Menahan napasnya sejenak. Seokjin menjambak rambut Jungkook begitu kuat hingga ciuman mereka terlepas.
"Aduh! Arogan lo ya!" sungut Jungkook sambil memegang kepalanya.
Seokjin melihat kedua telapak tangannya, ada beberapa rambut Jungkook yang tercabut, dia cukup senang, "Ngaca ya lo!"
"Seokjin!"
Taehyung berjalan mendekat. Melihat bagian belakang mobil Seokjin yang cukup penyok dan berdiri disamping Seokjin, "Lo nggak apa-apa?" tanyanya khawatir.
"Tae, tolong anterin gue ke rumah sakit. Leher gue beneran mau dipatahin sama Jeon Sialan Jungkook ini." Seokjin memegang leher bagian belakangnya. Sakitnya bertambah gara-gara Jungkook menariknya paksa. Kali ini mungkin patah beneran.
"Gue yang anterlah! Kan gue yang nabrak!" dengan cepat Jungkook memotong ucapan Taehyung sebelum mengatakan iya.
"Emang gila lo ya! Baru kali ini ada orang hampir matahin leher orang lain tapi bangga banget!" Seokjin tidak habis pikir dengan Jungkook. Sebenarnya apa yang salah dengannya, Seokjin sudah berusaha menghindarinya, menjauhinya, dan tidak melakukan segala macam tindakan yang membuat mereka berdua dekat meskipun sebagai teman. Kembali seperti awal mula saja, tidak saling mengenal. Jungkook dengan dunianya, ia dengan kehidupan normalnya.
"Lo cari mainan lain deh! Jangan Seokjin!" setelah mengatakannya, Taehyung menarik lengan kiri Seokjin. Membukakan pintu untuk Seokjin dan bergegas menuju rumah sakit dengan Seokjin.
Jungkook menghela napas sejenak. Memperhatikan mobil yang telah ia buat penyok sedemikian rupa berjalan semakin menjauh. Ia memikirkan apa yang baru saja Taehyung ucapkan tepat didepan mukanya. Jadi, Seokjin tidak menerima dirinya yang begini adanya. Seokjin ingin seseorang yang lebih baik darinya. Atau memang dari awal Seokjin berpura-pura menerima semua afeksi yang ia berikan.
Menyentuh bibirnya ia kembali memikirkan ciuman pertama mereka, sungguh lucu. Ia pernah berciuman dengan cinta pertamanya, dulu. Tetapi setelah satu tahun hubungan mereka berakhir dengan alasan bosan. Sekeras apapun Jungkook untuk memohon tetap tinggal, nyatanya seseorang tersebut keukeuh untuk tetap pergi. Selama tiga bulan ia menyalahkan dirinya sendiri, berontak terhadap Appanya dan berakhir memilih kuliah jurusan seni sebagai bentuk perlawanan. Ia tidak ingin menjadi anak impian kedua orang tuanya, toh hyung satu-satunya diijinkan menjalani hidupnya sesuai dengan mimpinya dari kecil, menjadi dokter gigi. Dan sekarang telah memiliki anak laki-laki yang berusia tiga tahun. Menyenangkan melihat keluarga kecil hyungnya tersebut. Ia tidak bisa membayangkan jika hidupnya harus dihabiskan dengan laporan-laporan, meeting, bolak balik keluar negeri hanya untuk memastikan bisnisnya aman atau menjalin kerja sama dengan perusahaan lain. Memang Jeon Tech yang merupakan perusahaan IT tersebesar di Korea Selatan dan telah memiliki banyak cabang di beberapa negara membuat Jungkook semakin tidak ingin melanjutkan perusahaan tersebut. Tetapi ia tidak mungkin mengelak takdirnya. Awalnya ia setuju, memiliki semangat untuk melanjutkan perusahaan yang merupakan hasil rintisan Appanya dari masih muda tersebut. Ia memiliki keyakinan dan pemikiran yang kuat seperti Appanya, untuk itu memang ialah yang pantas melanjutkannya. Tetapi hal yang tak terduga terjadi, putus cinta pertamanya, meluluhlantahkan dirinya. Satu tahun ia mempercayai tanpa ragu, mencintai begitu sungguh, dan menyayangi begitu sangat Ternyata cintanya berkhianat.
~
Seokjin duduk didepan seorang petugas polisi bagian pelayanan dan pengaduan. Soft cervical collar neck berwarna coklat tersebut terpasang untuk mengatasi otot lehernya yang tertarik berlebihan hari ini, dan dua kali. Taehyung dan Jungkook duduk disatu bangku panjang di bagian samping pintu masuk. Beberapa kali mereka berdua saling melempar lirikan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Meet Again
RomansaMungkin dulu kalo gue setuju sama Appa buat ngga tinggal di kostan, gue ngga bakal ketemu sama dia. Kim Seokjin, mahasiswa baru yang bertemu dengan Jeon Jungkook mahasiswa seni rupa tahun ketiga yang menempati kamar disebelahnya. Jeon Jungkook yang...