⇛chapter 9《佐野》

1.1K 135 3
                                    



~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~


Keesokan siangnya, Shinichiro di kejutkan oleh kedatangan anak ketiga dari keluarga Akashi.

Akashi Haruchiyo

Kedatangan Haruchiyo ke bengkelnya adalah dengan tujuan, ingin bertemu dengan Shinjiro.

Bagaimana pun juga, Haruchiyo adalah paman Shinjiro.

" Shinichiro san, apakah boleh aku bertemu Shinjiro? " Tanyanya.

Pria Sano itu tersenyum, lalu mengangguk. " Boleh, ayo kesini. " Ajaknya, menuju kamarnya dengan Shinjiro.

Dapat manik hijau itu lihat, seorang bayi tengah bermain di atas kasur dengan senyuman imut terlukis di bibir kecil itu.

" Shinjiro bukan, namanya? " Tanyanya.

" Ya, Sano Shinjiro. " Balas Shinichiro, lalu menggendong sang anak, dan mendudukkannya di atas kursi bayi miliknya.

Kini Haruchiyo dan Shinjiro tengah berhadapan.

Manik Ruby dan hijau itu saling bertemu.

" Inikah bayi yang ingin di lindungi oleh Neesan? Aku ingin membencinya karena telah mengambil Neesan dariku, tapi Neesan berpesan untuk menjaga bayinya setelah dia tiada. " batinnya.

Tangan kanannya terulur menyentuh pipi tembam bayi di depannya.
" Kenapa mata mu sangat mirip dengan Neesan. " Gumamnya.

" Aku akan menjaga mu, Hiro. " Gumamnya.

" Haruchiyo, aku masih ada pekerjaan tolong jaga Shiro oke. " Ucap Shinichiro.

" Baiklah. "

Shinichiro pergi, meninggalkan Haruchiyo dan Shinjiro berdua.

Shinjiro terus menatap wajah Haruchiyo, pamannya.

Kedua tangan kecil itu terulur seakan ingin menyentuh wajah itu.
Haruchiyo yang mengerti, langsung mendekat kan wajahnya ke Shinjiro.

Telapak tangan imut itu menyentuh luka di kedua ujung bibir Haruchiyo, hal itu membuat sang pemilik luka terkejut.

Bayi Sano itu tersenyum imut, membuat sang anak laki-laki ikut tersenyum.

" Aku jadi tau, kenapa Neesan sangat ingin melahirkan mu, tanpa memedulikan nyawa nya. "

" Kau adalah hartanya Hiro. " Ucapnya.

Haruchiyo menggendong Shinjiro dengan perlahan. Di bawalah bayi itu keatas kasur.

Keduanya bermain dengan perasaan bahagia, dan senyum terbit di bibir keduanya.

Hal itu tak lepas dari kedua mata Shinichiro yang berada di ambang pintu. Pria itu berpura pura seakan memiliki pekerjaan tetapi nyatanya tidak.

" Ini pemandangan yang ingin kau lihat, begitu bukan? Erina. "

Tak terasa matahari mulai tenggelam, Haruchiyo pamit untuk pulang.

Shinichiro sempat kesusahan saat Haruchiyo ingin pulang, Karena Shinjiro yang terus menangis ingin bermain dengan pamannya itu.

Melihat itu, sebelum pulang Haruchiyo memberikan sebuah gelang bewarna hitam dan memakaikannya di pergelangan tangan mini itu.

Walau terlihat kebesaran, tetapi ia tau, saat besar nanti Shinjiro akan terus memakainya.

Lalu ia pergi meninggalkan Shinjiro yang telah tenang.

Shinichiro masuk kedalam kamar, memindahkan Shinjiro yang telah tertidur keatas kasur bayi.

Ia menatap wajah tenang sang anak.

Mengecup sekilas dahi itu, lalu melenggang pergi. Tak lupa ia matikan lampu kamar, agar sang anak tidur lebih nyenyak.

Pria Sano itu menyeduh secangkir kopi, lalu menikmatinya di tengah indahnya senja.

" Harapan mu terpenuhi, Erina. " Ucapnya, memandangi pantulan wajahnya di cangkir.

" Shin, aku ingin Haruchiyo menerima kehadiran anak ku nanti. "

" Aku tau, Haruchiyo sempat membenci bayi ini. "

" Semoga saja harapan ku akan terpenuhi. "

Ucapan sang istri selalu terngiang-ngiang di dalam benaknya.

Dengan segera Shinichiro menghabiskan secangkir kopi nya, lalu melanjutkan pekerjaan ynag sempat ia tunda.

" selain hal itu aku berharap kebahagiaan akan selalu bersama dengan kalian berdua. "








TBC .. .. ..

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa untuk vote!
Jaga kesehatan kalian guys.

Salam dari author Rei ❤️

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang