⇛chapter 26《佐野》

710 91 1
                                    
















Beberapa hari sebelum, aksi pembunuh yang ingin di lakukan oleh pengasuh.


" Kau yakin akan menyerahkan tugas ini kepada wanita itu, Kisaki? "

Pemuda itu hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Hanma. Beberapa waktu Yang lalu ia menyewa seorang wanita, yang ia perintah untuk membunuh seorang bayi.

Bayi yang berpengaruh besar terhadap rencananya.

Ia baru-baru mengetahui keberadaan bayi itu.

" Ini keputusan yang baik. " Gumamnya. Tak sabar melihat hancurnya kedua paman bayi itu.

Hanma tertawa lirih. Ia benar-benar  merasa kasihan dengan nasib bayi tak bersalah itu.

" Huh..... Buruk sekali, nasib bayi tak bersalah itu. " Batinnya tersenyum sendu.

Sesungguhnya Hanma tak menyangka bahwa Kisaki juga akan membunuh bayi yang tak bersalah, tak mengetahui apapun tentang dunia berandalan, dan bahkan tak mengetahui kejamnya dunia.

End





Kisaki dan Hanma tak dapat melakukan apapun Saat berkunjung ke apartemen Izana.

Berkali-kali Hanma mencoba membujuk Kisaki agar tak membunuh Shinjiro." Bukankah kau terlalu kejam Kisaki?! Membunuh bayi tak bersalah itu! "

Kisaki hanya diam tak menjawab.

Merasa sebal dengan sikap Kisaki, Hanma memilih pergi meninggalkan partner nya itu.

Sementara Kisaki memikirkan kembali ucapan Hanma sebelumnya. Ucapan Hanma memang benar. Tetapi,

Ia takut rencananya akan gagal.

" Ku bebaskan saja bayi itu untuk sementara. " Gumamnya.

||||||||||

" Kalian sudah siap? "

Tak ada jawaban. Kakucho menoleh kebelakang, melihat Izana dan Ran yang kerepotan mengurus Shinjiro.

Bukan karena bayi itu rewel, hanya saja mereka berdua yang mudah khawatir jika Shinjiro terluka walau hanya seujung jari saja.

Bayi itu hanya diam, membiarkan kedua pemuda itu memasangkannya pakaian musim dingin.

Di sebelah Kakucho, Rindou juga diam bermain game. Ia geleng-geleng ketika melihat Izana dan Ran.

Mau bagaimanapun lagi, suhu di luar memang sangat dingin.

" Nah, Shiro/Hiro sudah siap! " Seru Izana dan Ran.

Kakucho dan Rindou terus menatap Shinjiro yang terlihat imut sekaligus keren.

Bayi Sano itu berlari kearah Kakucho dan Rindou dengan tawa imutnya.
" Lihat Shiro keren kan? " Ucapnya membuat mereka semua gemas.

Aksen Shinjiro tak lagi cadel seperti dulu. Hanya dalam beberapa bulan bayi itu sudah lancar berbicara tanpa aksen cadel.

" Ya! Hiro keren banget. " Ucap Rindou, lalu menggendong Shinjiro.

" Hiro kok bisa keren sih? " Tanya Kakucho

" Iza-nii sama Ran-nii yang beliin baju ini! "

Kakucho dan Rindou tertawa kecil, mendengar seruan Shinjiro yang sangat imut.

" Kita jadi pergi? " Shinjiro bertanya seraya menatap Kakucho dan Rindou.

" Iya, kita jadi pergi kok. " Suara Izana menjawab pertanyaan Shinjiro. Pemuda itu telah siap dengan tas bewarna abu abu yang berisi beberapa keperluan Shinjiro.

Dan Ran yang membawa stroller bayi milik Shinjiro. " Shinjiro di gendong atau Duduk di stroller? "

" Di gendong! " Ran hanya mengangguk. Lalu kelimanya keluar dari apartemen milik Izana, sebelum itu Izana tak lupa untuk mengunci apartemen.

Skip-

Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan.

Roppongi

Izana mendorong stroller dengan perlahan, ketika menyadari Shinjiro telah tidur.

" Nyenyak sekali tidur Hiro. " Ucap Rindou.

Ran mengangguk, ia mengelus pipi tembam Shinjiro dengan lembut.
" Sepertinya Hiro kelelahan karena main tadi. " Ucapnya, mengingat Shinjiro yang aktif bermain di sebuah taman yang terletak di daerah Yokohama.

" Sepertinya kita harus meletakkan stroller milik Shinjiro terlebih dahulu. " Ucap Kakucho, membuat mereka menatapnya.

" Baiklah. "

Izana berganti menatap Ran dan Rindou. " Bagaimana jika apartemen kalian? " Tanyanya.

Ran dan Rindou mengangguk setuju.
" Apartemen kami tak jauh dari sini. " Ucap Ran.

" Ayo pergi. "

Setelah beristirahat selama tiga puluh menit, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke apartemen Haitani bersaudara. Meletakkan stroller milik Shinjiro, dan tas bayi itu.

Izana menggendong Shinjiro, sementara Ran dan Rindou meletakkan tas dan stroller Shinjiro kedalam apartemen mereka.

" Di Roppongi tak sedingin di Yokohama, bukan begitu Izana? " Tanya Kakucho, dan Hanya dibalas anggukan oleh Izana.

Pemuda Kurokawa itu sibuk menepatkan posisi Shinjiro agar nyaman saat tidur di gendongannya.

Ia juga mengambil selimut bayi bewarna abu-abu milik Shinjiro, yang berada di dalam tas, sebelum Rindou pergi untuk menaruh tas itu.

" Tetapi untuk bayi, cuaca ini terbilang sangat dingin. " Ucapnya. Ia bersyukur telah memakaikan Shinjiro pakaian tebal, agar tetap hangat.

Tatapan Kakucho fokus kedepan, menatap pohon pohon yang tak terdapat daun sama sekali.
Sementara Izana terus memperhatikan Shinjiro, tanpa teralihkan sama sekali.

" Dia bulan lagi....... Kau akan memulainya bukan? " Kakucho bertanya dengan suara kecil.

Izana yang mendengarnya hanya diam. Ia beranjak dari duduknya, menatap sekitar taman, mencari keberadaan Ran dan Rindou.

" Apa kau yakin Izana? Bagaimana jika hak itu akan membahayakan Shiro.... " Suara Kakucho melirih.

Lagi-lagi Izana hanya diam. Ia tak ingin menjawab pertanyaan Kakucho.

" Shiro takkan terluka. " Gumamnya mencoba menyakinkan diri sendiri, ketika pikiran pikiran negatif memenuhi pikirannya.

" Tak apa jika aku terluka ataupun terbunuh, tetapi tidak untuk Shinjiro. "













TBC. . .

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang