⇛chapter 18《佐野》

1K 120 4
                                    





~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~







Flashback

2 tahun yang lalu, tepat hari dimana kecelakaan terjadi, dan satu jam sebelum kecelakaan terjadi.

" Baiklah, kita mulai rencana untuk membunuh anak Shinichiro. " Ucap berandalan 1

Berandalan yang lainnya mengangguk. Mereka semua pergi meninggalkan gang sepi itu, tanpa menyadari kehadiran seorang pemuda.

" Jadi kalian mau membunuh Shiro. " Gumamnya, lalu bersmirk.

Ia memilih untuk berjalan jauh, dengan tatapan dingin nan tajam.

Tepat pukul tengah malam. Kecelakaan terjadi di bengkel milik Shinichiro.

Pemuda Kurokawa itu terkejut dengan kabar yang ia dengar.
Kini pikirannya berpusat kepada keadaan Shinjiro yang masih berumur dua bulan.

Baru saja ia sampai, dan langsung di sungguhi oleh segerombolan berandalan yang ia temui beberapa waktu yang lalu.

Tanpa basa basi ia menghajar para berandalan, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka yang telah tumbang.

" Shiro. " Lirihnya.

Kedua matanya melihat Shinjiro yang menangis dengan kencang di gendongan seorang wanita.

Kondisi bengkel sepi, hanya tersisa beberapa warga saat itu.

Ia merasa geram ketika Shinjiro di abaikan, dan hanya di titipkan kepada seorang wanita yang lemah, tanpa adanya penjagaan sedikit pun.

Bagaimana jika segerombolan berandalan tadi berhasil membunuh Shinjiro.

" Aku akan mengambil Shiro dari kalian. "

Flashback end

Mengingat cerita dari Izana, membuat Ran meneteskan air mata.

Sebuah pukulan keras kembali mengenainya. Suara dari pukulan tersebut, membuat Shinjiro terkejut.

Dan akhirnya, bayi itu membuka kedua matanya. Manik Ruby nya membulat sempurna, dan berkaca-kaca.

" Lan Nii!! " Pekikan sang bayi, membuat mereka semua terkejut.

Terlebih Ran.

Dengan kedua matanya sendirian, Shinjiro melihat Ran yang baru saja di pukul dengan keras oleh Takeomi, Wakasa, dan Benkei.

Tak lupa pukulan dari Shinichiro, walau tak sekuat milik ketiga temannya.

Baik anak itu berlari menghampiri Ran, lalu memeluk tubuh pemuda Haitani itu dengan kuat.

Tangisan kencang Shinjiro, membuat Ran dan keempat pria itu terkejut. Langsung saja Ran mendekap dengan erat, tubuh mungil Shinjiro.

" Hey, tenang Hiro, Ran Nii nggak papa kok. " ucapnya dengan lembut.

Rindou yang baru saja datang, langsung di sungguhi oleh suara tangisan kencang Shinjiro, membuat pemuda Haitani itu sangat panik.

" Ada apa?! "

Ia langsung menghampiri Ran yang telah berdiri, dengan Shinjiro di dekapannya.

" Kenapa wajahmu babak belur, Aniki? " Tanyanya dengan panik.

Ran hanya diam, ia fokus menenangkan Shinjiro. Sementara manik ungu Rindou, menatap tajam keempat pria yang tengah memandang sendu Shinjiro.

" Sebaiknya kita pergi, Rin. "

Rindou hanya mengangguk lalu berbalik, berjalan pergi bersama Ran.

Melihat hal itu, tentu saja membuat keempat pria itu menggeram marah. Manik hitam Shinichiro menatap kedua punggung pemuda Haitani itu dengan tajam.

Ingin rasanya ia mengambil paksa Shinjiro dari mereka. Tetapi melihat tangisan pecah Shinjiro, ketika Ran terluka, membuat ia mengurungkan niatnya.

Bagaimana jika Shinjiro membencinya?

Tatapannya berubah menjadi sendu.

" Ayo kembali. "

•••~~•••

Butuh waktu lama untuk Ran dan Rindou menenangkan Shinjiro. Kini bayi Sano itu tengah meminum susunya, dengan kedua mata yang terpejam.

Sekali kali ia bergerak, untuk mencari kenyamanan di dalam gendongan Ran.

" Sudah tidur. " Bisik Ran, Rindou yang baru saja merapikan tas Shinjiro hanya mengangguk.

Lalu mengeluarkan selimut bermotif kelinci, dan memberikannya kepada Ran.

Ran menutupi tubuh mungil Shinjiro, menggunakan selimut yang di berikan oleh Rindou.

Ia tersenyum kecil, ketika melihat wajah pulas Shinjiro, yang sangat imut.

Satu kecupan ia berikan di dahi Shinjiro. Sehingga bibir mungil sang bayi menerbitkan sebuah senyuman, tanpa mereka sadari.

Suara dering ponsel, mengalihkan perhatian Ran dan Rindou. Bungsu Haitani itu, langsung mengambil ponselnya yang berada di saku jaketnya.

Ia menekan tombol hijau, lalu mengarahkan ponselnya ke telinga kanannya.

" Bagaimana keadaan Shiro? "

" Baik² saja, Shiro sedang tertidur di gendongan Aniki. "

Suara helaan dari seberang sana, membuat Rindou sedikit lega.

" Baiklah, cepat kembali. "

" Kita akan segera kembali, Izana. "

Telfon dimatikan sepihak oleh Izana. Kini Rindou tengah menyentuh dadanya yang berdetak cepat.

Ran menatap aneh adiknya itu.
" Siapa? " Tanyanya.

Manik ungu Rindou beralih menatap sang kakak. " Izana. "

Kedua pemuda Haitani itu terdiam.

Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk kembali. Setelah kejadian yang mereka lewati tadi, membuat mood keduanya menurun.

Sekaligus Shinjiro yang terlihat sangat lelah, setelah menangis cukup lama.

" aku memiliki firasat buruk. "












TBC.. .. ..

Terimakasih sudah membaca guys. Maaf ya, Zen sudah lama nggak update. Zen lagi fokus kuliah.

Salam dari_Zen⚡

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang