Abi menunduk dan geleng-geleng membuat air matanya pun jatuh. Sigap Wira masuk ke dalam rumah dan mengambil kunci mobilnya. Ia ingin segera menemui Kirana.Melihat Wira yang langsung bergerak tergesa-gesa, membuat Abi langsung berdiri dari posisi duduknya.
"Antarkan saya ke Kirana, Dok. Aku mohon," lirih Wira.
Abi mengangguk.
Dengan mengikuti mobil Abi dari belakang, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
Sampai Abi menunjuk ruangan Kirana, Wira langsung masuk ke dalam ruangan itu.
Tak disangka kalau kondisi Kirana dengan cepat menurun dan memburuk. Ia menoleh pada Wira.
"Mas?" lirihnya membuka mulut. Ia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Terlukis senyuman haru dan bahagia melihat suaminya itu. Ia mengulurkan tangan kanannya pada suaminya yang datang.
"Sayang... Iya Mas di sini, Mas minta maaf," ucap Wira langsung menangkap dan menggenggam tangan Kirana. Ia mengecup punggung tangan Kirana itu dan mengusap kepala istrinya dengan tangisan. Begitu lama Wira menempelkan keningnya di kening Kirana dengan tangisan yang tertahan dan sangat menyesakkan.
"Maafin Kirana yang sudah nggak jujur sama, Mas." Kirana masih mencoba menjelaskan.
Wira menggeleng-geleng. "Mas yang minta maaf, Sayang. Seharusnya Mas lebih percaya Sayang dari pada laki-laki pengecut itu. Maafkan Mas, Sayang." Wira begitu menyesal.
Wajah pucat Kirana membuat Wira begitu takut.
"Sayang, Sayang pasti sembuh. Ya, please Mas mohon, Sayang harus sembuh!" ucap Wira gemetar.
"Tapi, rasanya sakit Mas." Kirana menyentuh kepalanya.
"Iya Sayang, tapi Sayang pasti akan sembuh, pasti," ucap Wira meyakinkan.
"Mas, terima kasih sudah menerima Kirana. Sudah menjaga dan merawat Kirana.Kirana bersaksi di hadapan Allah, kalau Mas itu adalah suami yang baik. Mas adalah ayah yang baik. Tapi, Kirana minta maaf karena harus jadi istri yang jahat sama Mas. Kirana nggak yakin kalau Kirana akan selalu di samping Mas."
Terlihat Kirana merintih dan menghela napas yang terputus.
"Sayang! Nggak! Jangan bilang gitu! Sayang pasti sembuh. Ada dokter Abi! Dokter?!" panggil Wira panik dan tidak terima dengan pernyataan Kirana. Sampai kapan pun dia tidak akan siap dengan kenyataan yang Kirana katakan.
Abi yang berdiri di pintu ruangan Kirana langsung masuk.
"Tolong obati Kirana sekarang! Saya akan bayar berapa pun! Sembuhkan dia Dok!" pekik Wira frsutasi dengan tangisan.
"Mas..." lirih Kirana sesak dan suaranya yang pelan itu terdengar gemetar. "Kirana sudah nggak kuat," isaknya.
Abi pun tak kuasa manahan air matanya. Ia ikut meneteskan air mata dan menunduk dalam.
"Mas, Zain mana Mas? Bukannya dia harusnya udah pulang Bimbel?" tanya Kirana.
Dada Wira kembang kempis melihat Kirana dan begitu takut dengan apa yang ada di pikirannya.
"Iya, Mas lupa." Wira mengusap wajahnya getir.
"Mas, jemput Zain gih, kasihan Zain kelamaan nunggu," lirih Kirana lemah.
Wira menggeleng dan menekan keningnya. Sekarang Zain tidak lebih penting daripada kondisi Kirana. Ia begitu takut.
"Mas, kasihan Zain. Jemput Zain Mas, Kirana juga mau ketemu sama Zain," lirihnya.
Wira terduduk di lantai dan memegang tangan Kirana. Ia menempelkan punggung tangan istrinya itu di keningnya. "Sayang... Mas mohon, Sayang harus kuat, Sayang pasti sembuh," isaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...