⇛chapter 30《佐野》

754 99 3
                                    










Shinjiro tak mungkin bisa berpisah dengan Izana dalam waktu panjang. Di malam harinya bayi Sano itu mengangis dengan kencang, mencari keberadaan Izana.

Suhu tubuh yang meningkat, membuat Izana panik. " Sudah ya nangis nya, nanti hidung Shiro kesumbat loh. "

Tangisan Shinjiro mereda, maniknya menatap mata Izana dengan berkaca-kaca. Kedua lengannya memeluk leher pamannya itu.

"Hiks hiks Iza-nii. "

Izana menepuk perlahan punggung Shinjiro. " Iya, Iza-nii disini. " Ucapnya lembut, dengan senyuman kecil.

Bayi itu menenggelamkan wajahnya di curuk leher Izana. " Jangan pergi lagi. " Lirihnya.

Pemuda itu tak tau harus berucap seperti apa, hatinya terasa sakit ketika mendengar kalimat singkat itu. Jarinya mengelus lembut punggung Shinjiro.

Tak lama kemudian Shinjiro tertidur kembali, Izana mendudukkan diri di atas sofa. Sesekali bibirnya mengeluarkan senandung lembut yang membuat Shinjiro tersenyum dalam tidurnya.

Manik ungunya menatap bulan purnama yang bersinar, memerangi gelapnya langit malam.

" Iza-nii tidak janji, gomenne. "

Keduanya terlelap di atas sofa. Kakucho yang baru saja kembali setelah membeli minuman, tersenyum kecil melihat keduanya yang terlihat telah akur.

" Pemandangan ini benar-benar indah. " Gumamnya. Dengan perlahan ia meletakkan sekaleng minuman soda di atas meja, lalu berjalan keluar dari ruangan. Dengan harapan, keharmonisan itu terus bertahan.

" Mereka benar-benar . . . . "

- Father and Soon -

Hari hari telah berlalu, tiga hari sebelumnya Shinjiro telah diijinkan untuk pulang. Semenjak keduannya berbaikan, Izana semakin dekat dengan Shinjiro.

Pada hari libur kali ini, Shinjiro pergi bersama Izana. Sementara yang lainnya memiliki urusan yang harus mereka lakukan.

" Shiro mau es krim? " Tanya Izana, di jawab anggukan antusias oleh bayi itu.

Keduanya berjalan menuju taman, Izana mendudukkan Shinjiro di atas kursi taman. " Tunggu disini sebentar, Iza-nii belikan dulu. " Ucapnya.

Shinjiro mengangguk. " Baik! "

Izana tertawa kecil melihatnya, satu kecupan mendarat di dahi bayi menggemaskan itu.

Manik Ruby Shinjiro menatap Izana yang telah berjalan pergi. Tatapannya beralih kepada mainan dinosaurus yang berada di genggamannya.

" Dino kesayangan Shiro. " Ucapnya dengan tersenyum manis.

Beberapa orang yang melewati bayi itu, memekik gemas ketika melihat senyuman itu.

" Iza-nii kok lama ya. " Ucapnya.

Manik ruby itu kembali menatap kearah kedai es krim tempat Izana membeli eskrim. Ia tak menemukan keberadaan sang paman disana.

Karena perasaan takut di tinggal kembali muncul di hatinya, Shinjiro berinisiatif untuk mencari keberadaan pamannya.

" Iza-nii!!! " Teriaknya, berharap sang paman mendengar suaranya.

Shinjiro mempercepat langkahnya, kini ia berlari untuk mencari Izana.
" Iza-nii!!! " Teriaknya sekali lagi.

Tetapi tak ada sahutan. Kedua matanya telah berkaca-kaca siap untuk meneteskan air mata, ia takut- takut ditinggal untuk sekian kalinya.

Karena terlalu fokus dengan pikirannya, Shinjiro sampai tak menyadari keberadaan seseorang di depannya, sehingga ia menubruk seseorang itu lalu jatuh terduduk.

" Gomennasai. " Ucapnya, lalu mencoba untuk membersihkan tangannya yang cukup kotor.

Seseorang itu hanya tersenyum kecil, lalu menunduk untuk menyetarakan tingginya dengan bayi itu.

" Tidak apa apa. Siapa namamu? " Tanyanya.

Manik Ruby itu menatap langsung manik hitam orang di depannya. Seseorang itu tertegun ketika melihat manik Ruby yang tidak asing baginya.

" Aku Shinjiro, yoroshiku. " Ucapnya seraya menunduk.

Shinjiro kembali menegakkan tubuhnya. " Oji-san siapa? " Tanyanya balik.

Seseorang itu tersenyum lembut, tangan kanannya terangkat mengelus surai hitam Shinjiro. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya, hal itu membuat Shinjiro terkejut.
































" Aku, Sano Shinichiro. "












TBC. . . . .

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang