⇛chapter 16《佐野》

1K 140 1
                                    



~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~








" Nii Nii!! "

Suara langkah kaki berlari, menarik atensi seorang pemuda bermarga Kurokawa.

Ia yang awalnya sibuk memasak, kini mengalihkan pandangannya kepada seorang bayi, yang kini telah menginjak umur dua tahun.

Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang bayi, kedua tangannya di rentangkan, siap menerima pelukan si gembul.

" Hum? Ada apa? " Tanyanya, kepada bayi yang kini berada di pelukannya.

Manik ruby sang bayi, menatap sang paman berbinar. Indra penciuman nya dapat mencium sebuah aroma masakan, yang membuatnya tertarik untuk berlari menuju dapur.

" Mamam. " Ucapnya.

Izana tertawa kecil, lalu menggendong sang bayi, dan membawanya menuju meja makan.

" Makan buah dulu ya? " Ucapnya. Sang bayi hanya mengangguk, lalu Izana memindahkan sang bayi di kursi khusus bayi.

Dengan antusias tinggi, sang bayi menunggu sang paman untuk memberinya buah favoritnya.

" Setelobeli! " Manik Ruby nya berbinar, kedua tangannya terangkat, ketika melihat buah favoritnya telah berada di depannya.

Izana tertawa kecil, lalu meletakkan satu mangkuk buah strawberry.

Dengan lahap Shinjiro memakan buah strawberry yang telah di bersihkan.

" Enak? " Tanya Izana yang kini berada di depan sang bayi.

Shinjiro mengangguk dengan tangan kanan yang menampilkan jempolnya.

Kini Izana kembali melanjutkan acara memasaknya, meninggalkan Shinjiro yang masih menikmati buahnya.

" Nii Nii. " Panggil Shinjiro, membuat Izana menoleh.

Bayi Sano itu menunjukkan kepada sang paman, mangkuk kosong miliknya.

" Mau lagi. "

" No. "

Izana menggeleng kecil, lalu mematikan kompor, dan berjalan mendekati Shinjiro.

" Sudah kenyang? " Tanyanya.

Shinjiro mengangguk. " Umm. "

Pemuda Kurokawa itu mengangkat sang bayi, lalu menurunkannya di lantai, dan membawanya menuju wastafel.

" Cuci tangan dulu. Habis itu pergi bareng Rin Nii dan Ran Nii, oke. " Ucapnya.

Sang bayi mengangguk dengan semangat. " Oce. "

Tak lama kemudian datang seorang pemuda dengan surai kuning biru.
" Shiro sudah siap? " Tanyanya.

Manik ungunya menemukan Shinjiro yang tengah mencuci tangannya.
" Bental lagi Lin Nii. " ucapnya, terakhir ia mencuci sekitar mulutnya.

" Cudah! "

Dengan semangat Shinjiro berlari kearah pemuda itu, yang telah siap untuk menggendongnya.

" Sekarang, ayo kita pergi. " Ucapnya.

" Rindou, aku percayakan Shiro kepadamu dan Ran. " Ucap Izana, yang tengah mengemasi keperluan Shinjiro.

Sementara Rindou mengangguk sebagai jawaban, lalu menatap Izana. " Tenang saja, aku dan Aniki akan menjaga Shiro hari ini. "

Izana mengangguk, lalu menyerahkan sebuah tas yang berisi perlengkapan Shinjiro kepada Rindou.

Ia beralih kepada Shinjiro yang berada di gendongan Rindou.
" Shiro, jangan nakal ya. " Ucapnya, laku mengecup seluruh bagian wajah sang bayi.

Shinjiro menjauhkan wajahnya agar tak di cium oleh Izana, lalu mengangguk. " Shilo ndak bakal nakal Nii. " Ucap bayi itu.

Izana tersenyum kecil, lalu mengecup puncak kepala Shinjiro.
" Baiklah. "

Lalu keduanya berjalan pergi, meninggalkan Izana sendirian di dalam apartemen.

" Itterasshai. "

Di sisi lain.

Seorang pria tengah berdiri di depan sebuah meja. Manik hitamnya menatap sebuah pigura, yang berisi foto sang putra.

Di sana terlihat sang putra telah menginjak umur satu tahun.
" Papa merindukan mu Shiro. " Lirihnya.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi sang pria. Sudah dua tahun ia terus mencari keberadaan sang putra, di bantu oleh ketiga temannya. Tetapi ia tak kunjung bertemu dengan sang putra.

" Shin. "

Shinichiro menoleh kearah suara. Ia mendapati Wakasa tengah berdiri di luar bengkel baru miliknya, bersama Takeomi dan Benkei.

" Berangkat sekarang? " Tanya Takeomi berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh Wakasa dan Benkei.

Pria Sano itu tersenyum kecil, lalu mengangguk. Pagi hari ini, ia ingin mencoba motor yang baru saja ia perbaiki.

" Ayo. "

Keempat pria itu pergi menaiki motor masing-masing. Mereka berkendara, seraya menikmati suasana pagi.

" Kita akan kemana?! " Tanya Benkei sedikit berteriak.

" Taman. "

Shinichiro hanya menjawab pertanyaan singkat sang teman.

Tak butuh lama, mereka telah sampai di sebuah taman yang tak terlalu ramai.

Keempatnya berjalan mengelilingi taman.

Shinichiro terus berjalan, tak menyadari seorang bayi yang berlari kearahnya.

Bruk

Shinichiro dan ketiga temannya terkejut, saat seorang bayi yang terlihat berumur dua tahun, menabrak pria Sano itu.

Mereka tak dapat melihat wajah sang bayi karena kepala sang bayi yang menunduk, sekaligus kepala nya ditutupi oleh tudung bermotif kelinci.

Shinichiro berjongkok, mencoba membantu bayi laki laki itu.
" Kau tidak apa-apa? " Tanyanya.

Sang bayi menggeleng.
" Ndak papa. " Ucapnya.

Lalu berdiri dari posisinya di bantu oleh Shinichiro.

Bayi itu mendongakkan kepalanya, menatap keempat pria itu, yang juga tengah menatapnya.

Mereka berempat terkejut, membisu, saat melihat wajah sang bayi. Bahkan Shinichiro dapat meneteskan air matanya.

Bibirnya bergetar, ingin mengucapkan nama seseorang, yang selama ini ia rindukan.

" Shiro. "









TBC .. .. ..

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa untuk vote guys!!
Jaga kesehatan kalian semua!!

Salam dari_Zen⚡

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang