⇛chapter 23《佐野》

742 106 3
                                    










Izana merasa tak tega meninggalkan Shinjiro bersama seorang pengasuh.
Tetapi ia juga tak mungkin membawa Shinjiro ke markas yang kotor di penuhi oleh debu, dan membiarkan anggota-anggota gengnya melihat Shinjiro.

Selama ini hanya Kakucho dan Haitani bersaudara yang mengenali Shinjiro. Tak ada lagi.

Pemuda itu tersenyum sendu kepada Shinjiro yang tengah tertidur pulas. Satu kecupan ia berikan kepada dahi Shinjiro.

Maniknya menatap dingin pengasuh yang berada di samping keranjang bayi Shinjiro.

" Jaga Shinjiro dengan benar, jika Shinjiro terluka sedikit saja. "

" Kubunuh kau. "

Ia berucap dengan dingin. Tubuh pengasuh itu merinding hebat, keringat dingin jatuh dari keningnya. Ia hanya mengangguk, seraya menundukkan tubuhnya.

" H-ha'i Kurokawa-sama. " Ucapnya gugup.

Izana pun berjalan keluar, menemui Kakucho yang telah menunggunya sedari tadi. " Ayo. "

Kakucho hanya mengangguk lalu menyalakan motornya , begitu pula Izana.

Suara mesin motor yang perlahan menjauh, membuat pengasuh yang berada di apartemen Shinjiro bernafas lega. Ia mendekati Shinjiro yang sedang tertidur pulas.

" Anda sangat imut, Shinjiro-sama. " Senyuman pengasuh itu menjadi seringai yang sangat menyeramkan.

Tangan kasarnya mengelus pipi Shinjiro dengan kasar. Manik hitamnya menatap tajam wajah tenang Shinjiro.

Ia berlari keluar ruangan, mencari tas ia taruh di sofa lalu membukanya. Kedua tangannya mencari sebuah benda yang sangat ia butuhkan saat ini.

" Mitsuketa. "

||||||||||

Rindou benar benar tak percaya dengan pemandangan yang ia lihat saat ini. Kedua kakinya berlari dengan cepat, tak mempedulikan kresek yang berisi bubur jatuh menyentuh lantai.

DUAGH

" APA YANG KAU INGIN LAKUKAN! "

Teriakan Rindou membuat Shinjiro terbangun dari tidurnya, dan menangis dengan kencang.

Rindou dengan cepat menggendong Shinjiro, dan membawanya kedalam dekapannya.

Manik ungunya terus menatap tajam nan dingin kepada pengasuh yang ingin membunuh Shinjiro.

Pengasuh yang tersungkur dengan kepala menunduk, kini bangun kepalanya mendongak, menatap Rindou tajam. Hal itu tak membuat Rindou takut sama sekali, pemuda itu semakin geram.

Ia membaringkan Shinjiro yang telah tenang di atas box bayi, lalu menyelimutinya. Mengecup sekilas kedua pipi tembam itu.

" Sweet dreams. "

Maniknya beralih menatap pengasuh wanita itu. Tatapannya yang awalnya hangat, kini menjadi tajam dan dingin.

Sebelum menyerangnya, Rindou mengambil terlebih dahulu sebuah pisau yang berada di lantai. Pisau itu tadinya ingin di gunakan untuk membunuh Shinjiro, oleh perawat itu.

Untung saja Rindou datang di waktu yang pas. Jika ia telat sedikit saja, maka ia takkan bisa melihat Shinjiro membuka matanya untuk selama lamanya, hanya menyisakan tubuh mungil yang dingin dan pucat.

" Aku akan membunuhmu menggunakan pisau ini. "

Perawat itu terlihat ketakutan dengan aura menyeramkan yang di keluarkan oleh Rindou.

Ia bersujud di depan Rindou, kedua tangannya menyentuh kau Rindou. Tetapi bungsu Haitani itu menendangnya sehingga tersungkur.

Rindou menarik perawat itu kesebuah ruangan yang remang akan cahaya.
" Sudah lama ruangan ini tak digunakan oleh Izana. " Gumamnya, lalu menatap pengasuh itu, walau remang akan cahaya ia tetap bisa melihat wajah pengasuh itu yang di penuhi oleh darah, Karen benturan yang sangat keras, saat ia melempar pengasuh itu ke lantai keramik.

Emosi yang tadinya ia pendam Kini ia lampiaskan kepada pengasuh wanita itu. Siksaan Rindou langsung merusak raga dan mental wanita itu.

Di dalam ruangan kedap suara, Rindou membuat seorang wanita meraung-raung menangis, dan darah wanita itu yang membasahi lantai. Hingga mati dengan keadaan mengenaskan.

Ia tak menyadari seseorang yang membuka kasar pintu apartemen.

||||||||||

Beberapa waktu yang lalu sebelum Rindou masuk kedalam ruangan untuk menyiksa ( membunuh ) pengasuh wanita itu, ia mengirimkan sebuah pesan kepada Izana, Ran, dan Kakucho.

Ketiga pemuda itu bergegas menuju apartemen Izana setelah mendapatkan pesan tersebut.

Dengan perasaan penuh amarah Izana mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal. Diikuti oleh Kakucho dan Ran.

Sesampainya di apartemen, tanpa ba-bi-bu mereka langsung berlari dan membuka pintu apartemen dengan kasar.

" Shiro! " Izana berteriak, membuat Shinjiro terbangun dari tidurnya dan menangis kencang.

Ran berlari menuju Shinjiro, menggendong bayi itu dan menimangnya dengan pelan.

Perlahan tangisan Shinjiro mulai mereda. Kakucho dan Izana menatap keadaan apartemen yang cukup berantakan.

Terdapat sedikit bercakan darah di lantai. Dan mereka tak mendapatkan keberadaan Rindou.

" Sepertinya Rindou berada di ruangan itu. " Ucap Izana membuat mereka semua menatapnya.

Pemuda Kurokawa itu menunjuk sebuah ruangan yang sudah lama, tidak gunakan.

Tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan Rindou dengan keadaan berantakan. DNA beberapa bercakan darah mengenai wajah tampannya.

" Kalian sudah sampai? "

Mereka hanya mengangguk.

" Bagaimana keadaan wanita itu? " Tanya Izana datar.

Rindou memberi isyarat mereka untuk melihat sendiri keadaan wanita itu. Kecuali Ran yang masih mengurus Shinjiro.

Kakucho dan Izana menyeringai.

"  Wanita itu pantas mendapatkannya. "









TBC. . . .

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang