"Bagaimana saksi?"
"Sah!"
"Sah!"
"Alhamdulillahirabbil'alamin, Audzubillahiminasyaitonirrojim... Bismillahirrahmanirrahim..." Ustaz pun membawakan doa untuk Wira dan Kirana yang sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Kirana menyalam Wira untuk pertama kali. Jantungnya berdebar bukan main. Keharuan dan kebahagiaan menyelimuti hatinya. Ia tersenyum pada Wira yang juga mengecup keningnya dengan lembut di hadapan semua keluarga.
Zain pun menyalam Kirana dan Wira. Ia memeluk tentor yang kini sudah menjadi ibu penggantinya. Kirana menepis air mata yang menetes dari ekor matanya karena begitu haru. Terlebih ketika ia menyalam nenek, om dan tantenya.
"Selamat ya Sayang, jadilah istri yang baik, yang setia pada suami, menjaga diri dan menjaga kehormatan suami, taat pada suami, keluarganya dan sayang pada anaknya," pesan Fatma.
"Makasih Nek, Insya Allah Kirana bisa menjalankan semuanya, mohon doanya Nek," ucap Kirana. Ia pun menyalam om dan tantenya. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih yang begitu dalam pada mereka. Bagaimanapun ia tahu bahwa keluarganya itu tetaplah keluarganya.
Wira pun menyalam ayah dan mamanya. Ia juga menyalam keluarga Kirana. Saat Kirana menyalam ayah dan mama Wira, ia semakin haru dan semakin mensyukuri hidupnya. Mertuanya itu sangat baik padanya, sangat mendukung hubungannya dan Wira karena penerimaan Zain pada dirinya.
"Selamat datang Kirana di keluarga kita, semoga sakinah mawaddah warahmah, terima semua kekurangan Wira dan semoga kalian saling melengkapi untuk sama-sama bahagia, ya," ucap Rahmita.
"Insya Allah Bu, makasih Bu," ucap Kirana.
"Panggil Mama," ralat Rahmita tersenyum.
'Makasih ya Allah atas kebahagiaan ini, atas penantian yang berakhir manis, semoga aku dan Mas Wira bisa menjalani rumah tangga yang Engkau ridhai,' batin Kirana bersyukur.
Ada banyak komentar yang terdengar di acara pernikahan Wira dan Kirana itu. Namun ia memilih untuk mengabaikannya. Toh, memang begitulah orang-orang. Akan selalu menilai dari sisi yang hanya menduga-duga tanpa tahu bagaimana yang sebenarnya.
Bahkan Kirana mendengar bahwa ia menerima Wira yang seorang duda hanya karena Wira orang yang kaya dan mampu. Miris memang, tapi Kirana menepis semua dan tidak mau mengambil hati.
Sampai acara itu selesai, ia dan keluarga Wira langsung berangkat ke Jakarta tanpa bermalam lagi di rumah keluarga Kirana. Sebenarnya saat berdiskusi bersama, Kirana meminta agar mereka tidak langsung berangkat di hari pernikahan mereka, namun Wira, ia yang sudah tahu bagaimana Kirana, keluarga dan tetangganya, ia tidak ingin berlama-lama di sana yang akan membuat umpatan atau segala jenis ucapan yang tidak mengenakkan hati. Itulah sebabnya akhirnya mereka berangkat sore itu juga.
Kirana menangis meninggalkan keluarganya. Saat itu Wira benar-benar bangga memiliki istri yang hatinya begitu luas. Bahkan setelah apa yang semua Wira ketahui, bagaimana om dan tantenya, istrinya itu tetap menyayangi mereka layaknya orangtuanya sendiri. Teringat pula akan orangtuanya yang tidak tahu masih hidup atau tidak setelah meninggalkannya, membuat Wira bertekad akan selalu memberikan kebahagiaan pada Kirana.
Mereka sampai di Jakarta setelah maghrib, tepatnya langsung di rumah Wira. Itu pertama kalinya Kirana ke rumah itu. Karena selama masa perkenalan dan pendekatan, Wira pun tidak pernah membawanya ke sana. Itu semua demi menjaga Kirana dan pandangan orang-orang yang tidak bisa disamakan.
"Silakan masuk Kiran," ucap Wira. Ia menggenggam tangan Kirana begitu erat.
Zain pun masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...