Don't You Miss Me

1K 95 45
                                    

Mereka berdua duduk berhadapan di sebuah bangku set kayu berwarna putih tak jauh dari kebun strawberry yang berjajar. Seokjin memegang cangkir putihnya dengan tatapan kosong dan bibir mengatup rapat. Beberapa kalimat yang memasuki ruang rungunya tadi, sedang ia cerna dengan kepala kosong tiba-tiba. Pertanyaan yang belum bisa ia jawab sekarang.

"Seokjin?" panggil Taehyung yang masih duduk didepannya.

Seokjin tidak bergeming. Masih menatap cangkirnya yang masih berisi setengah cairan bening agak kecoklatan.

"Seokjin?" panggil Taehyung sekali lagi. Kini ia mengayunkan tangan kanannya ke udara. Hingga Seokjin terhenyak dan kembali sadar dari lamunannya.

"Hah?!" cangkir itu terguling dan isinya tumpah membasahi meja dan kedua tangannya.

Taehyung segera berdiri dan berjalan mengitari meja. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan putih dari sana. Tangan Seokjin untung saja hanya sedikit memerah karena teh didalam cangkirnya masih cukup panas. Ia meringis ketika Taehyung menyeka kedua punggung tangannya yang terasa perih karena sensasi rasa terbakar di permukaan kulitnya.

"Kalau lo belum mau balik nggak apa-apa, Seokjin. Kenapa malah jadi beban," Taehyung memegang kedua tangannya yang terbalut sapu tangan putih. Menatap Seokjin yang masih menunduk dan enggan menjawab.

Taehyung melihat pundak Seokjin yang perlahan bergetar. Kini ia menyadari bahwa air mata perlahan jatuh dari kedua mata didepannya. Menetes satu persatu membasahi punggung tangannya. "Lo pergi karena gue–"

"Nggak, Tae!" Seokjin mendongak cepat dan menggeleng kuat. Wajahnya sudah basah karena air mata terus mengalir. Ia terisak sampai kata-kata yang ingin ia sampaikan tertahan di tenggorokannya.

Taehyung menghela pelan. Mendorong bahu Seokjin untuk duduk kembali di kursinya. Ia berjongkok didepan Seokjin dan menepuk-nepuk pelan dua tangan Seokjin yang masih bertumpu diatas pahanya. "Gue minta maaf ya karena maksa lo nerima perasaan gue waktu itu..." Taehyung mendongak dan menatap Seokjin sambil tersenyum tipis.

Seokjin menggeleng cepat, "Gue merasa bersalah banget karena nggak pernah bisa ngasih hati gue ke elo, Tae..." Ia kembali terisak. Angin sore itu berhembus pelan. Menampar tubuhnya hingga terasa begitu sejuk mengenai permukaan kulitnya.

"Gue kan udah bilang nggak apa-apa. Maaf karena nggak pernah bisa lupain lo ya, Seokjin." Taehyung menahan air matanya yang terus mendesak ingin keluar. Hatinya terasa begitu pedih melihat Seokjin yang menangis tersedu dihadapannya. Ia menggenggam erat kedua tangan Seokjin. Ingin sekali tidak melepaskan genggaman itu serta berharap tidak ada yang akan menginterupsi. Jika memang ini kesempatan terakhirnya untuk menggenggam kedua tangan itu, maka ia tidak akan melewatkannya. Bisa saja, setelah ini ia harus menjaga jarak dari Seokjin, karena ia tahu dengan pasti kemana hati Seokjin akan berpulang.

Seokjin menghapus air matanya asal. Ia memaksa bibirnya untuk sedikit tersenyum, "Lo bodoh karena nggak bisa lupain gue. Tapi gue juga bodoh karena ngelakuin persis kayak lo,"

Taehyung terkekeh pelan. Ia menarik dirinya keatas. Berdiri tegap dan mengulurkan tangan kanannya untuk Seokjin, "Jadi, mau pulang nggak?"

Seokjin kembali terdiam. Ia sungguh merindukan semuanya. Ia benar-benar ingin bertemu dengannya. Namun, ia merasa belum siap. Perasaan ragunya kembali muncul, dimana ketakutannya akan perasaan Jungkook yang belum berani menjalin komitmen yang jelas dengannya. Ia hanya menatap uluran tangan Taehyung tanpa berkedip. Kembali berpikir dengan hati berdebar. Sosok yang selama ini ia simpan di hatinya, benar-benar membuatnya tercekik rindu yang terhalang oleh ego miliknya.

"Kalau lo nggak balik, mungkin ada orang yang bakal ngancurin gedung Kim Corp. Gue nggak tahu kapan, tapi gue yakin cepat atau lambat akan ada yang bener-bener nekat ngerubuhin gedung Kim Corp." Taehyung mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Sambil menatap ke sisi lain seolah berpikir. Menahan senyum dibibirnya ketika menyadari Seokjin yang terkejut dengan kedua mata membola sempurna.

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang