1 Tahun Kemudian..."Gimana Sayang?" tanya Wira subuh itu pada Kirana yang keluar dari kamar mandi.
Kirana berjalan mendekati Wira dengan menggenggam testpack di tangannya. Wajahnya terlihat lesu dan sedikit kecewa. Ia menatap Wira lalu menggeleng. "Belum Mas, hasilnya masih negatif," jawabnya. Ia pun sudah berdiri di depan Wira yang duduk di tepian tempat tidur.
"Belum rezeki," ucap Wira. Ia mengusap tangan Kirana.
"Mas, kecewa nggak sama Kirana?" tanya Kirana.
"Nggak Sayang..." lirih Wira.
Setelah mereka merencanakan kehamilan sejak awal mereka menikah, sudah satu tahun ini Kirana masih belum kunjung hamil. Pagi ini entah sudah keberapa kali Kirana menggunakan testpack setelah pertama kali ia mencobanya setelah dua bulan pernikahan mereka. Dan hasilnya masih sama, negatif.
Kirana pun duduk di sebelah Wira. Ia masih berharap testpack yang dia pegang menunjukkan garis dua. Seketika ia merasa bersalah pada suaminya. "Maafkan Kirana, Mas," ucapnya.
"Heiii kenapa kamu minta maaf sama Mas?" tanya Wira. Ia mengusap kepala Kirana lalu mengecup keningnya. "Namanya belum rezeki, kita bisa apa Sayang?" tanya Wira.
Kirana mengangguk.
"Dah, jangan nangis, nanti Zain pikir apa," ucap Wira pula. Ia memeluk istrinya itu.
Saat-saat seperti ini, saat mendapatkan hasil yang selalu negatif, entah kenapa Kirana selalu menyalahkan semuanya atas dirinya. Atau hanya pikirannya saja yang terlalu rumit, atau dosa-dosanya yang tidak termaafkan sampai harus mengalami itu semua?
***
"Mama, kapan kasih Zain adik yang imut, teman Zain bilang adiknya sudah bisa beicara," jelas Zain.
Mungkin dulu, di awal pernikahan, saat Zain melontarkan pertanyaan itu akan ada gelak tawa yang keluar dari mulut Wira dan Kirana yang merasa lucu. Namun sekarang ini, justru pertanyaan itu terasa sedikit membuat Kirana sedih.
"Zain," tegur Wira. Ia menatap anaknya yang tengah sarapan itu. "Kalau Allah sudah kasih ke Zain, Mama Kirana juga pasti kasih Zain, nggak boleh ditanya-tanya tiap hari gitu ya," jelas Wira.
"Mas..." Kirana mengusap tangan Wira di atas meja. Ia tidak ingin jawaban Wira itu menyakiti hati Zain.
"Sayang... mudah-mudahan Allah segera kabulkan doa Zain, kita harus banyak berdoa ya?" ucap Kirana tersenyum. Ia mengusap pipi anaknya itu.
Zain pun mengangguk.
Kirana bersitatap dengan Wira. Tatapan yang saling menguatkan satu sama lain.
Wira dan Zain pun berangkat meninggalkan rumah setelah sarapan pagi itu.
"Kita pergi ya Sayang," ucap Wira pada Kirana. Ia merangkulnya dan mengecup keningnya. Memang begitulah keromantisan dan keharmonisan keluarga mereka.
Kirana menyalam Wira dan mengecup punggung tangan suaminya itu. Kemudian ia pun meraih tangan Zain yang akan menyalamnya. Ia pun melakukan hal yang sama, mengecup puncak kepala anak yang kini sudah naik kelas dari awal ia menemuinya.
"Belajar yang baik ya Sayang," pesan Kirana pada Zain.
"Oke Mama, siap!" sahutnya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...