Seketika Wira terdiam. Ia menatap Kirana dengan tatapan yang tidak dapat Kirana mengerti. Lantas tatapan itu pun membuat Kirana menunduk. Ia berterima apapun respon Wira.
"Aku hargai kejujuranmu," ucap Wira, memecah keheningan dan ketegangan yang menyusup di antara mereka setelah pengakuan Kirana.
Kirana mengangkat wajahnya, namun ia tidak berani menatap Wira.
"Apa kamu sudah merasa lega?" tanya Wira pula lembut.
Kini Kirana mengangkat wajahnya. Ia memberanikan diri menatap Wira. Respon Wira terlalu membuat Kirana heran dan bertanya.
Wira mengulas senyum tipis di bibirnya. Responnya itu sedikit pun tidak terlihat merendahkan Kirana seperti apa yang ada di benaknya sebelum mengakui itu semua.
"Kirana, aku hanya melihat dirimu yang sekarang, aku melihat kamu wanita yang baik, terima kasih sudah jujur, aku sangat menghargai keberanianmu itu," ucap Wira.
Hati Kirana terenyuh. Ia merasa seperti mimpi sekarang. Selama ini yang ia takutkan tidak sesakit itu. Kejujurannya membawanya dalam rasa kepercayaan diri yang kuat.
"Aku tidak akan mundur Kirana, bagiku kamu pilihan terbaik, bahkan Zain tidak bisa berbohong kalau hanya kamu yang bisa menjadi ibunya," terang Wira.
Kirana menepis air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya. "Terima kasih Pak," ucapnya tersenyum.
"Ayah!" seru Zain dari dalam mobil.
Wira dan Kirana serentak menatap Zain.
Melihat gerak Kirana yang mengusap pipinya, membuat Zain dengan pikiran polosnya menduga bahwa ayahnya telah menyakiti hati wanita yang dia sayangi itu.
Zain langsung keluar dari dalam mobil lalu mendekati keduanya di depan rumah.
"Ayah buat Miss Kirana nangis?" tanyanya polos. Ia menatap Kirana, bahkan ia langsung meraih tangan Kirana.
Kirana tersenyum. "Nggak Zain, Ayah Zain nggak buat Miss Kirana nangis kok," jelasnya. Ia mengusap kepala anak itu.
Wira pun tersenyum mendengar tuduhan anaknya itu. "Miss Kirana nangis karena mau pisah sama Ayah dan Zain," ucapnya pula, membuat suasana menjadi tawa. Dan sudah berhasil membuat hati Kirana menghangat seketika.
"Yaudah Miss ikut pulang sama Zain dan Ayah?" tawar Zain dengan polosnya.
Wira menggaruk tengkuknya. Entah bagaimana ia menjelaskan pada anaknya itu bahwa semua tidak semudah seperti apa yang ada di pikirannya. Ia pun jongkok dan mengusap kepala anaknya di hadapan Kirana.
"Zain, Ayah juga maunya kayak gitu, tapi sekarang belum bisa ya," ucap Wira. Lalu ia menatap Kirana. "Sampai Ayah dan Miss Kirana sudah sah menikah," lanjut Wira.
Kirana tersenyum. Tidak berani ia menatap wajah laki-laki yang sudah berhasil memenangkan hatinya yang selama ini dihantui ketakutan dan kekhawatiran.
"Kapan Ayah menikah sama Miss Kirana?" tanya Zain pula, membuat debaran di hati Kirana semakin hebat.
"Kamu tanya Miss Kirana," jawab Wira cepat.
Zain langsung menatap Kirana, menunggu jawaban tentornya tersebut. Kirana gelagapan, ia bingung harus menjawab apa. Ia menatap Wira gugup dan bingung harus menjawab apa.
Wira tersenyum puas setelah melihat kebingungan dari pertanyaan yang ia lemparkan pada Kirana. Ia mengangkat alisnya, mempersilakan Kirana menjawab Zain, dan jawaban itu juga akan menjadi jawaban yang ia tunggu.
"A- hm... itu, secepatnya, iyah secepatnya Zain," jawab Kirana pula menjawab dengan ragu bercampur canggung.
Wira terkekeh pelan. Ia pun lantas berdiri. "Miss Kirana sudah bilang secepatnya Zain, Miss Kirana nggak akan bohong, jadi sekarang kita pulang dulu," ucap Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 40 DAYS
RomanceKirana Syahla hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Ia sudah melangkah maju namun benang kepahitan masih mengikat kakinya dan menjerat langkahnya. Hal itu yang membuatnya selama ini takut membuka hati. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang anak b...