Namjoon merasa perubahan Jimin akhir-akhir ini sangat kentara. Sering melamun dan diam dengan raut muka yang membuatnya iba. Ketika ditanya kenapa, ia hanya menjawab tidak ada masalah dan semua baik-baik saja. Hingga akhirnya Namjoon meluangkan sedikit waktunya malam ini untuk tidak bekerja lembur meskipun dateline pekerjaannya cukup banyak, tetapi sepertinya ia harus melakukan sesuatu untuk Jimin agar keadaannya membaik.
Dari kejauhan Namjoon melihat punggung Jimin yang sedikit turun sedang duduk disalah satu bangku dekat sungai Han. Sejak pertama kali mereka berdua mulai dekat, entah mengapa tempat ini selalu menjadi favorit untuk keduanya. Ia berjalan sedikit cepat dengan senyum yang lebar menghampiri Jimin. "Lo udah lama nungguin? Sorry tadi agak macet," ucapnya setelah mengecup pucuk kepala Jimin lalu duduk disampingnya.
Jimin menoleh sambil menggeleng dan tersenyum.
"Lo inget kan kalo punya gue? Lo bisa cerita apapun itu," ucap Namjoon sambil membelai belakang kepala Jimin dengan lembut.
Untuk sesaat Jimin hanya diam merasakan sentuhan hangat pada belakang kepalanya. Ia belum yakin untuk membagi perihal Yoongi dengan Namjoon. Sejak mereka mulai dekat, tidak ada diantara keduanya untuk membahas masa lalu masing-masing, hanya berfokus pada satu sama lain.
Jimin menghembuskan napasnya pelan, menggenggam tangan kiri Namjoon dengan kedua tangannya. Ia belum memulai, tetapi rasanya kedua matanya sudah memanas. Tanpa ia tahu dua tetes air matanya turun begitu saja, "Lo udah pernah ketemu Yoongi kan waktu itu?" mulainya. Menelan ludahnya sambil menahan air matanya yang berdesakan ingin keluar.
Namjoon mengangguk kemudian menghapus jejak air mata dikedua pipinya.
"Gue kemarin ketemu dia lagi setelah sekian lama nggak ketemu," napasnya tersengal karena tubuhnya memberikan respon yang berbeda. Air matanya mengalir begitu deras dengan dada yang naik turun. Ia mulai terisak.
"Lo kalau belum siap, nggak sekarang juga nggak apa-apa," Namjoon meraih kepalanya dan memeluknya. Menepuk-nepuk punggungnya pelan sambil mendengarkan Jimin yang terisak. Ia merasakan kemejanya semakin basah.
Jimin mendorong dada Namjoon pelan kemudian menghapus air matanya asal sambil bergeleng, "Nggak, gue udah lama nggak terbuka sama lo. Ini saatnya. Ini waktu yang tepat,"
Namjoon mengangguk dan memegang kedua tangannya, meletakkan dipahanya dan digenggam erat, "Gue pikir emang udah lupa sama dia. Karena kita memang udah nggak pernah komunikasi dalam bentuk apapun. Tapi–," napasnya kembali tersengal dan buliran bening terus mengalir dari kedua matanya.
"Tapi nggak tahu kenapa kemarin pas ketemu lagi, perasaan sesak itu masih ada. Dan masih sama," JImin menatap tepat dikedua bola mata Namjoon yang menatapnya dengan nanar sambil sesekali membelai punggung telapak tangannya dengan ibu jarinya.
Buliran air matanya semakin deras. Tetapi ia menguatkan dirinya untuk tetap melihat kedua iris mata didepannya. Ia ingin melihat setiap perubahan ekspresi Namjoon. Ia hanya takut menyakitinya.
"Lo sama Yoongi pacaran bukan sebulan dua bulan lagi. Bahkan bertahun-tahun, jadi wajar kalau perasaan lo ke dia sangat dalam."
Dugaannya salah. Namjoon tidak marah. Bahkan raut wajahnya tidak menunjukkan kecewa maupun penyesalan. Kini air matanya semakin deras dan isakannya semakin kuat. Ia merasa telah berbuat jahat, "Perasaan itu bukan seperti tangan atau kaki kita yang bisa diatur sesuai kemauan kita. Seolah hati memiliki ruangnya sendiri dan sulit dipahami,"
"Lo–justru bikin gue lebih nyaman karena mau jujur. Makasih ya Jimin udah mau ngomong hal yang sulit sama gue," Namjoon tersenyum dan menghapus air mata yang mengaliri kedua pipinya.
"Kita nikah aja besok gimana?" tanya Jimin spontan.
Namjoon tertawa mendengarnya. Melihat Jimin yang menyeka wajahnya dengan ujung kemejanya dan kini menatapnya dengan penuh harap. "Jim, gue tahu lo dari keluarga yang gimana. Gue nggak mau bikin orang tua lo ngelarang kita bersama karena gue masih belum apa-apa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Meet Again
RomanceMungkin dulu kalo gue setuju sama Appa buat ngga tinggal di kostan, gue ngga bakal ketemu sama dia. Kim Seokjin, mahasiswa baru yang bertemu dengan Jeon Jungkook mahasiswa seni rupa tahun ketiga yang menempati kamar disebelahnya. Jeon Jungkook yang...