Tahun telah berganti. Di siang hari, Izana memutuskan untuk mengajak Shinjiro kesebuah kuil.
"Ke kuil buat apa? " Tanya Shinjiro menatap Izana, yang tengah memasangkannya syal kecil bewarna putih.
" Buat berdoa Shiro... " Jawab Izana gemas.
Shinjiro hanya mengangguk lalu kembali meminum susu kotak yang di berikan oleh Izana. " Shiro suka susu strawberry. " Ucapnya.
Izana terkekeh kecil, lalu mengecup kedua pipi gembul itu. " Besok beli yang banyak. "
Bayi itu mengangguk antusias.
" Besok beli Yang banyak banyak, oke. "" Oke. "
Setelahnya Shinjiro berjalan terlebih dahulu, dan disusul oleh Izana.
" Shiro nggak mau digendong? " Tanya Izana, dan dibalas gelengan oleh bayi itu." Nggak, Shiro mau jalan aja. Tapi. Gandeng. " Ucapnya dengan suara mengecil di akhir.
Izana terkekeh kecil lalu menggandeng tangan kiri Shinjiro.
" Ha'i ha'i. "Mereka berjalan berdua, dengan Shinjiro yang terus mengayunkan kedua tangannya.
" Tadi Shiro lihat ada yang jual kue bulup bulup! " ucapnya antusias.
" Shiro mau beli nanti? "Tanya Izana.
Shinjiro mendongak menatap Izana.
" Apa boleh? " Tanyanya kembali.
Izana mengangguk, membuat Shiro merasa sangat senang." Yeay, nanti kita beli kue bulup bulup!!! "
( Kue bulup bulup: Taiyaki )
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah kuil. Disana terdapat Kakucho yang telah menunggu.
" Akhirnya kalian sampai. " Gumam pemuda itu.
Izana hanya mengangguk, sementara Shinjiro menatap berbinar pamannya itu. "Kaku-nii!!! " Pekiknya, membuat seluruh atensi orang-orang berpusat kepada mereka.
Kakucho menangkap Shinjiro yang berlari kearahnya. " Wah, untung Shiro nggak jatuh. " Ucapnya lega. " Jadi, Shiro kangen sama Kaku-nii? " Tanyanya, dibalas anggukan oleh Shinjiro.
" Iya! Shiro pingin ketemu sama Kaku-nii tapi dilarang sama Iza-nii. "
Shinjiro mempautkan bibirnya membuat Kakucho gemas, dan segera menggendong bayi itu." Cuaca di luar lagi dingin, jadi Izana nggak ngebolehin Shiro keluar, Izana nggak mau Shiro sakit. " Jelasnya.
Shinjiro mengangguk lalu menatap Izana, yang juga tengah menatapnya. " Shiro minta maaf Iza-nii. " Ucapnya dengan kedua tangan di taut-kan. Ia merasa bersalah mengingat dirinya sempat marah dengan Izana.
Izana tersenyum kecil lalu mengangguk. " Iza-nii sudah memaafkan Shiro kok. " Ucapnya.
Shinjiro tersenyum lebar.
" Iza-nii gendong. " Pintanya. Izana mengangguk, mengambil Shinjiro dari gendongan Kakucho.Keduanya berjalan memasuki kuil.
" Sekarang waktunya berdoa Shiro. " Ucap Izana, manik Ruby Shinjiro menatapnya polos." Doa? " Beo Shinjiro. Izana mengangguk lalu menuntun kedua tangan Shinjiro untuk saling menautkan.
" Habis itu tutup mata Shiro, dan dalam hati Shiro sebutin apa aja keinginan shiro. " Jelasnya.
Shinjiro mengangguk, laku menutup kedua matanya, begitu pula Izana dan Kakucho.
" Sudah! "
||||||||||
Ketiganya pergi dari kuil setelah menyelesaikan doa. Izana terus menggandeng Shinjiro, yang sedang sangat aktif.
" Shiro jangan lari-lari. " Peringat Kakucho. Bayi itu tak menggubris sama sekali.
Jari kecilnya menunjuk sebuah kedai yang menjual taiyaki. " Ayo beli kue bulup bulup. " Ucapnya antusias.
Izana hanya dapat menuruti keinginan Shinjiro, begitu pula Kakucho. Akhirnya ketiganya berjalan kearah kedai tersebut.
" Biar Kaku-nii yang beli. Shiro nunggu disini sama Izana, oke. " Ucap Kakucho, yang dibalas anggukan oleh bayi itu.
Izana duduk di atas kursi taman, dengan Shinjiro si pangkuannya.
" Shiro nggak kedinginan? " Shinjiro menggeleng, lalu memeluk Izana.Shinjiro merasa dekapan Izana lah yang terbaik. Rasa hangat yang ia rasakan, membuatnya sangat nyaman. " Kalau di peluk Iza-nii jadi nggak dingin. " Ucapnya, membuat Izana tertawa kecil.
" Iza-nii bakal peluk Shiro terus. " Setelahnya, Izana mendekap Shinjiro dengan erat.
Ia tak menyangka jika Shinjiro telah tumbuh selama dua tahun bersamanya. Ia mengingat kembali memori dimana Shinjiro masuk kedalam kehidupannya.
Bayi kecil yang awalnya tak dapat melakukan apa apa, kini dapat melakukan apa yang anak seusianya lakukan.
Memori-memori indah berputar dibenaknya, pertama kalinya Shinjiro dapat tengkurap, pertama kalinya Shinjiro dapat berbicara, pertama kalinya Shinjiro dapat berjalan kearahnya, menatapnya dengan manik ruby indah itu.
" Aku merasa seperti menjadi seorang ayah. "
" Shiro jangan cepat besar ya. " Ucapnya membuat Shinjiro bingung.
" Kenapa? "
" Iza-nii nggak tega ngeliat Shiro ninggalin Iza-nii. " Ucapnya sendu.
Mendengar kalimat Izana, Shinjiro langsung memeluk erat pamannya. Izana terkejut, tetapi membalas pelukan itu erat, tangan kanannya mengelus surai hitam Shinjiro.
" Nggak! Shiro nggak bakalan ninggalin Iza-nii. Jadi Iza-nii harus janji nggak boleh ninggalin Shiro. Oke! " Bayi itu berucap dengan cari kelingkingnya mengarah ke Izana.
" Ya! Iza-nii janji nggak bakalan ninggalin Shiro. Lagian mana tega Iza-nii ninggalin Shiro. " Ucapnya.
" Yey! Iza-nii sudah janji! " Izana tertawa melihat ke antusias-san Shinjiro .
Kakucho yang menatap interaksi keduanya dari jarak yang tak terlalu jauh, hanya dapat tersenyum.
" Semoga kebahagiaan senantiasa bersama kalian. "
TBC. . .
Hari ini double update, sebagai ganti kemarin nggak bisa update.
Maaf ya.
- Zen⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
Father And Son ( Sano Shinichiro )
Fanfiction( Sano Shinichiro ) Tokrev -HIATUS+REVISI- Father and Son Writer: Author Rei & Zen S1: End_26 November 2021-16 May 2022_ S2: _22 June 2022-.................._ Tokyo Revengers ©️ Ken Wakui