⇛chapter 21《佐野》

825 109 4
                                    





~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~





Hari hari selalu terasa berat bagi Shinichiro. Rasa rindunya kepada sang putra memuncak.

Mainan bayi milik Shinjiro selalu di ia bersihkan, tak membiarkan sebutir debu pun untuk hinggap di mainan sang putra.

" Bagaimana kabarmu, Shiro? " Tanyanya, memandangi pigura yang berisi foto Shinjiro.

Mikey yang kebetulan berada di bengkel kakaknya, hanya bisa diam dengan tatapan sendunya.

" Shin-nii. " Panggilnya, tetapi tak mendapat sahutan dari Shinichiro.

Sampai akhirnya pintu bengkel terbuka, memperlihatkan seorang pelanggan lelaki.

Shinichiro menarik nafas dalam-dalam, ia meletakkan pigura itu kembali dengan perlahan. Lalu melayani pelanggan dengan ramah.

Mikey tau, kakaknya itu sedang memasang senyuman palsunya. Sesungguhnya sejak kehilangan Shinjiro, Shinichiro tak lagi menunjukkan senyuman tulusnya.

Hanya senyuman paksa yang ia berikan kepada seluruh orang di sekitarnya.

Dunia pria itu menjadi gelap, Tak lagi ada cahaya.

" Arigatou Sano-san. " Ucap pelanggan tersebut. Shinichiro hanya tersenyum, seraya mengangguk.

Setelah kepergian sang pelanggan, ekspresi ramah Shinichiro di gantikan oleh ekspresi datar pria itu.

Bahkan ia melupakan kejadian adiknya, yang berada di dekatnya.

Merasa kesal karena tak dianggap oleh Shinichiro, Mikey langsung melempar sebuah botol plastik yang langsung mengenai kepala belakang sang kakak.

" Oy, aku ada disini. " Ucapnya datar.

Shinichiro berbalik, tersenyum kikuk ketika melihat wajah datar Mikey.
" Gomen gomen. "

Mikey hanya diam tak menjawab, ia sudah terlalu kesal dengan kakaknya itu.

Shinichiro yang melihat kekesalan sang adik, langsung berjalan masuk dan mengambil sekantong dorayaki yang sempat ia beli tadi.

" Dorayaki untukmu Mikey. "

Sebelum Shinichiro memberikannya, dengan cepat Mikey mengambil sekantong dorayaki itu dan memakannya dengan lahap.

Shinichiro diam membiarkan, lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

" Aku pasti akan menemukan Shiro. "

Satu kalimat yang diucapkan oleh Mikey membuat Shinichiro terdiam. Ia tak merespon sama sekali.

Pria Sano itu menyunggingkan senyuman tulusnya setelah sekian lama. Tanpa disadari oleh siapapun.

" Ya. "

||||||||||

Shinjiro bermain di atas kasurnya, dengan Ran dan Rindou yang setia mengawasinya.

Beberapa hari yang lalu, bayi Sano itu telah sembuh dari sakitnya, dan telah keluar dari bangunan berbau obat obatan itu.

Izana dan yang lainnya merasa lega ketika dapat melihat kembali Shinjiro yang ceria.

" Perasaan ku saja apa bukan, kalau pipi Shiro tambah tembam. " Ucap Rindou.

Ran mengangguk setuju dengan ucapan sang adik. Ia juga merasa jika kedua pipi Shinjiro semakin tembam.

Hal itu membuatnya harus menahan diri agar tidak mencubitnya dan menggigitnya. Jika ia melakukan hal itu, maka siap-siap Izana akan memberinya hadiah yang sangat indah.

Bahkan ia dapat melihat cahaya suci, setelah mendapatkan hadiah itu.

"Oy, Aniki! " Rindou memanggil sang kakak dengan suara sedikit mengeras.

Ran tersadarkan dari lamunannya, kedua matanya mengerjap bingung, ketika tiba-tiba Rindou berada di depannya dengan Shinjiro di gendongan nya.

" Hm, ada apa? " Tanyanya menatap Rindou yang sedang bermain dengan Shinjiro.

Rindou memutar kedua matanya malas, lalu kembali fokus bermain dengan sang bayi.

Ran pun hanya diam, memperhatikan keduanya dari kejauhan. Sesekali ia memotret pemandangan yang sangat indah itu, baginya.

Ia tertawa kecil, ketika melihat keduanya tengah tertawa. Padahal ia tak tau apa yang keduanya bicarakan.

Tetapi ketika melihat keduanya tertawa, secara refleks ia ikut tertawa, ketika mereka tersenyum ia akan tersenyum, jika mereka sedih makan ia akan ikut sedih.

Ruangan milik Shinjiro di penuhi oleh suara tawa, yang dapat menarik perhatian orang-orang.

Izana dan Kakucho berada di ambang pintu kamar Shinjiro. Keduanya memperhatikan mereka yang sedang tertawa.

Izana tersenyum kecil ketika melihat Shinjiro tersenyum tertawa. Suara tawa sang bayi bagaikan alunan lagu indah baginya.

Tanpa di sadari nya, ia ikut tersenyum kecil.

Kakucho ikut tersenyum.

Shinjiro benar-benar menjadi sumber  kebahagiaan mereka semua. Mereka tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika bayi itu meninggalkan mereka.

Sangat menyakitkan bukan?

Hanya dengan membayangkannya saja. Sudah sangat menyakitkan.

Terlebih jika hal itu akan menjadi kenyataan.









TBC. . .

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang