Matanya masih tertutup rapat. Ia merasakan hangat pada tubuh bagian kepalanya. Ia merasa cahaya matahari menyinari tubuhnya tanpa permisi hingga membuatnya terbangun. Kepalanya pusing dan perasaan mual memenuhi perutnya.
Namun ketika ia ingin menggerakkan tubuhnya, ia merasakan beban berat di sekujur tubuhnya. Kakinya yang seperti tertimpa sesuatu yang besar, dan tubuhnya terasa sesak dan terhimpit. Tetapi, perasaan hangat dihatinya menghalau semua rasa tidak nyaman itu. Bahka ia semakin mendusalkan wajahnya pada–sesuatu yang lembut seperti kulit. Hidungnya menghirup pelan bau badan yang tidak asing menyapa indera penciumannya.
Ia terkejut ketika tubuhnya ditarik lebih dekat hingga seluruh badannya menghimpit sesuatu yang kenyal dan terasa hangat. Membuat tangannya tak sengaja meraba perut didepannya. Menarikan jemari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan. Ia yakin sekali ini tubuh manusia.
"Lo udah bangun?" terdengar suara berat dari puncak kepalanya. Gerakan jemarinya terhenti dan membuka matanya dengan enggan.
"Oh Jungkook." Gumamnya pelan sembari mendongak barang sedetik untuk mengetahui pemilik suara itu.
Jungkook yang tadinya tersenyum lebar kini menutup kedua matanya kembali, menarik selimut yang melorot kebawah perut hingga menutup seluruh bahu Seokjin, "Selamat Pagi, Seokjin." Elusannya yang begitu lembut pada punggung Seokjin, membuat Seokjin kembali meringkuk seperti janin sambil mendusalkan wajahnya pada dadanya.
"Selamat Pagi, Jungkook." Jawab Seokjin tanpa tersenyum dan kini mengeluarkan tangan kirinya dan memeluk pinggang Jungkook erat.
Biasanya selamat malam, kenapa ini jadi selamat pagi.
Namun, kepalanya enggan berpikir lebih jauh. Karena pusing yang dialaminya. "Can I have morning kiss?" Jungkook menggigit bibir bawahnya gugup. Melihat Seokjin sambil sedikit menunduk. Masih mengatupkan kedua kelopak matanya dengan begitu rapat dan bahkan menggesekkan kakinya yang tidak tertutup kain itu dengan kaki miliknya dengan begitu lembut. Membuatnya menahan gejolak yang ingin meledak.
"Hm," Seokjin mendongakkan kepalanya.
Untuk sepuluh detik yang berlalu. Jungkook bingung harus melakukannya atau tidak. Tetapi melihat bibir tebal yang berkilat karena sinar matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendelanya yang tidak tertutup tirai itu membuat hasratnya membelenggu.
Seokjin merasakan bibirnya disentuh benda kenyal tak bertulang yang begitu halus. Ia benar-benar bisa merasakannya. Rasa curiganya mulai muncul ke permukaan. Akhirnya ia membuka sedikit bibirnya. Membiarkan lidah itu menjilati bibir atas dan bawahnya kemudian masuk membelit lidahnya. Mengabsen giginya satu persatu. Lengan kencang yang sedari awal ia rasakan sebagai bantalan kepalanya, ditarik dan yang ia rasakan adalah cakupan pada wajahnya.
Ia benar-benar merasakan kedua telapak tangan hangat itu menyentuh kedua pipinya. Kedua tangannya mencengkeram pinggang didepannya karena ciuman yang diterimanya semakin dalam dan menggairahkan.
Biasanya kalau mimpi rasa ciumannya ga terasa, kenapa ini nyata banget rasanya.
Ia hampir kehilangan asupan oksigen pada paru-parunya. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Jungkook didepannya. Membiarkan jarak sejengkal untuk keduanya. Matanya terbuka lebar dan menatap Jungkook yang kini juga menatapnya.
Degup jantungnya berlomba. Darahnya berdesir cepat. Dan dadanya naik turun dengan cepat. Gairah dalam dirinya ia tahan sekuat tenaga. Perasaan ini terlalu nyata untuk ia sebut sebagai mimpi semata. Bahkan ia merasakan wajahnya yang diterpa udara hangat oleh napas Jungkook yang benar-benar mengenai area wajahnya. Ia melihat pergerakan tangan kanan Jungkook yang mendekati wajahnya. Ia merasakan usapan lembut pada dagunya. Ternyata menghapus saliva yang membasahi dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Meet Again
RomanceMungkin dulu kalo gue setuju sama Appa buat ngga tinggal di kostan, gue ngga bakal ketemu sama dia. Kim Seokjin, mahasiswa baru yang bertemu dengan Jeon Jungkook mahasiswa seni rupa tahun ketiga yang menempati kamar disebelahnya. Jeon Jungkook yang...