Annyeonghaseyo, Uri Jungshinie

1.2K 88 39
                                    

BIP.

BRAKK.

Jungkook mendorong pintu itu sekuat yang ia bisa demi menyalurkan amarahnya.

"ASTAGA!!" Ye Jin hampir saja melompat dari duduknya sambil memegang dadanya karena terkejut.

Jungkook mematung ditempatnya. Kedua matanya membola sempurna mendapati tatapan tajam dari dua orang pria yang menolehkan kepala kepadanya. Meletakkan kembali cangkir yang mengepulkan uap panas diatasnya. "Jungkook, kau bisa merobohkan pintu itu." Ye Jin meraih cangkir berisi teh milik suaminya dan meneguknya hingga tak bersisa.

"Akhirnya kau pulang juga. Coba kau ketuk kamar Seokjin. Dia sedari tadi mengunci diri di kamar." Ucap Jeon Yoo dengan sinis. Rasanya pria itu ingin memukul belakang kepala putranya sekarang juga.

"Sejak kapan kalian tiba disini...Eommonim, Aboenim? Maaf aku sedari pagi sibuk-"

"Aku mengerti, Jungkook. Maafkan aku membuatmu mengurus perusahaanku juga." Hyun Bin terlihat sekali memaksakan senyumannya.

Ye Jin berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Jungkook yang masih berdiri di tengah ruangan. Ia menepuk pelan pundak kiri Jungkook sambil tersenyum. "Kami segera datang kemari karena pengacara keluargaku menelpon dan mengatakan Seokjin meminta hal tidak wajar hari ini. Sebenarnya apa yang terja-"

BIP.

BRAKK.

Sekali lagi pintu itu menghantam dinding lebih keras dan menampilkan sosok Ji Hyun yang bernapas tidak teratur dan memusatkan tatapan berkilatnya pada Jungkook.

"KAU!!"

Ji Hyun menuding putranya dengan tatapan marah. Berjalan cepat dan memukulkan tasnya pada punggung Jungkook. "Pernikahan kalian baru seumur jagung dan sekarang apa?!"

"BERCERAI? KAU MEMANG LUAR BIASA!!" Ji Hyun berkacak pinggang dan membentak Jungkook dengan marah.

Bugh.

Bugh.

Tasnya kembali ia hempaskan ke punggung Jungkook dengan kuat. Ye Jin berusaha menghentikan Ji Hyun tetapi ia tak berhasil karena gerakan tangan Ji Hyun lebih cepat. "Hyuni, kumohon berhenti. Kau akan membuat punggung Jungkook lebam!"

Ji Hyun mendengus kesal dan kembali berkacak pinggang. "Semua orang membantumu, seseorang rela mengalah untuk menyerahkan orang yang paling ia cintai padamu, dan sekarang lihat! Bercerai?! KAU SUNGGUH LUAR BIASA!"

Sementara dua pria lainnya hanya diam dan menyaksikan Jungkook yang sedari tadi mengaduh kesakitan.

"Eomma..."

Semua menoleh kearah sumber suara. Mereka semakin terkejut karena melihat wajah Seokjin yang basah dengan piyama birunya yang masih melapisi tubuhnya.

Dengan cepat Ye Jin menghampiri Seokjin dan memeluknya. "Kenapa kau menangis? Eomma disini, hm."

"Seokjin, jeda dulu tangismu. Kita semua butuh penjelasan untuk surat cerai yang pagi ini hampir membuat Ibumu terkena serangan jantung." Hyun Bin menatap Seokjin sedikit kesal.

Jeon Yoo berdiri dari duduknya dan berjalan menghampir Seokjin. "Apa yang telah diperbuat Jungkook kepadamu, Seokjin-ah? Aku pikir semuanya telah baik-baik saja. Tetapi, seperti petir disiang bolong, aku mendapat kabar bahwa kau menggugat cerai Jungkook. Apa semuanya tidak bisa dibicarakan terlebih dahulu?" Jeon Yoo tak bisa menyembunyikan raut wajah kecewanya.

Seokjin mengangkat wajahnya dari dekapan Ibunya. Dengan wajah yang masih basah dan isakannya, ia menatap Jeon Yoo nanar. "A..aku berusaha mengajaknya berbicara, Aboenim. Aku berusaha tetap terjaga untuk menunggunya pulang meskipun ia tak pernah membalas pesanku satupun akan pulang jam berapa. Setiap aku ingin menemuinya dikantor, kunjunganku selalu di tolak. Ia berdalih sibuk ini dan itu."

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang