" Kisaki, Hanma. "
Jujur, Izana benar-benar terkejut dengan kedatangan kedua pemuda itu, di apartemennya.
Beberapa saat yang lalu ia baru saja menidurkan Shinjiro, lalu membersihkan apartemen. Dirinya merasa sangat lelah.
Izana mempersilahkan keduanya untuk masuk. Ia sedikit takut dengan keberadaan keduanya. Bukan karena apa. Ia hanya takut jika keduanya mengetahui keberadaan Shinjiro.
" Ada urusan apa kalian kemari? " Tanyanya.
Kisaki menatap datar Izana.
" Membangun rencana untuk kedepannya. "Lagi dan lagi, Izana akan dibuat pusing oleh Kisaki. " Lanjutkan. "
Ketiganya berbincang bincang tanpa henti. Izana terus memijat pelipisnya. Rencana Kisaki benar-benar terdengar gila. Ia sedikit menyesal karena pernah menerimanya tawaran Kisaki.
Sebelum pertemuannya dengan Shinjiro, ia benar benar hancur. Banyak fakta yang membuatnya sangat terkejut. Dan di saat posisi itulah Kisaki datang, mengulurkan tangan kearahnya.
" Bagaimana? "
" Aku hanya akan mengikuti. "
Izana menjawab dengan datar, lalu meneguk sekaleng soda. Ia tak menyadari Hanma yang tengah mengelilingi apartemennya.
" Izana, ruangan apa ini? " Tanyanya menatap pintu bernuansa baby blue.
Kedua mata Izana membulat sempurna. Ia melempar kaleng soda yang telah kosong kesembarangan arah. Lalu berlari kearah Hanma, menarik kerah baju pemuda itu.
Hanma di buat oleng karena tarikan Izana, tetapi dengan cepat ia menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh.
" Apa-apaan kau! "
Izana hanya diam menatap Hanma tajam. " Pergi. " Nada dingin Izana, membuat Hanma terdiam lalu tertawa kencang.
" HAHAHAHA.... Ada apa dengan tatapan mu itu?! "
Pemuda Kurokawa itu hanya diam, menatap Hanma yang berjalan pergi.
Sebelum kembali, ia masuk sebentar kedalam kamar tersebut. Memeriksa keadaan Shinjiro yang tengah tertidur." Syukurlah. " Izana dapat menghela nafas lega, melihat Shinjiro yang masih terlelap dalam tidurnya.
Ia berjalan keluar, menutup pintu itu dengan perlahan. " Sweet dreams, my prince. "
Izana kembali, dan duduk di tempatnya tadi.
" Ayo lanjutkan. "
Pembicaraan mereka berlangsung sampai sore hari. Tanpa ada gangguan.
||||||||||
Izana menatap sekitarnya datar. Jaket tebal menutupi tubuhnya yang hanya memakai kaus hitam dan celana panjang hitam.
Mengingat kini telah memasuki bulan December, membuatnya mendengus kesal. musim dingin telah tiba.
Ia memilih untuk kembali, dengan membawa sekantong keresek yang berisi puding.
Time skip-
Izana memasuki apartemen, dan langsung di sambut oleh pelukan Shinjiro. Ia terkekeh kecil.
" Hm? Shiro nunggu Iza-nii? " Tanyanya, menyamakan tingginya dengan Shinjiro.
" Ndak! Shilo nunggu puding. "
" Jadi Shiro nggak nunggu Iza-nii? " Izana bertanya dengan nada lirih, dan wajah yang terlihat sedih.
Shinjiro yang tak tega langsung memeluk pamannya itu dengan erat.
" Ndak kok, Shilo juga nunggu Ica-nii. " Ucapnya.Izana terkekeh kecil, lalu mencium pipi tembam Shinjiro. " Uh, Shilo Kawai. " Ucapnya, lalu menggendong Shinjiro.
" Huuum , Iza-nii sudah beli puding banyak buat Shiro. " Izana menunjukkan sekantong keresek yang ia bawa, lalu meletakkannya di atas meja.
Shinjiro ia turunkan di atas sofa. Sebelum duduk Izana melepas jaket tebalnya. " Ayo waktunya makan puding. " Ucapnya, memangku Shinjiro, lalu mengambil satu cup puding, dan satu sendok kecil.
" Yey yey, puding!!! Shilo cuka puding!! " Bayi Sano itu terlihat antusias ketika melihat makanan favoritnya.
Dengan perlahan Izana menyuapi Shinjiro puding. Sesendok demi sesendok, Shinjiro selalu memberi respon antusias. Hal itu membuat Izana tertawa, melihat keimutan bayi itu.
" Shiro, sudah habis pudingnya. Besok lagi ya. "
Raut wajah Shinjiro menjadi cemberut, kedua bibirnya tertarik kebawah.
" Kok cepat. Padahal Shilo balu makan dikit. " Ucapnya, membuat Izana gemas sendiri.
" Shiro dari tadi ngomong terus, makanya gak kerasa kalau pudingnya habis. " Istana menjelaskan dengan lembut.
" Shilo boleh makan puding ladi Ndak? " Raut wajah Shinjiro berubah manjadi penuh harap.
Ia ingin sekali memakan satu cup puding lagi.
" Tapi besok gak ada puding, gimana? "
Bagai di sambar petir, Shinjiro langsung diam, kembali menonton animasi.
" Shiro marah? " Tanya Izana menoel pipi gembul itu.
Shinjiro mengalihkan pandangannya, dengan mata berkaca-kaca. " Ica-nii cahat. " Gumamnya.
Dengan segera Izana membawa Shinjiro kedalam dekapannya, ia beranjak dari duduknya. Menimang sang bayi dengan perlahan.
" Tapi Shiro kan cuma boleh makan puding satu hari satu cup. Kan sudah janji sama Iza-nii. " Ucap Izana.
Shinjiro menenggelamkan wajahnya di bahu Izana. Dapat Izana rasakan bahunya yang basah karena air mata Shinjiro.
" Besok lagi ya. "
Shinjiro hanya dapat mengangguk, menurut kepada Izana.
" Besok ada puding ladi kan? " Shinjiro bertanya di sela isaknya.
" Ya, besok ada puding lagi. "
Izana mengangkat keresek yang berisi puding, lalu menyimpannya kedalam kulkas.
" Shiro mau keluar gak? ketemu sama Ran-nii dan Rin-nii. " Ajak Izana.
Shinjiro mengangkat kepalanya, lalu mengangguk antusias.
" Mau!!! " Serunya.Izana tertawa kecil lalu mengecup kedua mata Shinjiro, yang masih tersisa air mata disana.
" Kalau begitu, kita siap siap dulu. "" Hu um! "
TBC. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Father And Son ( Sano Shinichiro )
Fiksi Penggemar( Sano Shinichiro ) Tokrev -HIATUS+REVISI- Father and Son Writer: Author Rei & Zen S1: End_26 November 2021-16 May 2022_ S2: _22 June 2022-.................._ Tokyo Revengers ©️ Ken Wakui