Bad-Day

1.1K 103 53
                                    

Sudah hampir 30 menit. Beberapa kali kakinya menghentek-hentak lantai tidak tenang. Beberapa kali bibir bawahnya ia gigit karena gusar. Dan beberapa kali tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja pelan ketika tangan yang lain sibuk mencatat pada lembaran-lembaran kertas. Ada satu hal yang lebih membuatnya tidak nyaman, disebrang sana ada sepasang mata yang terus memperhatikannya tanpa jeda. Ia tidak berani mengangkat kepala untuk bertatap mata. Ia hanya menunduk dan sesekali menoleh kepada wanita yang memiliki umur di ujung 40an yang duduk disebelahnya, sambil sesekali menambahkan sesuatu jika beberapa orang yang berdiskusi menyatakan pendapatnya.

Akhirnya 45 menit yang terasa seumur hidupnya itu berakhir. Dengan cepat ia keluar dari ruangan besar yang terasa sangat sempit hingga membuatnya kesulitan bernapas. Ia segera meraih botol minum berwarna pinknya yang sedari tadi sudah berdiri dimejanya. Meneguknya hampir setengah dengan napas yang terengah.

"Seokjin-ssi, kau tidak apa-apa?" wanita yang sedari tadi duduk disampingnya kini berdiri didepannya dengan raut wajah khawatir.

Seokjin mengusap ujung bibirnya yang sedikit basah dengan punggung tangannya, "Aku tidak apa-apa, Hye Kyo-ssi. Aku hanya sedikit gugup karena ini hari pertamaku sebagai asisten." Jawabnya sambil tersenyum penuh paksaan. Barang dua detik ia menoleh pada pintu dibelakang Song Hye Kyo yang sudah tertutup rapat. Beberapa orang yang tadi mengisi ruangan itu telah pergi ke ruangan masing-masing, hanya tertinggal satu orang disana. Ya, satu orang yang ia tinggalkan dan entah hidupnya yang ditakdirkan penuh komedi ini mengharuskannya bekerja dengan orang itu lima hari dalam seminggu.

"Seokjin-ssi, maafkan aku. Aku belum memberitahu Hoseok perihal ini. Tetapi ada hal yang harus kau ketahui,"

Mendadak tubuhnya kaku, ia merasa sesuatu yang lebih buruk akan menimpanya. "Sekretaris kami baru saja mengundurkan diri karena dia sedang hamil, jadi..."

Seokjin merasa hari ini akan menjadi hari yang paling buruk dari seluruh hari yang pernah ia lewati sebelumnya, "Jadi, untuk sementara waktu ini kau yang akan menghandle keduanya ya Seokjin,"

Beberapa lembar kertas kembali memenuhi mejanya yang sudah ia rapikan. Tatapannya kosong. Ia tak mampu menjawab. Wanita itu pergi sambil tersenyum dan menerima panggilan sebelum memasuki lift. Seokjin mendudukkan pantatnya kasar sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Seokjin."

"Wae?!!" jawabnya menaikkan dua oktaf nada suaranya.

Mereka berdua hanya diam dan menatap kedua mata masing-masing. Seokjin merasakan dadanya yang naik turun karena amarah. Tetapi perasaan itu dibarengi dengan dentuman keras dihatinya. Disana, berdiri seseorang yang telah lama pergi dari hidupnya. Seseorang yang tidak ia ketahui keberadaanya. Orang itu kini berada begitu dekat hingga mungkin dengan beberapa langkah saja ia bisa memeluknya.

"Please, kasih gue waktu buat mikir bentar." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya. Tatapannya berubah nanar dengan jantung yang berdegup hebat.

"Tapi..."

Kini Seokjin melotot kesal, "Gue masih shock! Kasih gue waktu buat mikir,"

Perasaan gue yang bosnya, kenapa galakan dia!

"Gue harus meeting sama semua direktur sekarang, Seokjin." Ucapnya penuh intimidasi dan melangkah mendekati Seokjin.

Seokjin merasa menciut mendengar ucapan yang begitu tegas barusan. Bahkan badannya merinding hebat ketika Jungkook berjalan mendekat. "Stop disitu! Ayo kita turun meeting nggak pake mikir!" Seokjin meraub laptop dan ponselnya asal. Memeluknya kuat dan berlari kecil menuju lift.

Ketika lift terbuka tepat ketika ia sampai didepan benda yang berbahan besi itu dengan cepat ia masuk dan berdiri tepat ditengah. Matanya membola ketika Jungkook yang memasukkan kedua tangannya di saku celananya hendak masuk bersamanya. "Lo naik setelah gue keluar!" Seokjin mendorong dada Jungkook dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memeluk lapatop berwarna putihnya.

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang