45. Lelah

53 24 0
                                    

Now playing; Billie Eilish—Happier Than Ever

"Ryuda, jangan pergi.. Ryuda! Ryu!"

"Naka!"

Teriakkan Theo menggema diiringi derap banyak langkah. Mengantar tubuh Naka untuk bangkit. Mata gadis itu masih terbuka. Cukup kuat untuk seseorang yang baru saja hampir terlindas kendaraan. Naka menggenggam erat kemeja Theo. Bukan cuma untuk berdiri, namun untuk kembali berlari ke seberang. Membuat Theo refleks berteriak sambil berusaha mengejar.

Namun usahanya sia-sia ketika sebuah taksi yang melintas membawa gadis itu menghilang dari pandangan.

Theo menggeram keras. Tangannya meremas kuat rambutnya.

Sementara jauh di depan sana, Naka menyuruh sopir untuk mengikuti taksi yang ditumpangi Ryu. Kakinya gemetaran, antara gelisah dan menahan sakit. Lutut dan sikunya cedera hingga berdarah, sedangkan rasa ngilu menjalari tulang pinggangnya. Tapi Naka tak terlalu peduli.

"Pak, ayo buruan. Cepet, Pak." Naka memerintah tidak sabar. Jemarinya mengetuk bagian belakang kursi kemudi.

"Ini udah ngebut, dek. Kalau lebih ngebut nanti kita bisa kecelakaan."

Naka pasrah. Memilih merasakan napas yang tersengal keluar dari mulutnya.

Sesuai dugaan, jalan yang ditempuh taksi di depan ternyata adalah jalan menuju rumah Ryu. Berhenti tepat di pelataran sesaat setelah menyusuri gedung-gedung bertingkat di sepanjang jalan.

Tak perlu mengikuti lagi, Naka akhirnya turun, membayar tarif perjalanan setelah melihat argometer. Lalu bergegas pergi menyusul Ryu yang kini hampir mencapai pintu. Naka berusaha secepat mungkin disaat langkahnya terseok-seok. Naka boleh saja mengeluh sakit, tapi dia tidak boleh mengeluh kalau dia tidak bisa berjalan. Naka melanjutkan langkah sambil sesekali menggigit bibir.

Tangan Ryu baru menggenggam kenop setelah suara sensor terdengar dan ketika mendadak Naka berhasil menghadangnya.

"Ryuda! Berhenti! Dengerin dulu."

"Awas, Naka!" Ryu berseru sembari menyingkirkan tubuh Naka hingga gadis itu hampir terjatuh kalau saja tangannya tidak sigap menahan pada dinding.

"Ryuda!" Naka segera berdiri, mengekori Ryu yang kini melangkah menuju lemari yang telah pecah bagian atasnya sebelum mendorongnya ke lantai hingga tercipta suara pecahan yang menggelegar.

Setiap langkah yang Ryu ambil mengundang setidaknya satu atau dua kehancuran. Entah itu barang yang dijatuhkan atau dilempar, kursi yang ditendang, meja yang dipecahkan, dan apapun itu yang terdekat dengannya pasti akan remuk tak terbentuk. Berkali-kali Naka harus menghindar, karena demi apapun, Ryu memang mengarahkan semua itu tepat ke dekatnya.

Naka nyaris menggapai lengan Ryu kalau saja cowok itu tidak berhasil membuka pintu kamar lalu membantingnya keras di hadapan gadis itu. Naka dibuat membatu. Sedangkan matanya beberapa kali mengerjap, menghalangi embun yang menyelubungi matanya untuk keluar sebagai tetesan air mata.

Keadaan di sana sudah tak beraturan. Seperti kapal pecah. Atau lebih parah.

Dan mendadak suara pecahan lainnya menyusul di dalam, dibarengi dengan teriakan Ryu.

Naka khawatir, takut Ryu kenapa-kenapa, lalu mengetuk pintu secara brutal. "Ryuda buka! Kamu nggak kenapa-kenapa, kan?! Ryuda!"

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang