Prince Rabbit And His Hero

1.3K 101 37
                                    

Seokjin mengendarai mobilnya dengan linangan air mata. Waktu sudah cukup malam untuk itu jalanan tidak semacet beberapa jam yang lalu. Ia mengemudikan mobilnya seperti kesetanan. Setelah masuk kedalam area perumahan yang ia rindukan, ia menginjak pedal gas lebih kencang.

Menurunkan jendela mobilnya dan membunyikan klakson sambil menyapa Paman Min yang sedang merapikan kandang anjingnya, kemudian dibalas anggukan dan senyuman dari Paman Min. Menghentikan mobilnya tepat disebuah rumah yang cukup besar bahkan lebih besar dari rumah-rumah dikanan dan kirinya. Seokjin langsung turun dan membanting pintu mobilnya asal. Sedikit berlari mendekati pintu masuk rumah yang berdominan memiliki cat putih itu.

BRAK.

"Eomma!"

"Uhuk .. uhuk" Appanya yang tadi dengan tenang mengunyah makan malamnya kini tersedak ketika teriakan mendadak yang masuk indra pendengarannya.

"Yeobo!" Eommanya dengan cepat menyodorkan air putih sambill menepuk-nepuk punggung suaminya.

Kini Seokjin sudah berdiri didepan meja makan dimana Eomma dan Appanya berada. Baru sampai rumah satu jam yang lalu kini mereka berdua merasa waktu istirahat akan sedikit tertunda ketika melihat Seokjin yang datang dengan wajah merah dan kedua mata sembab.

"Eomma" Seokjin duduk di tempat tadi Eommanya duduk. Tepat disebelah kanan Appanya. Ia beberapa kali sesenggukan dan menarik baju Eommanya dan beberapa detik kemudian ia memeluk Eommanya dengan begitu erat. Menyembunyikan wajahnya pada perut Eommanya.

Ye Jin melempar tatapan bingung kepada suaminya Hyun Bin. Tetapi hanya mendapatkan dengusan kesal. "Kau kenapa, hm?" dengan lembut Ye Jin mengelus rambut Seokjin.

Belum ada jawaban yang terlontar. Ia masih menangis. Bahkan kedua orang tuanya tidak mengerti dengan pertumbuhan Seokjin di masa ini. "Kau sejak kuliah menjadi manja dan cengeng, sebenarnya sehebat apa pemuda itu sampai kau terus saja seperti ini?" ucap Appanya yang kesal dengan perubahan tingkah emosional yang dimiliki anak semata wayangnya.

Seokjin mengusalkan wajahnya untuk menghapus jejak-jejak air matanya. Ia menatap Appanya dengan sengit. Sementara Hyun Bin masih dengan tenang melahap makan malamnya. "Kau dulu pasti playboy kan saat masih muda?"

Ye Jin yang mendengar hal itu memukul pelan kepala Seokjin hingga membuat Seokjin meringis kesakitan. "Appa mu meskipun pujaan hati semua orang, ia selalu mengejarku tanpa lelah," jawab Ye Jin sambil tersenyum ketika mengingat kembali kenangannya saat duduk di bangku perkuliahan dan bertemu dengan Hyun Bin.

Seokjin kembali merasakan sesak didadanya. Hal serupa telah terjadi kepadanya. Tetapi kini orang itu telah memilih pergi. Membawa kepercayaan dirinya. Meninggalkan rasa takut didalam hatinya, takut tidak akan ada yang akan mencintainya setulus itu lagi. Takut tidak akan ada yang menjaganya seperti yang ia lakukan. Kini ia tahu kenapa orang-orang menghindari perasaan menyesal. Ternyata perasaan itu lebih tidak nyaman dari pada sakit hati yang pernah ia rasakan. Rasanya ia tidak bisa melakukan apapun ataupun sekadar bangkit kembali.

"Kau harus mencari seseorang sepertiku Seokjin. Ketika yakin telah mencintai seseorang, akan memperjuangkannya dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Bukannya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata dan meninggalkan bekas luka." Kini kedua mata Hyun Bin menatap putranya itu dengan serius.

Tangan kiri Ye Jin kini mengelus punggung Hyun Bin sebagai isyarat agar tidak terlalu keras kepada Seokjin karena ini adalah fase anaknya akan tumbuh dewasa. Terkadang memang patah hati membuat kita semakin dewasa karena menyadari semua hal di dunia ini tidak bisa didapatkan.

"Aku telah menemukan orang sepertimu, Appa. Ta–tapi," air matanya turun lagi dengan deras.

Hyun Bin mengelap mulutnya dengan napkin berwarna abu gelap yang sedari tadi terlipat rapi disamping piringnya. "Kau jangan mengharapkan seseorang yang telah menyakitimu untuk kembali, dan yang lebih penting jangan meminta orang yang kau sakiti untuk menerimamu kembali. Itu perbuatan egois."

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang