Kirana terbangun dari tidurnya. Ia melihat wajah yang begitu tampan tepat di depan wajahnya. Bibirnya itu tersenyum. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur di dalam hatinya akan kebahagiaan yang ia dapatkan.
Kirana melihat jam yang sudah menunjuk angka 5. Saat Wira terlihat bergerak dan sepertinya akan membuka mata, Kirana langsung kembali menutup matanya dan tertidur.
Wira membuka matanya perlahan. Ia menghela napas dan mengulas senyum di bibirnya. Ia pun tidak menyangka kalau ia sekarang sudah menjadi seorang suami untuk Kirana. Ia menikmati memandangi wajah itu manat-manat. Lalu ia mengangkat kepalanya mengecup kening Kirana.
Kirana perlahan membuka matanya.
"Bangun, mandi," bisik Wira.
Kirana tersenyum. "Udah bangun kok daritadi," ucapnya.
"Tadi kapan?" tanya Wira bingung.
"Sebelum Mas buka mata," jawabnya terkekeh.
"Kenapa kamu nggak bangunin Mas langsung?" tanyanya.
"Ya nggak apa-apa, emang nggak boleh lihat wajah suami?" tanya Kirana.
Wira tersenyum. "Boleh, lihatin aja terus sampai pagi berubah jadi malam lagi," ucap Wira terkekeh.
***
Usai mandi, Kirana mendatangi kamar Zain. Ia melihat anaknya itu dan membangunkannya untuk sholat. Kirana begitu bangga, karena dari pengakuan Wira, Zain selalu sholat subuh walaupun setelahnya ia kembali tidur lagi.
"Zain, bangun Sayang, Zain sholat," ucap Kirana lembut, mengusap kepala anak yang telungkup itu. Ia mengusap-usap punggungnya.
"Miss! Eh Mama!" sapa Zain.
"Good Morning," ucap Kirana.
"Good Morning, Miss eh,"
"Nggak apa-apa Zain," ucap Kirana tersneyum.
Setelah pagi yang gelap itu berubah menjadi terang, Kirana sudah sibuk di dapur untuk memasak. Pertama kalinya ia mengenal asisten yang selama ini membantu Wira dan Zain. Ia pun menyapanya ramah dan Kirana terus dipuji olehnya.
"Ibu bisa aja," ucap Kirana yang tersenyum ramah saat memegang sayuran yang dibawakan oleh si Bibi dari pasar.
"Jangan panggil Ibu Mbak, panggil Bibi aja," ucapnya.
Kirana pun mengangguk.
"Masya Allah, Mbak Kirana secantik ini. Mas Wira dan Zain pasti senang sekarang punya Mbak Kirana," pujinya lagi. "Samawa ya Mbak," ucap si Bibi.
"Aamiin, makasih ya Bi, mohon bimbingannya juga soalnya Kirana kan baru di rumah ini," ucapnya pula santun.
"Siap Mbak, kalau Mbak butuh bantuan, panggil Bibi aja," ucapnya.
Dari percakapan mereka itu, Kirana pun tahu kalau si Bibi ternyata memang tidak tinggal di rumah. Ketika sore dia pulang dan besok paginya dia kembali lagi karena rumahnya juga tidak jauh.
Dari pengakuan si Bibi pun, Kirana merasa bangga pada suaminya.
"Iya Mbak, jadi semenjak Mbak Nailah nggak ada, Mas Wira itu berusaha mengurus Zain sendiri sampai tidur juga sama. Kata Mas Wira, dia nggak mau anaknya merasa kekurangan kasih sayang karena sudah nggak ada mama lagi. Di tengah kesibukan Mas Wira yang padat, dia selalu berusaha untuk mengantar jemput Zain sekolah, dan terkahir bimbel. Mas Wira kewalahan tapi nggak mau minta bantuan. Ibu, Mama Mas Wira juga udah saranin, sewa taksi atau pekerjakan supir untuk antarjemput Zain, tapi Mas Wira nggak mau, dia mau yang ngurus anaknya tetap dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...