Kehilangan Miss Kirana

1K 136 14
                                    

"Kamu pulang Kiran, Nenek senang," ucap Fatma- neneknya menyambut Kirana.

"Om, Tante, Nek," sapa Kirana pada keluarganya. Hanya itu yang ia miliki.

Ia memeluk neneknya dengan sangat. Meski ia tidak bisa membagi apa yang ada di hatinya, setidaknya dengan berpelukan bisa membuatnya sedikit lebih lega.

"Kenapa kamu pulang Kiran?" tanya Salman.

"Om, itu, aku ambil cuti," jawab Kirana.

Salman menghela napas. "Bukannya Om nggak senang kamu pulang Kiran, tapi kamu tahu kan, kamu nggak mungkin tinggal lama di sini," ucapnya.

"Iya Om, Kirana sudah menyiapkan sedikit biaya untuk kehidupan Kiran dan Nenek selama Kiran di sini. Ini ada sedikit tambahan buat belanja dapur, Om," jelas Kirana.

"Maksud Om itu sepupu kamu Kiran," ucap Salman bermaksud tentang anak-anaknya yang selalu cemburu pada Kirana.

"Sini," ucap Rita merampas sebuah amplop dari tangan Kirana yang semula tidak ingin diterima oleh Salman.

Fatma, nenek Kirana hanya bisa terdiam. Ia kasihan pada cucunya itu tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tante, kalau semisal selama aku tinggal di sini itu kurang, aku akan transfer lebih bulan depan sewaktu transfer jajan Nenek," jelas Kirana.

Rita mengangguk. "Kiran, usia kamu sudah nggak muda, masa sih kamu nggak didekatin siapa gitu, kamu nggak berniat nikah atau mau Tante jodohin?" tanyanya.

"Tante, pastinya Kiran mau, tapi jodohnya belum ketemu," jawab Kirana tersenyum.

"Sudah-sudah, kamu ini kenapa harus membahas hal-hal kaya gitu," ucap Salman menegur istrinya. Ia pun membawa istrinya itu pergi.

"Mas ini gimana sih? Justru karena aku peduli sama Kirana aku berharap dia lekas dapat jodoh supaya dia nggak di rumah lagi," ucap Rita pada suamianya. Kirana masih bisa mendengar dengan jelas ucapan tantenya itu.

"Kiran..." sapa Fatma mengusap lengan Kirana.

"Nek," sapa Kirana tersenyum. Ia duduk di lantai dan meletakkan kepalanya di pangkuan neneknya.

"Kamu jangan masukkan ke hati ucapan Tante kamu ya," ucapnya.

Kirana masih tersenyum. "Nek, Kirana nggak pernah marah dan tersinggung sama apapun ucapan Tante Rita karena bagaimanapun dia udah kayak ibu kandung bagi Kirana. Yang dia bilang itu juga betul kok Nek. Usia Kirana sudah dua puluh lima tahun, tapi Kirana belum menikah, mungkin Tante Rita khawatir atau malu punya ponakan yang belum nikah, dan masih tinggal di sini, padahal dia sudah susah-susah membesarkan Kirana dari kecil," jelas Kirana.

"Sudah, nggak usah dipikirin, masalah jodoh itu Allah yang atur Kiran," ucap Neneknya.

Kirana menganguk.

***

Sudah satu minggu Kirana mengambil cuti dari tempatnya bekerja. Selama seminggu itu pula Wira selalu berusaha menjemput Zain tepat waktu agar ia tidak menyusahkan Kirana. Selama seminggu itu pula Zain merasa kehilangan. Ia lebih banyak diam dan murung.

Wira tidak pernah mendengar cerita tentang Kirana lagi dari mulut Zain, sebab Wira tahu tidak ada waktu untuk mereka bertemu karena Wira mengantar dan menjemput Zain tepat waktu.

'Aku harap aku bisa terus menjemput Zain tepat waktu supaya aku tidak menyusahkan Kirana lagi. Lagi pula supaya Zain terbiasa kalau Kirana itu hanyalah tentornya dan tidak mungkin menjadi apa yang dia harapkan,' batin Wira.

Wira membuka pintu kamar. Ia melihat Zain yang sudah lelap. Namun ada yang berbeda dari anaknya itu. Zain terlihat mengigau. Cepat Wira langsung mendekati Zain.

AFTER 40 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang