38. Tawaran Baru

32 23 0
                                    

Hari-hari berlalu tanpa ada bumbu-bumbu drama yang menghancurkan. Sebab belum lama ini, entah Naka maupun Ryu disibukkan alur kehidupan masing-masing, tanpa sempat berlama-lama berdua. Naka dengan korelasi karir-sekolah-tugas, hubungan persahabatan, pertemuan dengan Bunda, dan hubungan dengan kesayangannya alias Ryu. Sementara Ryu dengan karir-yang katanya untuk pertama kali setelah sekian lama terbit tawaran menjadi model iklan yang mau tidak mau mengharuskannya disibukkan sejumlah photoshoot.

Patut disyukuri karena akhirnya Ryu mendapat pekerjaan. Naka akan tidak suka kalau Ryu justru punya waktu luang. Sebab bukannya beristirahat, cowok itu malah akan sibuk minum-minum. Selain itu, Ryu menyukai pekerjaannya. Kemarin, di telepon, Ryu menjelaskan kalau dia tidak suka kalau cuma duduk diam, begitu ada tawaran susulan, Ryu kegirangan.

Bahagianya begitu sederhana.

Sementara Naka merengut sedih. Dia dapat teguran karena mengabaikan banyak tugas. Terutama matematika dan kimia. Kedua pelajaran itu memang agak membuatnya stress seketika. Meski demikian, guru-guru tidak langsung menghakimi. Malah bertanya kesanggupan Naka melanjutkan sekolah, dan kalau tidak, guru akan memberi keringanan. Mengingat banyak pula yang memiliki kesibukan sepertinya.

Naka tentu memilih opsi itu. Untuk menyelamatkan nilai dan karirnya secara bersamaan.

Namun ada satu hal yang tidak Naka sebutkan sepanjang bertelepon; mengenai Elnandra yang selalu menyematkan 'izin' pada absennya.

"Besok kamu pulang jam berapa?" Adalah kalimat pertama Ryu setelah selesai bertukar cerita mengenai aktivitas mereka malam itu.

"Belum tentu."

"Tentuin dulu." Ryu menyahut usil. Menebak kalau Naka di seberang sana sedang menahan kesal dan tawa sekaligus.

"Ya nggak bisa gitu lah."

"Terus?"

"Ntar aku kabarin lagi deh. Yang jelas, pulang sekolah seperti biasa. Tapi aku belum tahu kalau semisal ada kegiatan dadakan pas pulang sekolah."

"Oke. Janji kalau ada apa-apa kabarin aku."

"Nggak mau janji. Nanti takut nggak bisa menepati."

"Ya pokoknya harus lah."

"Iya kalau ingat." Naka terkekeh sebelum mendengar gurat nada deham singkat. "Udah ya, Ry. Ntar pulsa kamu habis, terus nggak bisa teleponan lagi, terus aku kangen nggak ada kabar lagi."

Ryu terkekeh. "Terus, maunya apa?"

"Tutup teleponnya. Tidur yang cukup, Ryu. Nggak boleh begadang. Jangan lupa sikat gigi. Besok pagi jangan lupa sarapan-"

"Iya-iya bawel cantik."

"Aku nggak bawel cantik."

"Bawel doang, gitu?"

Naka mendesis. "Aku nggak mau tahu, kalau kamu sakit ya salah kamu."

"He-em. Aku selalu ingat sama kata-kata kamu. Tiap hari kamu bilang, mana bisa aku lupa. Besok Bi Maira datang, mau aku suruh bikin ayam kesukaan kamu."

"Kalau ketemu, bawa ya."

"Laksanakan, Tuan Puteri."

Naka terkikik. "Oke kalau gitu, dadah sayangnya aku."

"See you, pacarnya aku." Ryu memberi kecupan jarak jauh, singkat. Sebelum akhirnya sambungan terputus.

"See you, dear." Naka membisik pada tepi ponsel. Ponsel baru yang Ryu beli untuknya. Yang membuatnya ingat kepada momen indah antara dirinya dan Ryu seharian penuh.

"Pakai ini buat hubungin orang-orang terdekat kamu. Kasih tahu Hesa, Tara, sama adik kamu, Nayan."

"Zean ih!" Naka protes saat nama adiknya dipelesetkan. Bisa marah Zean kalau tahu orang lain mengubah nama panggilannya. Dipanggil 'Yan' saja dia tidak mau, karena dia bilang seolah-olah namanya adalah 'yayan'. Kalau dipanggil Natta, dia ngamuk. Cuma Bunda yang boleh. Selain dari Bunda dilarang keras, karena namanya persis nata de coco. Kalau Nattazean Chandrakala T. kepanjangan.

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang