I'm Nothing To You

1.2K 126 5
                                    

Hari sabtu untuk Seokjin adalah waktu yang tepat untuk bermalas-malasan seharian penuh ditemani serial drama. Setelah lima hari menikmati materi-materi yang ia harus ia serap dengan baik, ia tidak ingin setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.

Masih memeluk boneka berbentuk alpaca yang berwarna putih dan enggan melepas selimutnya yang tebal, tiba-tiba ia mendengar bunyi ketukan padan pintunya tiga kali.

Dia berpura-pura tidak mendengar dan lama kelamaan suara ketukan pintu itu sudah hilang. Jimin tidak mungkin kesini pada jam enam pagi di Hari Sabtunya. Jangan-jangan Jungkook!

Seokjin dengan terburu melompat dan berlari menghampiri pintu kamarnya.

Ceklek.

Masih dengan piamanya yang berwarna biru bergaris vertikal putih, tanpa mencuci mukanya, ia menyapa tamunya pagi ini.

Kim Taehyung.

"Pagi, Seokjin!" sapanya sambil menunjukkan cengiran kotaknya. Terlihat sudah rapi dan tercium aroma parfum yang menguar dari tubuhnya.

"Astaga! Lo tahu ini hari apa? Dan masih jam berapa?!" Seokjin tak habis pikir dari mana semangat pemuda ini di Hari Sabtu yang begitu tenang bisa untuk dihabiskan seharian dibawah selimut sambil nonton Netflix.

"Ikut gue yuk!" ucapnya penuh memohon.

"Nggak!" tolak Seokjin hendak masuk kembali ke kamarnya.

Bahunya dicengeram hingga kakinya berhenti, "Namjoon Hyung ulang tahun, gue mau ngasih surprise ke dia, mau beli kado." Sekali lagi tatapannya penuh dengan harapan kepada manusia yang belum mandi bahkan rambutnya masih berantakan.

Seokjin terdiam sesaat. Ia tidak yakin dia harus menemani Taehyung mencari kado ulang tahun untuk Namjoon. Dia memang cukup akrab dengan Namjoon, tetapi seperti it's not necessary untuknya, "Harus gitu sepagi ini?"

Taehyung tersenyum senang, "Mood yang baik dibangun saat pagi hari, Seokjin. Kalau siang hari pasti males,"

"Gue mandi dulu kalau gitu," Seokjin berusaha masuk kedalam kamarnya setelah mengucapkannya. Tetapi kembali terhenti sekali lagi karena bahu kirinya dicengkeram. "Apa lagi astaga?!"

"Gue nunggunya didalem boleh nggak?" tanyanya dengan cengiran begitu lebar. Seokjin menimang sesaat. Berulah nggak ya dia nanti didalem?




"Lo nggak apa-apa kan naik motor?" tanya Taehyung sekali lagi saat mereka sudah duduk diatas motor Harley Davidson Sportster 1200 dengan warna hitam dan merah maroon.

Selesai membenarkan helmnya, Seokjin memukul kepala Taehyung yang sudah terbungkus helm, "Terus kita mau naik apa? Becak?!" rasa kesal kembali muncul karena pertanyaan Taehyung yang diulangi. 

Sesungguhnya ia ingin menawarkan untuk menggunakan mobilnya, agar ia bisa tidur. Ia sungguh masih mengantuk. Biasanya di Hari Sabtu ia akan memilih untuk bangun agak siang. Tetapi demi seorang Taehyung, adik yang ingin memberikan sebuah hadiah ulang tahun untuk saudara laki-laki satu-satunya, ia rela mengorbakan Hari Sabtunya kali ini. Dari kecil ia ingin sekali memiliki saudara, agar ia tidak merasa begitu kesepian. Ternyata Tuhan tidak sepakat dengannya, belum genap usianya lima tahun, Eommanya mengidap kanker rahim. Memang buyut dari Eommanya mengidap penyakit yang serupa, sehingga harus dilakukan operasi pengangkatan rahimnya. Mungkin itulah alasan Eomma dan Appanya begitu protektif terhadapnya, karena ia satu-satunya yang mereka miliki.




~




Taehyung menghentikan motornya disebuah kedai sup tahu. Ia menatap Seokjin yang masih sibuk dengan helm yang ia pakai. Helm tersebut tidak mau terlepas untuk beberapa menit yang sudah berlalu, kenapa tali pengikatnya sulit sekali dilepaskan. Taehyung melirik jam tangannya, sudah lima menit berlalu, dan ia masih sabar menunggu Seokjin yang kesusahan dengan tali pengikat helm yang ia pinjamkan. Ia juga heran kenapa helm tersebut bertingkah disaat kencan pertamanya dengan Seokjin. ini tidak bagus, bisa membuat mood Seokjin berubah buruk.

Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang