Pelukan dan Dekapan

1.2K 119 12
                                    


Kirana menatap Zain yang baru tertidur. Dia mengusap-usap punggung anak itu agar semakin lelap.

"Memang Zain cepat ya Mas tidurnya?" tanya Kirana.

Wira tersenyum. "Biasanya sih nggak, dia biasanya banyak tanya," jawabnya.

Kirana menatap Wira dengan alis yang turun. "Zain tanyain apa, Mas?" tanyanya.

"Nanyain kamu, apa Miss Kirana mau jadi Mama Zain, kapan kita ketemu Miss Kirana," jelas Wira.

"Mas bohong," tuduh Kirana tidak yakin.

"Sumpah," jawab Wira. "Zain memang selalu ngomongin kamu mulai dari awal dia ikut bimbel dan ketemu kamu," jelasnya.

Kirana pun tersenyum. Ia kembali menatap Zain. "Semoga kau bisa jadi mama yang baik untuk Zain, ya Mas, mohon bimbingannya," ucapnya pula santun.

Wira mengangguk.

Beberapa detik, canggung.

"Zain sudah tidur," ucap Wira.

Kirana mengangguk ragu. "Kayaknya udah lelap, Mas."

"Sini biar Mas pindahin ke kamarnya," ucap Wira. Ia mencoba menggendong anaknya itu perlahan.

"Pelan-pelan Mas," ucap Kirana pula yang takut Zain akan terganggu dan terbangun.

Wira menggendong Zain. Ia pun membawanya ke kamar Zain. Meletakkan anaknya itu di sana perlahan. Ia mengusap punggung anaknya itu. Menarik selimut lalu mengecup kepalanya. "Good Night, jagoan Ayah," bisiknya pula.

Setelahnya Wira kembali berjalan ke kamarnya. Kirana masih duduk di posisinya tadi, yaitu di tepian tempat tidur. Wira pun mengambil posisinya duduk di sebelah Kirana. Mereka duduk bersampingan dan canggung.

"Kiran," sapa Wira lembut. Ia meraih kedua tangan Kirana dan menatapnya serius. "Sayang sekarang sudah menjadi tangung jawab Mas, jadi istri Mas dan jadi Mama untuk Zain. Mas bukan laki-laki yang sempurna, Mas minta maaf kalau Mas mungkin kurang suatu hal dari apa yang ada di pikiran Sayang. Jadi, Mas berpesan untuk Sayang, jangan terlalu berekspektasi sama Mas, ya?" jelas Wira.

"Mas," sambung Kirana. Ia mengubah tangannya yang awalnya digenggam menjadi menggenggam Wira. "Kirana juga bukan perempuan sempurna, banyak kesalahan, banyak kekurangan, bahkan banyak dosa di masa lalu," ucap Kirana.

"Teringat hal itu, apa Mas boleh tanya sesuatu?" tanya Wira lembut.

Kirana mengangguk.

"Apa Sayang masih ada sesuatu yang ingin Sayang sampaikan? Yang mengganjal hati sampai sekarang? Karena jujur, Mas nggak mau kalau Sayang menjalani rumah tangga ini dengan perasaan bersalah karena menyimpan sesuatu yang mungkin bagi Mas itu nggak penting," jelas Wira, bertanya.

Seketika Kirana terdiam lalu ia pun jujur.

"Sebenarnya sewaktu Kirana jujur soal itu, Mas cukup terkejut, bukan karena Mas tidak bisa menerima, tapi kenapa kamu harus setakut itu dengan jawaban Mas?" tanya Wira.

"Karena Kirana takut kalau Mas sudah salah menilai Kirana. Kirana nggak sebaik itu Mas," ucap Kirana menunduk.

Kini kembali Wira yang menggenggam tangannya. "Tapi di mata Mas, kamu memang perempuan yang baik, kamu itu perempuan yang hebat, Mas nggak tahu sudah seberapa banyak kisah yang kamu simpan dan kamu hadapi sendiri," ucap Wira.

Kirana tersenyum sekaligus sedih mendengar ucapan Wira. Karena memang sudah begitu banyak hal yang ia hadapi dan tanggung sendiri sejak ia kecil dan tidak ada satu pun yang ia keluhkan dan luaskan pada seseorang, semua ia simpan sendiri.

AFTER 40 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang