⇛chapter 28《佐野》

685 91 1
                                    













Shinjiro merasa aneh, Karen sedari tadi pagi ia tak menemukan keberadaan Izana.

Hak pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah Ran yang tengah bermain ponsel.
" Iza-nii kemana? "

Bayi itu kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama selama berkali-kali.

Dan Ran hanya dapat menjawab.
" Izana sedang ada urusan, jadi Hiro sama Ran-nii dulu ya. " Jelasnya untuk kesekian kalinya.

Shinjiro mengangguk lemah, kedua bibirnya tertarik kebawah. Tetapi ia tak menangis, hanya sedikit kecewa.
" Shiro mau tidur. " Ucapnya, membuat Ran menoleh dan segera menggendong bayi itu, menimangnya dengan lembut.

Hati Ran terasa sangat sakit melihat raut kecewa dari bayi yang sedang di gendongnya. Ia sangat mengetahui bahwa Shinjiro akan sensitif terhadap sekitarnya.

Walau ia masih bayi berumur satu tahun. Tetapi Shinjiro dapat mengetahui kejujuran dan kebohongan dari perilaku sekaligus ucapan, orang orang di sekitarnya.

Jawaban Ran tadi pun dapat membuat Shinjiro kecewa. Karena ia tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Shinjiro butuh Izana sekarang. Emosinya sedang berantakan. Bayi itu tak dapat menangis ataupun tertawa kali ini.

Tentu Ran menyadari hal itu. Shinjiro yang setiap pagi selalu tersenyum, dan akan menangis saat ia mulai mengantuk, tetapi kali ini tidak.

" Gomenne Hiro. "

Mendapati deru nafas Shinjiro yang telah teratur, Ran memutuskan untuk menidurkan Shinjiro di atas kasur.

Tangan kanannya terus mengelus surai hitam Shinjiro. Menatap wajah tenang sang bayi.

Ia ingat jika kemarin malam ia dipanggil oleh Izana untuk menjaga Shinjiro.

Ya, sudah dari semalam Izana pergi tanpa sepengetahuan Shinjiro. Pemuda itu pergi setelah memastikan bahwa Shinjiro telah tertidur.

Back to story'

Jam menunjukkan pukul satu siang, tetapi Shinjiro tak kunjung bangun. Hal itu membuat Ran khawatir. Sudah satu jam lebih Shinjiro tertidur, tetapi bayi itu tak kunjung membuka matanya.

Ia ingat bahwa Shinjiro baru bangun pukul delapan pagi, lalu kembali tidur setelah sarapan dan mandi.

" Hiro.... Bangun, waktunya makan siang. "

Tak ada balasan. Ran menyentuh dahi Shinjiro. Kedua matanya membulat sempurna ketika merasakan suhu tubuh Shinjiro yang sangat panas.

Deru nafas Shinjiro tak beraturan, keringat dingin membasahi tubuh bayi itu, wajahnya terlihat pucat, dan darah mengalir dari hidungnya.

Ran sangat panik, tanpa pikir panjang ia langsung menyiapkan keperluan Shinjiro, dan memasukkannya kedalam tas. Lalu menggendong Shinjiro yang telah di baluti dengan jaket tebal dan selimut tebal bayi itu.

Pemuda Haitani itu langsung keluar dari apartemen, tak lupa sebelum pergi ia mengunci pintu apartemen dan langsung berlari pergi mencari taksi.

Skip-

Tatapan Ran terlihat sendu. Ia tak tertidur sama sekali walau jam telah menunjukkan waktu tengah malam.

Di gendongan nya terdapat Shinjiro yang sedang tertidur, dengan tangan kiri yang terpasang infus.

" Hiro mimpi apa? " Tanyanya dengan suara sangat kecil.

" Hm? "

Air matanya hampir saja menetes. Jika saja ia tak segera menyekanya menggunakan lengan.

Shinjiro kembali drop.

Kondisi kesehatan bayi itu tak stabil.
Emosi Shinjiro sedang berantakan, begitu juga pikiran bayi itu.

" Hiro mau apa? Nanti Ran-nii kabulkan kemauan Shinjiro. Apapun itu..... " Lirihnya.

Kini ia tak sedang memegang ponsel, saking paniknya dengan keadaan Shinjiro, ia sampai melupakan benda pipih itu..

" Jadi, bagaimana aku harus menghubungi Izana? " Gumamnya.

Ada sedikit rasa marah ketika ia mengingat Izana. Dimana rajanya itu ketika sang pangeran membutuhkannya?!

" Bolehkah Hiro untukku saja? " Gumamnya.

Ran memutuskan untuk duduk di sebuah sofa dengan Shinjiro yang masih di gendong olehnya.

Ia menarik tiang infus itu ke sebelah sofa. Manik ungunya menatap Shinjiro yang tertidur pulas.

" Sweet dream. "

||||||||||

Disaat Shinjiro bersama seorang perawat, Ran menyempatkan diri untuk menelfon seseorang menggunakan ponsel umum.

" Untung kau mengingat nomernya. "

Ia berbicara dengan nada datar kepada orang di sebelah telfon. Tak butuh waktu lama ia langsung menutup telfon dan kembali ke ruang rawat Shinjiro. Mengingat betapa lengketnya Shinjiro dan Ran dua hari ini.

" Ran-nii~~ " Shinjiro memanggil Ran dengan lirih, ia merasa sedih ketika tak menemukan keberadaan pemuda itu.

Sampai akhirnya pintu ruangan milik Shinjiro terbuka, memperlihatkan Ran yang menatap bayi itu dengan sendu dan senyuman lembut mengulas di bibirnya.

" Hm, Hiro nyari Ran-nii? " Godanya.

Shinjiro berpindah ke gendongan Ran.
" Ran-nii habis dari mana? "

" Habis beli minum. " Jawab pemuda itu, setelah perawat pergi meninggalkannya dan Shinjiro.

Shinjiro hanya mengangguk, lalu meminum susu hangat yang berada di dalam botol susu.

" Hiro mau strawberry nggak? " Tanya Ran. Di balas gelengan oleh Shinjiro.

Tak lama kemudian pintu ruangan dibuka kasar oleh seseorang, membuat Ran dan Shinjiro sangat terkejut. Terlebih bayi itu, langsung terbatuk-batuk karena tersedak susu.

Dengan segera Ran berdiri dari duduknya, menepuk-nepuk punggung Shinjiro dengan perlahan, lalu mengambil botol susu yang berada di genggaman Shinjiro.

Maniknya beralih menatap tajam nan dingin sang pelaku.

" Bisakah kau membuka pintu dengan perlahan Izana. " Ucapan Ran tak diubris oleh Izana.

Ia memilih untuk mendekati Shinjiro yang berada di gendongannya Ran.
" Biarkan aku menggendong Shiro. "

Bukannya berpindah kepada gendongan Izana, Shinjiro malah lebih mengeratkan cengkeraman nya pada pakaian Ran.

" Sepertinya Hiro tidak mau. " Ucap Ran membuat Izana emosi.

Izana menarik paksa Shinjiro kedalam gendongannya, tetapi bayi itu terus memberontak tak ingin di Sentuh olehnya.

Ran yang melihat itu segera menjauhkan Shinjiro dari Izana.
" Jangan memaksanya Izana. " Ucapnya dengan datar. Ia tak peduli jika harus babak beluk karena Izana.

Keduanya saling beradu tatapan dingin nan datar.
" Dimana kau saat Hiro membutuhkan mu, kemarin?! " Ran berucap dengan nada sedikit tinggi.

" Kau tau, Hiro selalu merasa kesakitan selama dua hari ini! Hiro terus memanggil mu, tapi kau tak ada. Aku terus menelfon mu untuk mengabari keadaan Hiro, tetapi kau tak pernah menjawabnya! "

Izana terdiam, ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.

" Jika kau bosan merawat Hiro! Biarkan aku merawatnya! "







TBC . . .

Sesuai janji 💛

Sekilas di part ini Ran sama Izana bertengkar, kayak pertengkaran suami istri. 😅

- Zen ⚡

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang