Hi, Bunny!

1.2K 102 67
                                        

Dua minggu berlalu, hubungan keduanya masih diantara jarak yang Seokjin buat dengan rasa malu yang mengekorinya kemana-mana. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hal itu ketika bertemu Jungkook. Bahkan dua minggu ini, ia memilih menginap di apartemen Jimin. Dalih lainnya, ia ingin menemani sahabatnya itu yang sedang dilanda kesedihan karena kekasihnya dipindahtugaskan ke luar negeri.

Pagi ini, seperti biasa Seokjin akan memasak untuk sarapan mereka berdua. Jumat, menjadi hari menggemberikan untuk para pencari uang. Karena weekend telah didepan mata. Seokjin sesekali menggoyangkan pinggulnya sambil menikmati lagu yang ia dengar lewat pengeras suara yang terhubung dengan ponselnya.

Krek.

Setelah mendengar suara itu, pengeras suranya terhenti. Seokjin menoleh ke belakang dan mendapati Jimin yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan. Meneguk segelas air hingga habis. "Inilah seonggok manusia yang dilanda gundah telah bangun dari tidurnya yang penuh mimpi erotis disetiap malamnya,"

Jimin menolehkan kepalanya pada Seokjin yang kembali asik membolak-balikkan ayam gorengnya didalam wajan, "Gue mimpinya sedih terus ya!" protesnya sambil meremat gelas kaca bening yang masih ia pegang diatas meja.

"Baru kali ini gue denger orang ngigau karena mimpi sedih kayak gini, ahh Namjoon ahh ngghh uhh please keep it faster." Cibir Seokjin sambil menirukan mimik muka yang dibuat Jimin ketika tidurnya sambil mengigau.

Jimin mendelik terkejut, "Lo jangan ngadi-ngadi ya, Seokjin."

Seokjin tersenyum begitu lebar, ia membawa dua piring berisi kimchi dan ayam gorengnya lalu meletakkannya diatas meja. "Harusnya kalau ada ayam, sojunya juga biar lengkap."

Seokjin yang telah selesai mengambil panci sup tahunya dan meletakkan diatas meja, hampir saja ingin menumpahkan sup itu ke kepala Jimin, "Ini masih pagi, hari baru dimulai dan lo mau mabuk. Astaga, Park Jimin!"

"Alkohol adalah obat merah untuk rasa sakit karena rindu yang menggebu-nggebu." Jawab Jimin lalu mengambil satu potong paha ayam dan memakannya.

"Dih si tai," Seokjin meletakkan apronnya dan menarik kursi didepan Jimin.

"Lo aja yang nggak bisa minum, makannya belum pernah ngelampiasin ke alkohol," seloroh Jimin.

"Ye.. ye ,, ye! Udah makan aja yang banyak!"






Yoongi turun dari tempat tidurnya dengan kepala berputar dan perut yang terasa tidak mengenakan sekali. Kamarnya berantakan. Putung-putung rokok berserakan diatas meja didekat jendela yang memiliki dua kursi disetiap mejanya. Korek apinya terlempar hingga diujung jendela yang tersibak gordennya. Beberapa botol soju berbaris rapi diatas meja menemani satu kotak rokok yang menunjukkan tersisa dua batang didalamnya.

Kamar itu masih berwarna putih, dan hanya ada meja, kursi, dan almari pakaian yang cukup besar berwarna senada. Belum terlalu banyak barang disana. Setelah menutup pintu dibelakangnya. Yoongi mengusap bibirnya asal, berjalan menuju pintu kamarnya. Ia buka sambil memegang sebelah kepalanya yang masih terasa berputar. Hal pertama yang menyapanya adalah pemandangan beberapa kardus yang masih tergeletak diatas lantai dengan isinya yang masih tersusun rapi didalamnya.

Yoongi menghampiri kulkasnya, meraih sebotol air mineral dingin dan meneguknya hingga habis. Ia tersenyum tipis melihat beberapa kotak makanan yang masih tertutup dan berjajar didalam kulkasnya. Ia meraih salah satunya.

Tubuhnya berhenti bergerak ketika mendapati sebuah benda persegi panjang yang berada diatas meja tanpa memiliki teman disampingnya. Yoongi meletakkan kotak berisi kimchi itu diatas meja. Meraih benda persegi panjang yang terbuat dari kayu dan dibagian depannya terdapat kaca bening.

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang