berpesan. Zain nggak mau kan Ayah marah kalau kita nggak nurut sama Ayah?" tanya Kirana.

Zain pun mengangguk. "Good!" ucap Kirana mengelus pipi Zain.

Di seberang jalan, saat Kirana membelikan ice cream untuk Zain, Lingga mengamatinya. Memata-matai Kirana dan Zain. Ia tidak habis pikir, bagaimana mungkin Kirana menerima itu semua. Bersuamikan laki-laki yang sudah punya anak. Ia masih tidak percaya kalau Kirana bisa berpaling darinya setelah hubungan mereka yang sudah jauh.

'Sampai kapan pun aku percaya kalau kamu hanya akan sempurna untukku Kirana. Aku yang lebih tahu bagaimana sakitmu, lukamu, keluargamu dan perjuanganmu selama ini,' batin Lingga.

***

Selama menunggu Wira pulang kerja, Kirana masih terus bertanya-tanya dan memikirkan bagaimana bisa suaminya itu bertemu dengan Lingga bahkan mengenalnya. Ia sangat khawatir, ketakutan juga penasaran. Paling utama dia ingin tahu respon suaminya itu. Dan apa yang dikatakan Lingga padanya?

Kirana menelan ludahnya, merasa bersalah karena dia bahkan sudah bertemu dengan Lingga sebulan yang lalu. Semakin merasa bersalah pula ia karena belum mengatakannya secara jujur pada Wira.

Suara mobil terdengar mendekati rumah dan memasuki garasi. Kirana pun tahu kalau itu suaminya. Ia langsung berjalan menyambut ke depan rumah.

"Assalamaualaikum," ucap Wira.

"Waalaikumsalam, Sayang," sahut Kirana. Ia mengecup punggung tangan suaminya yang langsung ia salam itu. Mengambil tasnya dan juga menatap kedua matanya.

AFTER 40 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang