Setelah menemui Lingga sebulan yang lalu, Kirana merasa lega karena sampai hari ini mantannya itu tidak menghubunginya lagi. Ia berharap Lingga benar-benar menepati janjinya untuk tidak mengganggu Kirana lagi. Tapi, tidak mengatakan hal itu pada Wira membuat Kirana merasa seperti berbohong pada suaminya.Kirana kembali ke kamarnya setelah menidurkan Zain. Ia melihat Wira yang sibuk dengan laptop di meja kerjanya.
"Sayang, udah sholat belum?" tanya Kirana.
Wira mengangguk. "Sudah Sayang," jawabnya, menoleh pada Kirana yang sudah duduk bersandar di kepala tempat tidur.
Pikir Kirana, saatnya ia memberitahu Wira tentang pertemuannya dengan Lingga sebulan lalu. Namun, tiba-tiba handphone suaminya itu berbunyi saat ia akan mulai bercerita. Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Mengingat suaminya itu ada pertemuan penting besok hari, ia tidak ingin membebani pikirannya atau membuat Wira menjadi bertanya-tanya.
Wira terdengar serius di dalam panggilan. Ia menatap Kirana yang juga masih menatapnya. Tanpa mengalihkan kefokusannya dari panggilan rekannya itu, ia berjalan mendekati Kirana. Ia duduk di tepian tempat tidur menghadap istrinya.
"Sebenarnya saya lebih suka jika semua dilakukan oleh perusahaan saya dan di bawah kendali kami, tapi kalau Bapak mengusulkan seperti itu, baik, kita coba bicarakan besok," jelas Wira. Ia mengulurkan tangan kanannya merangkul kepala Kirana lalu memberikan kecupan selamat malam pada istrinya itu.
Kirana pun paham, tampaknya suaminya itu benar-benar sibuk. Ia membelai pipi Wira dan membalas kecupan di pipinya.
"Tidur duluan nggak apa-apa kan Sayang?" ucap Wira, berbisik di telinga Kirana dengan sejenak menjauhkan handphone-nya itu dari mulutnya.
Kirana mengangguk dan tersenyum.
Wira kembali berjalan ke meja kerjanya dan duduk kembali fokus ke laptopnya.
"Baik Pak, terima kasih Pak," tutup Wira.
Kirana mengambil posisi tidur dan ia pun menarik selimut untuk mulai tidur.
"Good Night Our hero," ucap Kirana tersenyum.
Wira menatap Kirana lembut, "Good Night, Sayang."
***
"Sayang, Ayah berangkat duluan, maaf kalau Ayah nggak bisa antar Zain. Berangkat ke sekolahnya sama Mama ya," ucap Wira mengecup kepala Zain.
"Iya Ayah," sahut Zain. Ia pun menyalam tangan ayahnya itu.
Wira mengusap kepala anaknya. "Makan yang banyak, Ayah berangkat duluan, Assalamualaikum," ucap Wira pada anaknya itu.
"Waalaikumsalam, Yah." Zain menyahuti.
Kirana mengantar suaminya hingga ke depan rumah. "Bentar ya Sayang," sempatnya berucap pada Zain yang masih sarapan. Ia juga tengah sarapan, namun mengantarkan suami berangkat bekerja adalah berkah baginya.
"Hati-hati ya Sayang, semangat kerjanya, good luck," ucap Kirana.
"Makasih Sayang, Mas berangkat dulu ya," ucap Wira, merangkul pinggang Kirana, lalu menempelkan bibirnya itu di kening istrinya.
Kirana mengangguk.
"Assalamualaikum," ucap Wira.
"Waalaikumsalam," sahut Kirana melambai pada Wira, hingga mobil suaminya itu tidak terlihat lagi. Setelah Wira pergi, Kirana mengingat Zain.
"Sayang... Zain sudah selesai?" tanya Kirana lembut pada anaknya.
"Sedikit lagi, Mah," sahut Zain.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomantikKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...