Hari menjadi minggu. Dan minggu menjadi bulan. Kejadian di cafe beberapa waktu yang lalu telah mengoyak hati Seokjin. Menamparnya pada kenyataan yang nyatanya selalu mendampingi meskipun ia tepis pergi. Kim Taehyung, prianya yang mencintainya dan bahkan selalu membiarkan perasaannya sendiri untuk dikesampingkan demi menggapai sebuah perhatian. Egonya ia kubur dalam, bahkan harga dirinya ia simpan dan tak pedulikan. Demi menyentuh hati seorang Kim Seokjin.
Memulai semester limanya, Seokjin berhenti dibeberapa organisasi yang ia ikuti sebelumnya. Sejujurnya keputusan itu agak berat, apalagi teman-teman yang selama ini membersamainya begitu baik dan sudah seperti keluarga kecil untuknya. Tetapi, ia harus berkorban seperti apa yang dilakukan Taehyung untuknya. Biar impas, biar tidak berat sebelah lagi.
Seperti beberapa waktu sebelum-sebelumnya, ia menemani Taehyung bimbingan. Ikut menunggui dosen pembimbing yang menyetujui pertemuan untuk membahas proses skripsi yang sudah dikerjakan dan direvisi. Ia selalu menjadi orang pertama yang menggenggam tangan Taehyung dengan sesekali mengelus punggung telapak tangannya dengan ibu jarinya, menjadi orang pertama yang akan menepuk lembut punggungnya, menjadi orang pertama yang menyiapkan pundaknya menjadi tempat bersandar dan bahkan menumpahkan sedikit tangisan. Proses ini tidak mudah, membutuhkan begitu banyak perasaan sabar, kekuatan, keoptimisan, dan sedikit banyak helaan napas disela tangisan.
Sesekali jika waktunya luang, ia akan menemani Taehyung ke perpustakaan universitas maupun perpustakaan diluar univ untuk mencari preferensi sumber yang lebih akurat dan bisa menjelaskan teori yang ia gunakan. Hubungan mereka berdua semakin hangat disela musim dingin yang membersamai. Menghabiskan akhir pekan berdua ditemani beberapa ide konyol Taehyung yang muncul secara mendadak dan selalu menghasilkan anggukan dengan sebuah senyuman.
Seokjin ingin menepati janjinya. Ia akan berusaha sebaik mungkin dalam hubungannya. Ia tidak bisa memberi makan egonya dan terus mengesampingkan orang disisinya. Ia tidak ingin menelan rasa sesal lagi karena seseorang berarti yang berlalu pergi. Ia tidak ingin melepaskan tangan yang menggenggamnya selama ini.
~
Kim Namjoon melonggarkan dasi yang sedari pagi mencekiknya. Menghela napas panjang. Setelah itu meletakkan kembali ponselnya diatas meja. Didepannya sudah tersaji gelas berisi cairan coklat pekat dengan beberapa butir es batu. Kedua netranya menatap keluar jendela. Ia telah memiliki pekerjaan, meskipun belum menjadi pekerja tetap, ia selalu berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan segala tugasnya. Setidaknya ia sekarang memiliki penghasilan untuk mencukupi kehidupannya sendiri dan membantu mengurangi beban biaya samchonnya. Ia merasa cukup untuk sekarang, ia tidak ingin serakah. ia mensyukuri yang ia dapat meskipun belum se'wah' orang lain. Tetapi untuknya, ini sudah lebih dari kata baik diawal karirnya. Bahkan ia bekerja untuk perusahaan ternama di negaranya. Ia yakin semua usahanya akan berbuah baik suatu hari.
Malam ini, ia akan memotong tali terakhir keserakahannya. Ia akan memotong benang tak kasat mata yang membelenggu hatinya. Ia akan melepaskan perasaan yang ia tawan dengan keegoisan. Ia tidak ingin berjalan dengan seseorang yang entah menolehkan kepalanya kearah mana, ia tidak ingin menggenggam tangan yang tidak pernah menyambutnya, ia tidak ingin lagi mencintai sendirian, mempertahakan hubungan hanya untuk dirinya.
Dari balik jendela kaca yang transparan, ia melihat seseorang keluar dari sebuah mobil putih yang sangat ia kenal. Keluar seorang lelaki masih dengan setelan jas lengkapnya dengan satu kancing atas yang sudah terlepas. Tampak raut wajah lelah, seakan ingin segera beristirahat dan mengakhiri hari ini dengan cepat. Tetapi tidak bisa dipungkiri, wajahnya tetap bersinar, bahkan jantungnya masih berdegup kencang ketika melihat sosok itu. Masih sama, perasaan lama yang tetap bertahan dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Meet Again
RomanceMungkin dulu kalo gue setuju sama Appa buat ngga tinggal di kostan, gue ngga bakal ketemu sama dia. Kim Seokjin, mahasiswa baru yang bertemu dengan Jeon Jungkook mahasiswa seni rupa tahun ketiga yang menempati kamar disebelahnya. Jeon Jungkook yang...