⇛chapter 10《佐野》

1.2K 144 7
                                    



~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~




Shinichiro terus memandangi sang putra yang tengah sibuk dengan mainannya.

Tak terasa bayi kecilnya telah menginjak usia dua bulan.

" Kamu kok cepat banget sih tumbuhnya. "

Shinjiro memandangi sang ayah dengan tatapan kebingungan.
Kedua tangannya bergerak memukul bantal ynag berada di depannya.

" Eh, habis ini ulang tahunnya paman Manjirou, Shiro mau ngasih kado apa? " Tanyanya, dengan tangan ynag bermain dengan jari jari kecil Shinjiro.

Manik hitam dan Ruby itu saling menatap. Shinichiro menggendong putranya, lalu membawanya keluar.

" Papa mau beri kado motor. Menurut Shiro gimana? " Tanyanya.

Shinjiro memukul pelan tangan Shinichiro, seakan menjawab pertanyaan itu.

" Bagus? "

Bayi Sano itu mengangguk, seolah mengerti pertanyaan sang ayah.

Shinichiro mendudukkan Shinjiro di atas motor yang ingin ia berikan kepada adiknya, tentu saja Shinjiro duduk dengan Shinichi yang masih memeganginya.

Senyuman imut di tunjukkan oleh bayi Sano itu, membuat sang ayah merasa gemas.

" Kau kok imut sih. " Ucapnya, mengecup pipi sang anak berkali-kali.

Shinjiro tersenyum, saat merasakan kegelian.

" Jalan jalan yuk. " Ajak Shinichiro, lalu membawa sang putra keluar dari bengkelnya.

Langit sore, menarik perhatian sang bayi. Kedua tangan mungil itu terangkat ke atas.

" Langitnya indah ya? "

Shinichiro mengalihkan tatapannya kearah sang anak. " Papa sayang Shiro. Jangan tinggalin papa ya. " Gumamnya.

" Hidup ku. Harta ku. Malaikat ku. Kebahagian ku, adalah Shiro. Sano Shinjiro. " Ucapnya, lalu mengecup pelan dahi sang putra.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Shinichiro memutuskan masuk kedalam dengan Shinjiro yang telah tertidur.

Mungkin angin sore membuat bayi Sano itu mengantuk.

Dengan perlahan Shinichiro membaringkannya di atas kasur, tak lupa sebelum keluar pria itu mematikan lampu.

Malam ini ia berencana untuk menyiapkan hadiah untuk sang adik.
Ia desain ulang motor itu, menjadi lebih keren.

Suara dering ponsel menghentikan pergerakan pria itu, ia mengelap tangannya yang di penuhi oleh oli.

Lalu beranjak dari duduknya, mengambil ponselnya yang berada di meja.

" Oh Waka, ada apa? "

" .. .. .. .. .. "

" Tidak, tidak sibuk. "

" .. .. .. .. .. "

" Baiklah. "

Sambungan di putus oleh Shinichiro, ia kembali kepada pekerjaannya.
Menunggu Wakasa yang ingin berkunjung.

Tak lama kemudian Wakasa datang.
" Konbanwa Shin. " Sapa Wakasa lalu duduk di kursi yang berada di sana.

Shinichiro menghentikan aktifitasnya sementara, berbalik menatap pemuda Imaushi itu.

" Oh konbanwa Waka. " Sapanya balik.

Pria Sano itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju dapur.

" Mau kopi? " Tanyanya.

" Boleh. " Jawab Wakasa yang tengah memperhatikan motor di depannya.

Tak butuh waktu lama Shinichiro telah membuat kopi, lalu duduk di samping Wakasa.

Keduanya berbincang bincang dengan tema yang acak, sesekali keduanya tertawa mengingat masa Lalu.

Sampai suara tangisan Shinjiro, membuat perbincangan mereka terhenti.

Dengan cepat Shinichiro berjalan ke kamarnya, ia melihat snag anak yang telah bangun lalu menggendongnya.

Ia bawa sang anak keluar dari kamar.

" Shiro bangun ternyata. " Ucap Wakasa, melihat Shinjiro yang berada di gendongan Shinichiro.

Pria Sano itu kembali duduk di samping sang teman.

Manik ungu Wakasa dan manik Ruby Shinjiro bertemu. Mata Ruby berkaca-kaca menambah keimutan seorang Sano Shinjiro.

" Imut. "







TBC .. .. .. .. ..

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa untuk vote guys!!
Jaga kesehatan kalian.

Salam dari Zen ⚡

Father And Son ( Sano Shinichiro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang