Kirana berjalan mendekati sebuah meja di salah satu cafe tidak jauh dari sekolah Zain. Setelah menemui Lingga, dia akan ke sekolah Zain untuk menjemputnya pulang. Kirana tahu langkah yang ia putuskan untuk menemui Lingga itu adalah salah, apalagi tanpa suaminya tahu. Tapi, Kirana juga ingin mengakhiri dan menyelesaikan semua, karena Lingga berjanji tidak akan mengganggunya lagi setelah menemuinya.
"Kirana," sapa Lingga saat melihat Kirana berjalan mendekati meja yang sudah ia tempati.
"Aku tahu kamu pasti datang," ucap Lingga dengan mata berbinar. Sedangkan Kirana lebih memilih menjauhkan pandangannya karena tidak ingin bencinya pada laki-laki itu kembali menyelimuti hatinya setelah bertahun-tahun ia belajar mengikhlaskannya hingga ia benar-benar bisa melangkah.
"Aku datang untuk menuntut ucapanmu. Setelah pertemuan ini jangan ganggu aku lagi!" tegas Kirana.
"Kirana, duduk dulu," ucap Lingga mempersilakan.
Kirana menggeser kursi lalu duduk berhadapan dengan Lingga.
"Apa yang ingin kamu katakan, langsung saja," ucap Kirana.
"Kirana, aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Dulu terpaksa aku mengakhiri hubungan kita secara sepihak karena kamu nggak tahu kondisi dan posisiku. Aku dituntut untuk kuliah baik-baik agar aku bisa melanjutkan kantor perusahaan Ayahku," jelasnya.
Kirana sangat tidak membutuhkan apapun alasan Lingga tersebut. Terlebih ia tahu sendiri kalau Lingga mempublish fotonya bersama wanita lain di salah satu akun media sosialnya saat sudah meninggalkan Kirana tanpa alasan.
"Aku minta maaf sudah menghilang dan meninggalkan kamu selama ini, Kirana," jelas Lingga, memohon.
"Tapi asal kamu tahu, aku selalu memikirkanmu, dipenuhi rasa bersalah dan aku bertekad akan kembali memperbaiki dan melanjutkan hubungan kita dan akan bersama-sama lagi. Aku akan menikahimu," jelasnya semangat. Bahkan seolah ia melupakan kalau Kirana sudah bersuami.
"Aku bukan diriku yang empat tahun lalu sewaktu kamu tinggalkan Ga, bahkan walaupun aku sekarang masih sendiri, aku nggak bisa menerima kamu lagi setelah pengkhianatan yang kamu buat. Bahkan sekarang pun kamu masih bisa berbohong pada dirimu sendiri. Kamu pergi setelah mendapat perempuan lain, aku tahu itu," jelas Kirana.
Lingga terdiam.
"Kirana," bujuk Lingga ingin menyentuh tangan Kirana.
Kirana langsung mengangkat tangannya yang hampir disentuh Lingga. Ia menginterupsi kalimat Lingga dan mencegah niatnya itu. "Aku sudah bersuami, tolong hargai aku," ucapnya sedikit gemetar.
"Kirana, bahkan bibir itu pernah kusentuh dengan bibirku," lirih Lingga yang mulai emosi karena ia tidak bisa membujuk Kirana.
"Apa ada lagi yang mau kamu sampaikan? Aku harus menjemput anakku pulang sekolah," jawab Kirana tegas.
Lingga tersenyum sumbang dan miris. "Jadi, kamu betul-betul melupakan semuanya Kiran?" tanyanya.
Kirana menggeleng. "Aku nggak lupa sama sekali, bagaimana sakitku, kepedihan dan penderitaanku," jawabnya.
"Apa kamu menyangkal semua kebahaiaan yang pernah aku bagi ke kamu Kiran? Ya, aku salah sudah menyakiti dan meninggalkanmu begitu saja, tapi kebahagiaan pun sudah banyak yang kita lewati bersama," jelas Lingga.
"Kalau kamu mengingat itu empat tahun yang lalu mungkin sekarang aku sudah menjadi istrimu, tapi sekarang justru aku sudah menganggap kebahagiaanku bersamamu itu adalah kebahagiaan semu dan dipenuhi dosa, sampai aku harus merasakan siksa dan kepahitan untuk menikmati dosa-dosaku itu," lirih Kirana.
"Kita bisa memperbaiki semuanya dari awal, Kiran," bujuk Lingga.
"Kamu gila Ga! Aku mencintai suamiku dan kehidupanku yang sekarang. Aku juga sudah menemuimu, aku juga sudah mendengarkan alasan dan penjelasanmu tapi nggak akan ada yang berubah. Kalau begitu aku permisi," putus Kirana. Ia langsung beranjak bahkan tanpa sempat memesan minuman di cafe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...