I'm Hurt Too

977 93 72
                                    

Malam tadi ia tidur cukup larut karena menghabiskan 3 judul film bersama Taehyung. Ditemani ayam goreng, burger, kentang, dan snack kemasan lainnya, bahkan beberapa kaleng soda. Taehyung menolak keras ketika ia merengek untuk mengambil dua botol bir. Taehyung beralasan tidak akan mampu mengatasinya dirinya sendiri, bukan tidak mampu mengatasi Seokjin yang mabuk. Akhirnya, Seokjin menurut dan hanya mengambil beberapa kaleng soda saja menemani movie nigt mereka.

Kedua matanya masih tertutup rapat. Enggan terbuka karena ia tahu ini weekend dan ingin menghabiskan waktu liburnya untuk bermalas-malasan seharian. Bahkan ia tak memperdulikan Taehyung yang akan mengobrak-abrik rumahnya. Karena memang ia sering menginap, dan semua tetap pada tempatnya. Jadi, ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

Berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, kali ini, di Hari Sabtunya ia mendengar suara ribut dari jarak yang begitu dekat. Suara riuh itu benar-benar memaksa kedua matanya untuk terbuka lebar dengan dengusan yang begitu kasar.

BRAK.

Disibaknya selimutnya cepat. Tanpa alas kaki ia segera berlari menuju pintu utama.

Hal pertama yang ia dapati adalah kerah piyama Taehyung yang sudah ditarik kuat oleh dua lengan besar dengan salah satunya yang terdapat tato. Sementara disisi lain Taehyung juga mencengkeram kuat kaos Jungkook.

Taehyung beberapa kali mendapat pukulan diwajahnya hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Mulutnya bahkan sudah penuh darah, sepertinya gusinya terluka atau bahkan rahangnya bergeser.

BUGH

Dengan dorongan kuat, Jungkook terpental kebelakang. Pantatnya mendarat keras menghantam lantai. Tatapannya semakin berapi-api ketika melihat Taehyung yang meludahkan darahnya dan tersenyum tipis kearahnya, "Tae, lo nggak apa-apa?" Seokjin mengusap ujung bibir Taehyung dengan lengan piyama birunya. Membuat bekas darah tertinggal disana.

Entah datangnya dari mana, seolah hatinya tercabik berkali-kali. Menahan pedih hatinya dan amarah yang belum redam, ia menumpu tubuhnya dengan kedua tangan dan bangkit. Menatap sengit Taehyung yang terus meringis ketika Seokjin menyentuh wajahnya yang lebam.

"Jungkook demi apa lo pagi-pagi gedor rumah orang cuma buat bikin babak belur orang lain, hah?!" sungut Seokjin kini melangkah mendekatinya.

Jungkook merasakan kepalanya yang berputar, ia tidak menyadari pelipisnya yang terluka dan darah keluar dari sana. Menggelengkan kepalanya pelan untuk memfokuskan kembali pandangan matanya. Namun, yang ia dapatkan justru Taehyung yang meraih telapak tangan Seokjin dan menggenggamnya erat, "Gue nggak apa-apa. Udah jangan teriak-teriak nanti tetangga yang punya bayi itu terganggu, Jin."

Seokjin hanya melirik dengan ekor matanya, kembali memusatkan kedua bola matanya pada Jungkook, "Gue tahu, nggak seharusnya gue pindah kesini!"

Jungkook menelan ludahnya susah payah. Perih dihatinya seolah tersiram air garam. Tangannya mencengkeram pinggiran dinding untuk membantunya agar tidak oleng, "Gue tunggu lo lima menit. Kalau dalam waktu lima menit lo nggak dateng, gue pastiin besok lo dapet surat tuntutan karena udah bikin J GROUP BANGKRUT!!" setelah mengatakan itu dengan berteriak dan dada naik turun. Jungkook segera berbalik dan mendorong pintu rumahnya.

BRAK

Ia membanting pintu itu sekuat tenaga. Hingga membuat seokjin yang tertegun dengan ucapan Jungkook terkejut.

"Dia pasti bohong, udah ayo masuk ke dalem–" Taehyung menarik tangan Seokjin namun tangan Seokjin yang lain menahan lengan Taehyung.

"Enggak, Tae. Ini benar-benar penting menurut gue, sebentar ya," Seokjin tersenyum tipis dengan perasaan resah. Ia sepertinya mengingat kejadian kemarin. Dimana ia ragu ketika membalas pesan-pesan yang ia dapatkan di emailnya.






Never Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang