53. Motivasi

35 26 0
                                    

Ryu tidak pernah menduga akan ada sebuah hari di mana paginya disambut seruan yang mendengung di gendang telinga dari sungut-sungut teman satu tongkrongannya. Rydenix, orang-orang yang terakhir kali Ryu temui sebelum satu bulan penuh menutup mata.

"Bang, sehat?"

Pertanyaan Doni jelas mengundang seringai disusul anggukan yakin dari Ryu. "Oh.. sehat kok. Sehat, Pak. Alias..." Ryu menghirup udara banyak-banyak sebelum melontarkan rentetan kata mutiara seperti, "Lo pikir pake hati dan otak lo bajingan! Mana ada orang sehat di rumah sakit anjing! Kalau gue sehat, seharusnya gue ada di rumah sehat sekarang bangsat!"

"Nggak ada rumah sehat, Bang."

"Ya makanya lo nggak perlu tanya gue sehat atau nggak!"

"Sungut lo kayak cewek!" Theo menegur sambil menyumpal mulut Ryu dengan buah anggur yang barusan dibawa anggota Rydenix. Itupun patungan. "Jiakhh diem dikasih purple wine."

"Ini bukan wine." Ryu mendadak bicara dengan lembut dengan mata diselubungi binar menatap Theo.

"Sama-sama anggur."

"Ini grape bukan wine." Lagi-lagi Ryu menyahut dengan polos.

"Iya tapi sama-sama anggur."

"Ini ungu nggak merah."

"Tapi namanya tetap anggur, Ryuda. Lagipula gue cuma bercanda."

"Tapi—"

"Ah terserah yang lagi ngaco deh." Theo pasrah, lanjut melahap anggur yang seharusnya untuk Ryu. "Asli ni anak abis koma tingkat ngawurnya makin menjadi. Lebih-lebih dari mabok."

"Mungkin linglung, Bang." Jonah menyahut.

Tidak. Ryu sekarang sedang ceria. Tapi Theo tahu betul keceriaan itu hanya topeng semata. Berpura-pura hiperaktif untuk meyakinkan orang-orang bahwa dia baik-baik saja. Hanya melalui tatapannya, Theo tahu anak itu sedang menyembunyikan kepedihan.

"Don. Lo juga salah sih tadi." Ryu lanjut bicara. "Soalnya, ada kok rumah sehat bagi gue."

"Dimana?"

"Di hatimu."

Doni cengo. Sampai bertanya-tanya apa orang yang ada di hadapannya betulan Ryu? Apa dia Ryuda yang asli? Bukan Ryuda tipu-tipu? Bukan kloningannya yang kini berbaring di ranjang rumah sakit sementara Ryu yang asli justru memang sudah—

Doni kontan menggeleng. Tidak. Itu tidak mungkin.

"Lo ngapain geleng-geleng kepala? Abis kecengklak? Abis jadi boneka mampang?" Ryu terkikik.

"Ryuda! amit-amit recehnya lo!" Theo berseru.

"Eh iya-iya. Ampun." Ryu menyisakan gelak lalu menggaruk pelipisnya. "Kali ini gue serius. Iya, emang ada rumah sehat."

"Ya elah masih aja dibahas."

"Rumah sehat bagi gue adalah... Markas."

"Oalah." Seolah paham dengan bahasan yang dibicarakan Ryu, Mika mengangguk dan menyahut. "Itu mah bukan bagi lo doang, Bang. Buat anak-anak Rydenix juga."

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang