Kepalanya bersandar pada jendela kaca bus yang terus bergerak. Matanya menatap keluar melihat gedung-gedung pencakar langit. Smartphonenya masih ia genggam, menampilkan sebuah pesan yang masih terbuka. Kedua telinganya masih tersumbat airpods berwarna ungu.
Mungkin karena bukan jam berangkat atau pulang kerja, bus tersebut sepi penumpang. Jadi ia bisa berpikir dengan tenang.
Menghela napas sejenak, ia mengangkat smartphone dan kembali membaca pesan tersebut sekali lagi.
Congratulations! You are accepted as a student at Konkuk University...
Hal pertama yang ia pikirkan adalah bagaimana dia akan memberitahu kedua orang tuanya perihal ini. Kedua orang tuanya ingin dirinya melanjutkan masa kuliah di luar negeri untuk belajar bisnis sebagai penerus Kim Corp, perusahaan elektronik terbesar di Korea Selatan.
Membayangkan saja sudah terasa beban yang berat dipunggungnya.
Muncul berbagai macam kekhawatiran di benaknya.
Bagaimana jika eomma kecewa dengan berita ini?
Bagaimana jika appa tidak setuju kalau aku melanjutkan studi ku didalam negeri.
Bus berhenti. Setelah menghela napas panjang sekali lagi, ia melangkah keluar dari bus tersebut. Berjalan menyusuri jalan setapak menuju salah satu area perumahan elit di distrik Gangnam.
"Eh Mas Seokjin kok jalan kaki? Apa ngga capek? Rumahnya kan diujung," sapa seorang penjaga keamanan yang sedang memberi makan anjingnya.
Kim Seokjin, siswa SMA tingkat akhir yang telah menjalani sederetan ujian masuk ke Universitas impiannya. Tetapi meskipun begitu tidak membuat dia benar-benar bahagia, karena keinginan kedua orang tuanya yang bertolak belakang dengan mimpinya.
"Sekalian olahraga, Min ahjussi!" jawabnya sambil tersenyum dan sambil sedikit menundukkan kepala.
Ketika dia hendak melanjutkan langkahnya untuk pulang, seorang pemuda yang ia kenal muncul dari sebuah rumah yang lebih kecil dari rumah yang lainnya didalam area perumahan tersebut namun rumah itu cukup untuk dua orang dan satu ekor anjing berbulu coklat yang setiap pagi berkeliliing area komplek perumahan.
"App-" ucapannya terhenti ketika menyadari Seokjin yang berdiri tak jauh darinya.
Mereka bersitatap cukup lama. Hingga anjing berbulu coklat yang bernama Holy menggongong menyadarkan mereka berdua. "Ada apa, Nak? Bukankah hari ini diumumkan hasil seleksi Universitas Konkuk?"
Pemuda yang memiliki tinggi kurang lebih 174m tersebut menoleh kepada Ayahnya sambil tersenyum, "Kau tidak perlu meragukanku, Appa! Jelas aku diterima!"
"Wah benarkah? Syukurlah!" Appanya memeluknya sambil menepuk-nepuk punggungnya halus.
Seokjin berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya, "Selamat ya, Yoon," ucapnya sambil tersenyum.
Yoongi melepas pelukan appanya dan menjabat tangan Seokjin, "Thanks ya,"
Mereka berdua duduk di sebuah bangku dibawah pohon disamping rumah Yoongi dengan Holy yang sibuk menjilati kaki-kakinya disamping Yoongi duduk. "Baru kali ini gue lihat ada orang yang keterima di univ impiannya tapi ga seneng,"
Tanpa menoleh, Seokjin tersenyum mendengar cibiran Yoongi. "Gue mesti gimana ya, Yoon? Eomma pasti sedih kalau gue nggak nurutin maunya Appa, tapi gue ngga pengen keluar negeri."
"Lo harus bisa jelasin ke mereka lo tetep bisa lanjutin Kim Corp meskipun kuliah didalam negeri. Gue yakin kalau lo mau jujur dan terbuka sama mereka pasti direstuin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Meet Again
RomantizmMungkin dulu kalo gue setuju sama Appa buat ngga tinggal di kostan, gue ngga bakal ketemu sama dia. Kim Seokjin, mahasiswa baru yang bertemu dengan Jeon Jungkook mahasiswa seni rupa tahun ketiga yang menempati kamar disebelahnya. Jeon Jungkook yang...