Restu, Jawaban dan Kenyataan

1K 131 6
                                    

Kirana kembali pulang ke rumah paman dan tentenya. Ia ingin membicarakan lebih dulu tentang niat kedatangan Wira pada keluarganya yang akan datang besok hari.

Fatma ikut senang akhirnya cucunya itu memiliki sosok yang ingin ia perkenalkan pada mereka. "Kalian sudah lama kenal?" tanyanya.

Kirana tersenyum lalu menggeleng. "Belum lama Nek, tapi dia memiliki niat yang serius, tapi Nek..." Kirana tiba-tiba menjeda kalimatnya setelah ia mengingat status Wira. Ia segan memberitahu fakta itu pada keluarganya. Namun bagaimanapun ia harus menyampaikannya.

"Tapi kenapa Kiran?" tanya Fatma.

"Dia itu duda punya anak satu," lanjut Kirana.

"Duda?" sambar Rita yang ternyata mendengar pernyataan Kirana tersebut.

Kirana terdiam.

"Tapi dia orang yang baik Tante, istrinya sudah meninggal," jelasnya.

"Kirana, apa tidak ada lagi laki-laki lain di luaran sana yang bisa kamu pilih?" tanyanya.

Kirana terdiam. Ia menatap neneknya.

"Rita... Kalau memang sudah jodoh maka tidak akan ada pilihan lain. Kalau memang tidak berjodoh maka akan ada saja jalan untuk membuatnya tidak jodoh, dia hanya ingin bertamu ke keluarga kita, apa salahnya?" tanya Fatma.

"Bu, masalahnya Kirana masih gadis, enak saja duda itu dapat yang belum nikah," timpal Rita.

Sebenarnya Rita perhatian pada Kirana, namun caranya itu tidak pernah baik, terutama mengenai keuangan.

"Tante, Kirana nggak masalah kalau memang dia adalah jodoh Kirana," ucap Kirana lembut.

Rita menghela napas. "Semoga pilihan kamu tepat Kiran," tambahnya.

Kirana mengangguk pelan.

***

Keesokan harinya, Kirana memasak untuk menyambut kedatangan Wira dan Zain. Ia tidak ingin merepotkan tante, nenek dan sepupu-sepupunya. Ia belanja dan ia memasak semuanya sendiri.

Berdebar? Tentu saja. Itu kali pertama ia menyambut kedatangan laki-laki dengan niat yang sudah sangat jelas ia ketahui. Laki-laki yang begitu dewasa, baik dan pandai bertutur kata. Debaran itu pun sedikit bercampur was-was mengingat status Wira yang sempat diprotes oleh tantenya. Apapun itu, Kirana berharap semmua tetap baik-baik saja.

Wira dan Zain sampai tepat di depan rumah keluarga Kirana tersebut. Kirana yang sudah memberikan alamatnya langsung menunggu di depan rumahnya.

Wira dan Zain keluar dari mobil, berjalan mendekati Kirana di depan pintu. Senyum itu pun saling tertaut di antara keduanya.

"Assalamualaikum," ucap Wira.

"Assalamualaikum Miss," sambung Zain.

"Waaalikumsalam," sahut Kirana. "Ayo kita masuk," ucap Kirana. Di dalam sudah ada paman, tante dan neneknya.

Aura Wira sangat positif. Kedewasaan dan tanggung jawab itu terlihat begitu besar pada dirinya yang sangat santun namun tidak berlebihan. Ia menjabat tangan Salman juga Rita.

"Omnya Kirana," ucap Salman.

"Tantenya," ucap Rita pula.

"Saya Wira Pak, Bu," sahut Wira heran. Ia menatap Kirana yang duduk di depannya. Pertanyaannya pun muncul, kenapa bukan orangtua Kirana?

Seolah bisa menjawab pertanyaan Wira, atau memang Salman yang ingin menjelaskan semua, ia pun mengatakan tentang orangtua Kirana.

Seketika Wira terdiam. Ia tidak tahu kalau Kirana selama ini hanya tinggal dengan nenek, om dan tantenya. Di lain sisi Wira langsung tahu bahwa hidup tidak dengan orangtua pasti ada saja tidak enaknya. Dan saat itu pula ia merasa Kirana pasti sangat kuat.

AFTER 40 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang