03. Desas-desus

162 54 42
                                    

Haii... Apa kabar?

Sehat-sehat ya kalian

Sebelum baca, alangkah baiknya kalian kasih vote dan comment. Maksa nih😾

Happy Reading Manteman

Bonus Pict: Ryuda ganteng.jpg

jpg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Denting alat makan yang beradu dengan permukaan piring terdengar nyaring hingga memasuki indra pendengaran penghuni kamar atas, yakni kakak-beradik Nayanika dan Nattazean. Kenyataannya, mereka mendengar karena memang sudah bangun bahkan siap dengan setelan seragam lengkap dengan atribut lainnya. Kalau masih berada di alam bawah sadar, pasti suara speaker pun tidak akan terdengar. Apalagi Zean.

"Naya, Natta! Ayo sini gabung."

Naka mengintip dari celah pembatas balkon. Hal pertama yang dia dapati adalah hidangan yang tertata apik di atas meja. Rupanya Bunda—ibunya Hesa—dan Hesa sedang sarapan di beranda.

"Iya, Bun," sahut Naka. "Buruan, Ze." Gadis itu lekas berlari.

Cepat-cepat Zean menarik simpul pada tali sepatunya sebelum menyusul.

Langkah cowok itu melambat tatkala tungkainya sampai pada undakan tangga terakhir. "Ibun udah pulang." Zean mengangkat kedua sudut bibirnya seraya mendekat. Melihat Bunda ada di sana, dia merasa menemukan jalan pulang ketika tersesat, kebahagiaan dalam nestapa, dan cahaya dalam gulita. Kalau katanya sih, pokoknya Bunda acuan kita semua.

Selain itu, kehadiran Bunda juga membuatnya merasakan keberadaan Mama bersamanya.

Tak hanya balas tersenyum, Bunda juga membawa Zean ke dekapannya sambil menggoncang tubuh cowok itu untuk menyalurkan semua rasa rindu dalam benaknya. Pelukan itu berlangsung lama dan baru bisa berakhir ketika Zean mengeluh sesak.

Bunda beralih menatap Naka sebelum memeluknya seraya menciumi wajah gadis itu. "Anak gadis Bunda. Bunda kangen."

"Aku juga kangen."

Pelukan itu terlepas seiring Bunda menyuruh Naka dan Zean duduk. Sementara tangannya bergerak mengambilkan scrambled eggs pada masing-masing piring ketiga bocahnya. "Senang rasanya bisa ketemu kalian lagi. Setelah hampir satu bulan Bunda tinggal di penginapan. Karena, memang lebih dekat sama kantor polisi." Bunda menjeda perkataannya untuk menuangkan teh hijau pada masing-masing gelas. Tanpa sadar, tindakan itu membuat Naka teringat seseorang dan permintaan beratnya. "Kalian baik-baik aja, 'kan? Nggak bikin kesalahan?"

"Zean—"

"Nggak, Bun." Naka memotong ucapan Hesa sambil senyum-senyum.

"Zean kenapa, hm?"

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang